Diduga Ada Motif Politik di Balik Maraknya Kekerasan ke Pemuka Agama

12 Februari 2018 9:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pria berparang serang Gereja Bedog. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pria berparang serang Gereja Bedog. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Insiden penyerangan terhadap jemaat di Gereja Santa Lidwina Bedog, Yogyakarta, menambah daftar intoleransi dan kekerasan yang memakan korban lintas agama. Kali ini, Romo Edmund Prier bersama tiga orang lainnya, diserang oleh pria berparang bernama Suliyono saat melaksanakan ibadah misa.
ADVERTISEMENT
Rabu (7/2) lalu, terdapat isu penolakan masyarakat Kampung Cakung tentang rencana kegiatan kebaktian umat Budha. Selain itu, masyarakat juga disebut menolak kegiatan peribadatan yang dilakukan Biksu Mulyanto di rumahnya. Namun, polisi memastikan kasus tersebut hanyalah kesalahpahaman.
Suasana Gereja Bedog usai penyerangan (Foto: Haris Erdyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Gereja Bedog usai penyerangan (Foto: Haris Erdyanto)
Belum lagi, insiden yang terjadi pada beberapa pekan silam di Jawa Barat. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basri, dianiaya pada Sabtu (27/1).
Pada Kamis (1/2) pagi di Cigondewah, Jawa Barat, Komandan Brigade Persis, H.R. Prawoto, tewas dengan luka di kepala dan tangan. Polisi menyimpulkan kedua ulama tersebut diduga dianiaya oleh orang pengidap gangguan jiwa.
Penganiaya KH Umar Basri ditangkap (Foto: instagram/@ahmadhelmyfaishalzaini)
zoom-in-whitePerbesar
Penganiaya KH Umar Basri ditangkap (Foto: instagram/@ahmadhelmyfaishalzaini)
Dewan Pembina MAARIF Institute, Fajar Riza Ul Haq, menilai aksi semacam ini tidak boleh dibiarkan. Polisi harus terus mengusut kasus ini.
ADVERTISEMENT
"Publik perlu terus mendukung dan mengawasi Kepolisian untuk mengusut kasus-kasus kekerasan yang menyeret isu agama sensitif ini. Jangan sampai publik kehilangan kepercayaan terhadapan Kepolisian bahkan hukum itu sendiri akibat tidak tanggapnya aparat penegak hukum," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan (kumparan.com), Senin (12/2).
Menurutnya, dengan bermunculannyya kasus-kasus kekerasan yang memakan korban semua kelompok agama, seharusnya membuat publik sadar dan bersatu. "Ini bukan semata soal tokoh-tokoh Islam yang sedang diburu PKI seperti sangkaan liar yang beredar di media sosial," kata dia.
Sementara, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas, turut mendesak polisi untuk mengusut tuntas kasus penyerangan terhadap jemaah Gereja Bedog. Yaqut menduga, ada motif tertentu atas serangkaian aksi teror belakangan ini. 
ADVERTISEMENT
"Kami minta aparat kepolisian usut tuntas kasus ini dan apa motif di belakangnya. Jangan asal dibilang pelakunya diduga gila. Masak, semua kejadian teror pelakunya gila semua. Aneh," tegas Yaqut, di sela acara Diklat Terpadu Dasar Pimpinan Cabang GP Ansor Korea Selatan, di Stella Marina Hotel, Incheon, Korea Selatan, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Minggu (11/2).
Gus Yaqut, sapaan akrabnya, tidak yakin pelaku benar-benar gila. Apalagi, kasus teror ini terjadi tidak berselang lama dan menimpa tokoh agama, mulai NU di Jawa Barat; ustaz Persis; Bhiksu di Tangerang, dan sekarang, umat Katholik di Sleman.
"Kalau menurut saya, pelaku memang gila, tapi bukan secara psikologis atau fisik, tapi tergila-gila agama. Pelaku gila karena pemahaman agama yang salah," tandasnya. 
ADVERTISEMENT
Gus Yaqut menduga terdapat berbagai motif di balik serangkaian kasus teror belakangan ini. Selain motif agama, lanjut dia, sangat mungkin ada motif politik di belakangnya. 
"Sebab itu, sekali lagi saya minta aparat mengusut tuntas kasus ini, termasuk kasus-kasus sebelumnya. Saya ingatkan kepada semua pihak di luar sana, jangan macam-macam terhadap Indonesia, jangan ganggu Indonesia. Kita akan lawan setiap upaya yang mengancam Indonesia," tegasnya. 
Gus Yaqut mengingatkan, jangan mempertaruhkan Indonesia untuk kepentingan sesaat, atau kepentingan politik atas nama apa pun. 
"Dengan sumber daya yang kita punya, info yang kita gali, GP Ansor juga sedang cari apa motif sebenarnya yang terjadi. Ini masalah serius. Aparat harus tuntas usut semua kasus tersebut jangan sampai tercipta instabilitas," ujarnya.
ADVERTISEMENT