Diduga Alami Gangguan Jiwa, Tahanan di Bali Makan Kotoran Manusia

19 Juni 2019 12:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang tahanan titipan bernama Putu Swastika, di Rutan Kelas IIB Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Foto: Dok. Rutan Kelas II B Negara
zoom-in-whitePerbesar
Seorang tahanan titipan bernama Putu Swastika, di Rutan Kelas IIB Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Foto: Dok. Rutan Kelas II B Negara
ADVERTISEMENT
Seorang tahanan titipan bernama Putu Swastika (25) membuat geger rumah tahanan (Rutan) Kelas IIB Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, oada Minggu (16/6).
ADVERTISEMENT
Pria yang terjerat kasus pencurian motor pada Januari 2019 lalu itu, tiba-tiba melumuri tubuhnya dengan kotorannya sendiri usai buang air besar (BAB).
Tak hanya itu, ia juga memakan kotorannya itu. Tak habis pikir dengan kelakuan Swastika, rekan satu selnya melapor ke petugas jaga.
"Informasinya yang bersangkutan melakukan sesuatu hal di luar kebiasaan umum, yang bersangkutan pernah membalurkan kotorannya ke badan. Saya memang tak melihat langsung, tapi setelah saya panggil teman kamarnya yang bersangkutan sempat memakan kotorannya," kata Kepala Rutan kelas IIB Negara, Purniawal saat dikonfirmasi, Rabu (19/6).
Ilustrasi tahanan. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Purniawal menjelaskan Swastika dititipkan sejak 19 Februari 2019. Saat rutan mengecek kondisi kesehatan, ada lampiran dokumen dokter yang menyatakan Swastika memiliki gangguan kepribadian campuran/
ADVERTISEMENT
"Ketika masih berstatus tahanan penyidik yang bersangkutan sempat dirawat di RSJ Bangli," jelas Purniawal.
Meski sempat dirawat di RSJ, namun proses hukum Swastika tetap dilanjutkan. Sebab, dokter menyatakan, Swastika mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan karena sempat sembuh.
"Sesuai SOP kami, jika menerima tahanan baru kami cek kesehatannya, ada dokumen yang menyertainya bahwa yang bersangkutan mengalami gangguan kepribadian campuran. Dan sempat dinyatakan sembuh sehingga bisa dilanjutkan proses hukumnya," kata dia.
Ilustrasi tahanan. Foto: Shutter stock
Petugas memantau segala aktivitas Swastika karena diagnosis gila. Rupanya, Swastika suka menyendiri, merenung, dan kurang respons saat diajak berkomunikasi. Bahkan pihak rutan pernah membawanya ke RSU Negara karena meronta-ronta.
"Dan pernah sekali karena dia meronta-ronta kami bawa ke RSU Negara dan dilakukan tindakan diberi obat penenang. Sampai hari ini masih di rutan," jelas Purniawal.
ADVERTISEMENT
Purniawal mengatakan kondisi Swastika masih tak menentu. Dia juga masih suka berbicara sendiri, hingga membenturkan kepalanya ke dinding sel tahanan.
"Dia suka berhalusinasi, bilang ada perempuan sama monyet mengajak dia berbicara melakukan itu (melumuri kotoran pada tubuh dan memakannya), " ujar dia.
Ilustrasi Penjara. Foto: Shutter Stock
Purniawal mengatakan, hingga saat ini, Swastika belum di bawa ke RSJ. Sebab, ia tak berwenang membawa Swastika ke RSJ. Secara yuridis, Swastika masih menjadi tanggung jawab hakim.
"Jika keluar harus ada izin. kami sempat bawa ke RSU untuk penanganan awal," kata dia.
Meski demikian, Purniawal mengatakan, telah memerintahkan anak buahnya agar merawat Swastika dengan baik. Setiap pagi selama satu jam, Swastika akan diajak berjalan pagi, mengobrol oleh petugas. Kegiatan ini dilaksanakan sembari menunggu persidangan oleh Kejari Jembrana.
ADVERTISEMENT
"Ada petugas keamanan dan perawat memantau perkembangan dia. Khawatir bentur-bentur kepala," katanya.