Di Balik Popularitas Nama Muhammad yang Meroket di Eropa

28 Januari 2018 20:01 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
London, Inggris. (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
London, Inggris. (Foto: Unsplash)
ADVERTISEMENT
Akhir 2017, media-media Inggris ramai mempublikasikan berita mengenai tren peningkatan penggunaan nama Muhammad untuk bayi laki-laki di negeri Ratu Elizabeth itu.
ADVERTISEMENT
Dilansir The Independent (20/09/17), Badan Statistik Inggris melaporkan, pada 2016 nama “Muhammad” telah menggeser nama “William” dalam daftar 10 nama anak laki-laki paling populer di Inggris dan Wales.
Ya, William--yang diambil dari nama Pangeran William, cucu Ratu Elizabeth II serta putra sulung Pangeran Charles dan mendiang Putri Diana--ternyata tak selalu jadi (nama) yang favorit bagi masyarakat Inggris.
Alih-alih “William” atau nama-nama anggota Kerajaan Britania Raya lainnya, nama yang meroket popularitasnya di Inggris justru nama nabi besar umat Islam: Muhammad.
Dalam satu dekade terakhir, ketenaran nama Muhammad naik 35 peringkat, dari urutan ke-43 ke urutan 8 dalam daftar nama anak laki-laki terpopuler di Inggris. Tahun 2016, terdapat sekitar 3.908 anak lelaki bernama Muhammad di negara pimpinan Theresa May itu.
ADVERTISEMENT
Yang penting diperhatikan, nama “Muhammad” sebetulnya punya banyak pelafalan dan cara penulisan ketika diterjemahkan ke Bahasa Inggris, antara lain “Mohammed” atau “Mohammad”. Itu artinya, jumlah nama anak yang identik dengan nama nabi besar umat Islam ini sesungguhnya jauh lebih banyak.
Menurut analisis Quartz, apabila daftar 10 besar nama bayi terpopuler tahun 2016 di Inggris diteliti lebih jauh, bayi laki-laki bernama Muhammad memang menempati urutan ke-8 dengan jumlah 3.908 bayi. Namun juga ditarik ke daftar 100 besar, bayi dengan nama Mohammed berada di peringkat 31, dan Mohammad di urutan 68.
Jadi, setidaknya terdapat 7.084 bayi laki-laki di Inggris yang dinamakan sesuai dengan nama Nabi Muhammad SAW.
Tren Meningkat
Imigran. (Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Imigran. (Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis/File Photo)
Sejak 1996, seiring derasnya arus imigrasi ke Inggris, jumlah bayi yang menggunakan nama “Muhammad” memang cenderung meningkat. Berdasarkan data Badan Statistik Inggris seperti dilansir The Telegraph, jumlah bayi yang diberi nama Muhammad pada 1996 bahkan belum mencapai 1.000 jiwa.
ADVERTISEMENT
Namun jumlah itu kemudian bertahap meningkat. Tahun 2006, angkanya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1.500 jiwa. Selanjutnya, pada tahun 2011 terdapat sekitar 2.500 bayi yang diberi nama Muhammad di Inggris.
Saat penggunaan nama Muhammad meningkat, tren nama Mohammed justru menurun. Pada 1996, bayi yang diberi nama Mohammed berjumlah sekitar 2.000 bayi. Satu dekade berselang, tepatnya 2006, jumlah bayi bernama Mohammed bahkan meningkat di kisaran 3.000 bayi. Namun sejak itu, tren penggunaan nama Mohammed terus menurun menjadi 2.208 bayi.
Hal itu berbeda dengan tren penggunaan nama Mohammad yang stagnan di kisaran 500 sampai 1.000 bayi per tahun sejak 1996.
Seán McLoughlin, profesor antropologi dan sosiologi Islam Universitas Leeds, kepada The Guardian mengatakan, banyak umat Islam asal negara-negara Asia Selatan--Bangladesh, India, Pakistan--yang meyakini bahwa dengan menamai bayi mereka menggunakan nama nabi besar Muhammad, berkah akan datang kepada si bayi.
ADVERTISEMENT
“Ada semacam ketakziman dan kecintaan yang begitu besar terhadap nabi besar umat Islam tersebut oleh orang-orang yang berasal dari kawasan Asia Selatan,” kata Sean.
Menurutnya, perbedaan latar belakang masyarakat muslim di Inggris turut menentukan pelafalan nama tersebut. Misalnya, orang-orang asal Asia Selatan cenderung menggunakan pelafalan Mohammed, sedangkan orang-orang asal Arab lebih sering melafalkan Muhammad.
Pertanyaan terpentingnya ialah: bagaimana bisa nama Muhammad menjadi sedemikian populer di Inggris?
Jurnalis The Guardian, Homa Khaleeli dan Jon Henley, berpendapat bayi bernama Muhammad populer karena masyarakat Inggris cenderung memilih menamai bayi mereka dengan nama-nama non-tradisional yang dipengaruhi oleh budaya pop. Misalnya, nama Tyrion yang terinspirasi Game of Thrones, atau Piper yang terinspirasi dari Orange Is the New Black.
ADVERTISEMENT
Pendapat itu diamini Siobhan Freegard, pendiri situs Channel Mum. Menurutnya, seperti dikutip dari The Independent, para orang tua Inggris ketika menamai bayi mereka banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh film fiksi sains, semisal Finn dari Star Wars the Force Awakens dan Ezra dari Star Wars Rebels.
Nama terpopuler untuk bayi laki-laki di Inggris misalnya berasal dari galaksi yang letaknya jauh sekali dari Bumi, seperti Finn dan Ezra dari film Star Wars. Kedua nama itu meningkat lebih dari dua digit dalam daftar nama bayi terpopuler Inggris 2016.
