Di Balik Pencalegan PDIP: Menjaring Johan Budi hingga Krisdayanti

23 Juli 2018 10:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konpers PDIP terkait pendaftaran calon legislatif di DPP PDIP, Jakarta. (Foto:  Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konpers PDIP terkait pendaftaran calon legislatif di DPP PDIP, Jakarta. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Di hadapan sebuah layar, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri mendengarkan dengan seksama satu per satu presentase soal 575 bakal caleg yang akan disodorkan partainya di Pileg 2019. Ketua DPP PDIP nonaktif Puan Maharani, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bergantian menjelaskan profil masing-masing caleg kepada Megawati dalam rapat 'terbatas' tersebut di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng itu.
ADVERTISEMENT
Hadir pula politikus senior PDIP yang merupakan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Mendagri Tjahjo Kumolo, serta Wakil Ketua DPR dari Fraksi PDIP Utut Adianto. Dengan sabar dan sesekali bertanya, Megawati mendengarkan satu per satu profil bakal caleg dibacakan, beberapa hari jelang masa akhir pendaftaran, 17 Juli 2018.
Dalam pendaftaran di Pileg 2019, PDIP menggunakan sistem secara online. 'Bank data' mengenai masing-masing caleg yang mendaftar tak perlu disimpan dalam satu bundel berkas yang tebal. Sudah tersimpan secara otomatis di situs milik partai, juangprofil.id. Sehingga Megawati hanya tinggal 'mendalami' satu per satu kadernya yang bakal bertarung demi posisi di Senayan, melalui website itu.
Dari situ, profil, rekam jejak, bahkan hasil psikotes terlihat. Mulai dari kader lama seperti Utut Adianto, Eriko Sotarduga, Ahmad Basarah, hingga kader-kader baru seperti Yusuf Supendi, Johan Budi Sapto Pribowo, hingga Kapitra Ampera atau bahkan Krisdayanti.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita memang membahas dalam tim dan proses screening dimudahkan melalui sistem online yang kita miliki," ujar Sekjen Hasto Kristiyanto kepada kumparan, Jumat (20/7).
Puan Maharani, Megawati, dan Ahmad Basarah (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani, Megawati, dan Ahmad Basarah (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Nama-nama caleg yang disodorkan PDIP di Pileg 2019 sedikit banyak mengejutkan. Ada sejumlah nama yang tak terpikirkan sebelumnya karena dinilai 'berseberangan' dengan PDIP. Sebut saja, eks pengacara Rizieq Syihab, Kapitra Ampera dan pendiri Partai Keadilan, Yusuf Supendi.
Nama Juru Bicara Presiden Jokowi yang merupakan eks pimpinan KPK, Johan Budi Sapto Pribowo, juga secara tak terduga masuk ke PDIP. Rupanya PDIP tak main-main dalam pileg kali ini.
Hasto menjelaskan, PDIP membuat tim berlapis, mulai dari tingkat pusat hingga daerah untuk menjaring bacaleg potensial, termasuk mendekati Johan Budi yang kelak bisa menjadi kekuatan PDIP untuk menunjukkan diri sebagai partai yang antikorupsi.
Sekjen PDIP saat Bawaslu lakukan sosialisasi pengawasan pencalonan Pileg dan Pilpres 2019 untuk PDIP di Kantor DPP PDIP. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen PDIP saat Bawaslu lakukan sosialisasi pengawasan pencalonan Pileg dan Pilpres 2019 untuk PDIP di Kantor DPP PDIP. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
"Tiap mereka yang ketuk pintu, kita buka dan kita juga proaktif melakukan pendekatan. Ini kerja tim, dari DPP sampai bawah," jelas Hasto.
ADVERTISEMENT
Tim DPP lapis pertama terdiri dari elite PDIP seperti Puan Maharani, Hasto Kristiyanto, Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, Utut Adianto. Mereka melakukan mapping soal siapa saja yang harus didekati dan membagi tugas untuk melakukan pendekatan. Tim ini bertanggung jawab langsung ke Megawati Soekarnoputri.
Setelah itu, ada pula tim pengurus DPP PDIP yang disebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Tugasnya, mengawasi penjaringan di tingkat provinsi. Sebut saja, ada Trimedya Panjaitan untuk provinsi Sumatera Utara. Organisasi-organisasi pun didekati. Misalnya ada Achmad Basarah yang bertugas menjaring dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah atau Mindo Sianipar yang menjemput bola ke organisasi LDII.
Puan Maharani di Rakorbid Politik dan Keamanan (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani di Rakorbid Politik dan Keamanan (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
Hasto menjelaskan, PDIP memang merangkul berbagai lini dan elemen masyarakat dalam pileg kali ini. Maka itu, tak heran muncul nama seperti Kapitra Ampera atau Yusuf Supendi. Selama ini, PDIP sering disebut tidak dekat dengan Islam. Perspektif inilah yang dicoba untuk diubah dalam gelaran pileg kali ini.
ADVERTISEMENT
"Semua DPP menjaring, fraksi juga bisa mengusulkan. Ini untuk mewujudkan PDIP sebagai rumah kebangsaan Indonesia raya dengan semangat gotong royong," katanya.
Caleg dari kalangan artis
Krisdayanti (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Krisdayanti (Foto: Munady)
Tak hanya tokoh Islam serta antikorupsi, PDIP juga menjaring bakal caleg artis. Ada 11 artis yang menjadi caleg PDIP yaitu Krisdayanti, Chica Koeswoyo, Sari Yok Koeswoyo, Katon Bagaskara, Angel Karamoy.
Ada pula Gading Marten, Jeffry Waworuntu, Kirana Larasati, Harvey Malaihollo, Iis Sugianto, Ian Kasela. Hasto Kristiyanto menjelaskan, selain untuk mendongkrak elektabilitas, artis yang dipilih PDIP untuk nyaleg di DPR memiliki alasan tersendiri.
Ia mencontohkan Krisdayanti yang setelah berdialog dengan tim penjaring PDIP memiliki misi kebudayaan khusus. "PDIP punya nilai bagaimana membangun kebudayaan yang berkeadaban. Kami melihat Krisdayanti mampu menyuarakan itu," jelasnya.
Gading Marten. (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gading Marten. (Foto: Munady Widjaja/kumparan)
Lain halnya dengan putri dua pentolan Koes Pus, Chicha Koeswoyo dan Sari Yok Koeswoyo. Menurut Hasto, keduanya dipilih karena melambangkan kekhasan musik Indonesia dengan narasi kebudayaan yang paling representatif.
ADVERTISEMENT
"Koes Plus ini sampai sekarang belum ada yang menggantikan. Lagu-lagunya mudah dicerna. Narasi sederhana tapi menggelorakan Indonesia. Kami ingin mengangkat ini," tuturnya.
Dengan kombinasi yang mewakili berbagai kalangan, PDIP berharap dapat mempertahankan posisi sebagai pemenang pemilu di Pileg 2019 nanti. Selain itu, caleg dari berbagai lini diharapkan dapat menjawab keraguan publik soal nilai dan ideologi PDIP.
"Intinya kita ingin merangkul semua kalangan," tutup Hasto.