Di Balik Pertempuran Sengit AS dan Rusia di Ladang Minyak Suriah

19 Februari 2018 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kehancuran di Deir Ezzor, Suriah (Foto:  STRINGER / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kehancuran di Deir Ezzor, Suriah (Foto: STRINGER / AFP)
ADVERTISEMENT
Pertempuran paling sengit antara pasukan Rusia dan Amerika Serikat sejak berakhirnya Perang Dingin pecah di tanah Suriah awal bulan ini. Selain menyebabkan ratusan orang tewas, banyak tanda tanya tersisa soal mengapa perang kali ini seakan tenggelam di Rusia, atau mengapa yang diserbu adalah ladang minyak Suriah.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu terjadi pada 7 Februari lalu. Ketika itu, seperti diberitakan CNN, sekitar 500 tentara yang terdiri dari militan Kristen loyalis Bashar al-Assad dan tentara bayaran Rusia dari perusahaan pertahanan Wagner menyeberangi surai Eufrat dekat kota Deir Ezzor yang berhasil direbut dari ISIS akhir tahun lalu.
Misi mereka saat itu belum diketahui dengan jelas. Yang jelas, mereka bergerak ke ladang minyak dan gas Coneco yang dikuasai Pasukan Demokrasi Suriah (SDF) yang disokong AS. Pertempuran pun dimulai, SDF dihujani tembakan oleh tim Rusia.
SDF mengabari militer AS yang langsung mengerahkan bala bantuan. AS lantas menurunkan sepasukan senjata tempur canggih, di antaranya jet tempur F-15E, drone MQ-9, pesawat pengebom B-52, kapal serang AC-130, dan helikopter Apache AH-64 untuk melancarkan serangan balik.
AH-64D Apache milik JDF (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
AH-64D Apache milik JDF (Foto: Wikimedia Commons)
Komanda AS mengaku telah mencoba menghubungi militer Rusia. Ini adalah standar operasional untuk mencegah pasukan kedua negara terlibat agresi langsung. Namun semua terlambat, serangan balik telah dilancarkan. Selama tiga jam kemudian, baku tembak berlangsung seru.
ADVERTISEMENT
Ihwal baku tembak ini baru diketahui publik 10 hari kemudian. Menteri Pertahanan AS Jim Mattis pada Sabtu lalu (17/2) seperti dikutip Reuters mengatakan, sekitar 300 orang tentara bayaran Rusia tewas atau terluka. Sementara sekitar 100 tentara pro-Suriah terbunuh.
Tentara Bayaran untuk Serangan Darat
Walau banyak yang tewas, namun tidak ada pemberitaan yang bombastis di Rusia. Tidak seperti ketika pilot Rusia Roman Filipov tewas setelah jetnya ditembak jatuh di Suriah pada Januari lalu.
Mattis mengatakan, AS saat ini tengah menyelidiki siapa yang memerintahkan tentara bayaran Wagner menyerbu ladang minyak tersebut. Sementara Rusia, cuci tangan dan mengaku tidak terlibat sama sekali.
Pemerintah Rusia menolak mengkonfirmasi laporan pertempuran itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova hanya bisa mengatakan ada lima warga Rusia yang tewas, jumlah yang jauh lebih sedikit dari perhitungan AS.
ADVERTISEMENT
Sejak terseret dalam konflik Suriah pada 2015 lalu, Rusia menegaskan bahwa mereka membatasi keterlibatan hanya untuk serangan udara, bukan serangan darat. Tapi sudah maklum, Rusia memberikan "tugas kotor" di darat untuk tentara bayaran.
Kehancuran di Deir Ezzor, Suriah (Foto:  STRINGER / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Kehancuran di Deir Ezzor, Suriah (Foto: STRINGER / AFP)
Walau membantah, berbagai media memberitakan banyak tentara bayaran Rusia tersebar di Suriah. Menurut Reuters, kebanyakan mereka adalah mantan tentara warga Rusia, Ukraina, atau Serbia.
Beberapa korban terluka dalam pertempuran di ladang minyak Coneco dilarikan ke rumah sakit di Moskow, seperti diberitakan CNN. Seorang tentara Wagner, Valery Shebayev, mengatakan mereka saat itu hendak merebut ladang minyak yang kosong.
Menurut Shebayev, serangan itu tidak didukung dari udara oleh jet Rusia. Dia menggambarkan apa yang menimpa mereka itu adalah "pembantaian."
ADVERTISEMENT
Mengapa serbu ladang minyak?
Pertanyaan muncul, mengapa mereka secara gegabah mempertaruhkan nyawa ingin merebut ladang minyak tersebut. Menurut CNN, pendiri Wagner punya kepentingan di dalamnya.
Wagner didirikan oleh Dmitry Utkin, mantan kolonel pasukan khusus Rusia yang diganjar sanksi AS karena membantu separatis pro-Kremlin di Ukraina. Utkin adalah bekas kepala keamanan pejabat Rusia bernama Yevgeny Prigozhin, yang sangat dekat dengan pemerintah Moskow.
Nama Prigozhin kencang disebut di AS karena diduga terlibat dalam peretasan email Hillary Clinton dalam pemilu 2016.
Prigozhin memiliki banyak perusahaan, salah satunya Concord Management and Consulting yang salah satu direktur jenderalnya bernama Dmitry Utkin. Namanya kebetulan sama dengan bos Wagner, atau memang orang yang sama?
Baik Prigozhin dan Concord membantah terlibat dengan Wagner. Bulan lalu, Kementerian Keuangan AS mendeteksi perusahaan Prigozhin lainnya di Rusia, Evro Polis.
Geladi Bersih Tentara Rusia Peringatan PD II (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
zoom-in-whitePerbesar
Geladi Bersih Tentara Rusia Peringatan PD II (Foto: REUTERS/Maxim Shemetov)
CNN berhasil mendapatkan salinan kontrak antara Evro Polis dan rezim Bashar al-Assad di Suriah. Dalam kontrak itu termaktub, Evro Polis berhak atas 25 persen keuntungan penjualan minyak dari ladang yang berhasil mereka rebut dari pemberontak.
ADVERTISEMENT
Menurut Ruslan Leviev, aktivis di organisasi Conflivt Intelligence Team di Moskow, dalam satu dan lain hal perusahaan-perusahaan Prigozhin saling terkait dan tumpang tindih.
"Dia menggunakan uang dari perusahaan-perusahaannya untuk mendanai proyek seperti Wagner, Evro Polis, dan lainnya," kata Leviev kepada CNN.
Singkat kata, Wagner yang bertempur, Evro Polis yang dapat minyak. Dan Coneco adalah ladang minyak menggiurkan, salah satu yang terbesar di Suriah.
Ketika dikuasai ISIS pada 2014, kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu berhasil mendulang uang dari penjualan minyak Coneco hingga USD 3 juta per hari, seperti dikutip dari Al-Arabiya.
ISIS menguras kekayaan Coneco dengan memompa 80 ribu barel per hari. Jumlah ini jauh lebih banyak dibanding ketika dipompa oleh Kementerian Minyak Suriah, yaitu hanya 17 ribu barel.
ADVERTISEMENT