Jadi, jawaban atas pertanyaan kenapa nama Muhammad begitu populer adalah: karena ketika orang-orang Inggris menamai anak-anak mereka dengan nama figur-figur budaya pop, orang-orang Islam di Inggris tetap mempertahankan tradisi menamai anak-anak mereka menggunakan nama nabi besar mereka--Muhammad.
ADVERTISEMENT
Mengobarkan Sentimen
Imigran muslim yang ditolak AS, salat di bandara. (Foto: Laura Buckman/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Imigran muslim yang ditolak AS, salat di bandara. (Foto: Laura Buckman/REUTERS)
Fenomena bayi bernama Muhammad telah dipolitisasi melalui beberapa pemberitaan media sayap kanan Eropa, bahkan di Amerika Serikat dalam bingkai politik identitas. Tujuannya? Apalagi kalau bukan untuk memperkuat sentimen anti-Islam.
Awal Januari 2018, The Daily Wire milik komentator politik sayap Kanan Amerika, Ben Shapiro, merilis sebuah artikel yang menyatakan bahwa Mohammed merupakan nama bayi terpopuler di Belanda tahun 2017.
Media itu memberitakan, terdapat 636 bayi yang diberi nama Mohammed sepanjang tahun 2017. Melalui berita ini, Daily Wire ingin menunjukkan kekeliruan laporan Bank Asuransi Sosial Belanda (SVB) yang melaporkan bahwa di tahun 2017 nama bayi laki-laki terpopuler adalah Noah.
Hasil penelusuran situs fact checking, Snopes, menunjukkan artikel yang dirilis Daily Wire itu sesungguhnya hanya mengutip sebuah berita yang dirilis media ekstrem kanan Belanda, Pow! Ned, yang merupakan bagian dari situs anti-muslim dan anti-imigran Belanda, GeenStijl. Berita itu sendiri, menurut Snopes, tak sepenuhnya benar.
ADVERTISEMENT
Snopes menjelaskan, di Belanda setiap tahunnya SVB mencatat detail jumlah kelahiran dan nama bayi yang lahir sepanjang tahun tersebut. Data itu bisa diakses dengan mudah di situs SVB ini. Berdasarkan penelusuran di situs itu, terungkap bahwa tidak benar bayi yang diberi nama Mohammed berjumlah 636 jiwa, melainkan hanya 221 bayi.
Tapi jika data bayi yang menggunakan nama serupa Mohammed disatukan, seperti Muhammad, Mohammet, atau Mohammad, maka memang jumlah bayi dengan nama itu akan mencapai angka 636 jiwa.
Persoalannya, jika metode itu diterapkan ke nama-nama lain yang punya arti sama namun memiliki lafal berbeda seperti Lucas, Lukas, atau Luke, maka jumlah bayi dengan nama Muhammad masih terbilang kecil. Di Belanda, lebih dari 2.000 bayi menggunakan nama Lucas atau turunan/modifikasi dari nama tersebut,
Ilustrasi bayi. (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi. (Foto: Unsplash)
Selain Daily Wire, media yang mencoba memperkuat sentimen islamofobia di daratan Eropa dengan mengangkat isu nama bayi bernama Muhammad itu adalah Breitbart. Media ini didirikan oleh mantan penasihat kampanye Donald Trump, Steve Bannon. Sebelas-dua belas dengan Daily Wire, media ini juga menjadi corong aspirasi suara-suara anti-Islam dan anti-imigran di Amerika.
ADVERTISEMENT
Pada 25 Januari 2018, Breitbart, mengutip hasil studi Asosiasi Bahasa Jerman (GfdS) memberitakan bahwa dalam waktu kurang dari satu dekade terakhir, jumlah bayi dengan nama Muhammed telah mengalami peningkatan signifikan di Jerman.
Berdasarkan statistik tersebut, jumlah bayi bernama Muhammed meningkat pesat, dari urutan 41 di tahun 2015, ke urutan 26 pada 2016. Maka, apabila seluruh pelafalan nama Muhammad disatukan, bisa dipastikan peringkat popularitas nama Muhammad akan jauh lebih tinggi lagi.
Namun survei yang dikutip Breitbart itu perlu diragukan keabsahannya, karena berdasarkan dua survei lain, di Jerman bayi bernama Mohammed tidak sepopuler yang digembar-gemborkan oleh situs sayap kanan tersebut.
Berdasarkan survei situs penamaan anak Nameberry, popularitas bayi bernama Mohammed/Muhammed di Jerman pada 2016 hanya menempati urutan ke-68.
ADVERTISEMENT
Setali tiga uang dengan Nameberry, situs penamaan anak asal Jerman Knud Bielefeld yang menyurvei 196.158 bayi yang lahir di Jerman pada 2016, juga mengungkap popularitas bayi bernama Muhammad, Mohammed, atau Mohammad di Jerman hanya berada di urutan ke-68 dari 500 nama.
Imran Awan, kriminolog Birmingham City University, mengatakan kepada The Guardian, memang terdapat kecenderungan untuk “menggoreng” isu bayi bernama Muhammad ini menjadi perkara sensasional, untuk kemudian dibingkai sentimen islamofobia.
“Isu-isu islamofobia terus dihidupkan melalui ketakutan dan prasangka muslim akan memecah belah dan mengambil alih kepemimpinan. Isu kecil semisal penamaan bayi dengan nama Muhammad ini telah digunakan oleh kelompok-kelompok sayap kanan untuk memperkuat kebencian terhadap umat Islam,” kata Awan.
Di dunia yang kerap intoleran dan penuh prasangka, kontroversi menyangkut isu remeh-temeh semacam ini memang tak bisa dihindari. Tak cuma di Eropa, tapi seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
===============
Simak ulasan mendalam lain dengan mengikuti topik Outline.