Din Harap Ulama Menahan Diri soal Said Aqil Serukan NU Kuasai Masjid

30 Januari 2019 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Din Syamsuddin  (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Din Syamsuddin (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siroj, memantik polemik karena menyerukan agar warga NU menguasai masjid-masjid, kementerian agama, khotbah-khotbah, termasuk KUA. Di luar itu, dianggap salah oleh Said Aqil.
ADVERTISEMENT
Merespons hal itu, Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin mengaku sebetulnya tak tertarik mengomentari pernyataan yang memicu kegaduhan. Selain karena Din pernah jadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, juga karena suara MUI sudah diwakilkan Anwar Abbas.
Din hanya menyerukan para ulama menahan diri. "Masing-masing harus menahan diri, mengendalikan diri. Jangan ada aksi reaksi, karena itu sangat potensial membawa perpecahan di arus bawah, apalagi dalam suasana politik yang sangat sensitif seperti sekarang ini," ucap Din usai rapat di kantor MUI, Jakarta, Rabu (30/1).
KH Said Aqil (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
KH Said Aqil (Foto: wikimedia commons)
Din menuturkan, dalam rapat Wantim MUI yang baru digelar, sempat dibahas agar para ulama terutama pimpinan ormas Islam, tidak melontarkan ucapan-ucapan yang memicu pro kontra dan menyinggung perasaan pihak lain.
ADVERTISEMENT
"Maka saya kira perkara Kiai Said ini dicukupkan saja demikian, dan Kiai Said saya rasa juga sudah mendengar juga ya pernyataan dari orang lain," tuturnya.
Din menyebut masjid di Indonesia ada jutaan, tidak mungkin hanya dipegang satu ormas. "Marilah kita tampilkan Islam yang jalan tengah, Islam yang rahmatan lilalamin, karena itu juga bagian dari Islam Nusantara. Islam yang mengedepankan tasumah (lemah lembut)," ucap Din.
"Saya memahami orang lain itu ya, menghargai. Tapi saya kira cukuplah, jangan dikembangkan lagi. Masih banyak masalah strategis lain," pungkasnya.
Presiden RI Joko Widodo bersama sang istri, Iriana Widodo, Pada Acara Harlah Muslimat NU di GBK, Minggu (27/1). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo bersama sang istri, Iriana Widodo, Pada Acara Harlah Muslimat NU di GBK, Minggu (27/1). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
Pernyataan Said Aqil itu disampaikan dalam acara harlah muslimat NU di GBK, Jakarta, Minggu (27/1). Said menyerukan kader-kader NU berperan secara lebih luas, dan harus menguasai lembaga-lembaga keagamaan.
ADVERTISEMENT
"Imam masjid, khotib-khotib, KUA-KUA, Kemenag, harus dari NU. Kalau dipegang selain NU salah semua, nanti banyak bid'ah kalau selain NU," kata Said Aqil.
Sekjen MUI Anwar Abbas lalu mengkritik Said Aqil dan mendesak meminta maaf serta mencabut ucapan itu. Namun, Said Aqil menolak karena merasa tidak ada yang salah dari pernyataannya tersebut. Selain itu, menurut Said, NU adalah organisasi Islam yang independen.
“Sekjen majelis ulama meminta saya mencabut ungkapan saya kemarin, saya atau NU bukan bawahan ulama, tidak ada hak mereka perintah-perintah saya,” kata Said di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Senin (28/1).
Sekjen MUI Anwar Abbas.  (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen MUI Anwar Abbas. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
“Begini, Ketua PBNU harus nekat, tidak boleh takut kepada siapa pun, kecuali sama istri saya, itu pun kadang-kadang,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Wapres JK lalu mengingatkan bahwa menjadi penceramah atau imam salat tidak didasarkan pada golongannya, tapi kemampuannya.
"Dalam hukum Islam itu yang jadi imam, yang jadi khatib, itu orang yang mampu, dan orang yang mampu itu tidak punya batasan organisasi. Jadi ya kurang tepat kalau dilakukan dalam skala organisasi, tapi siapa yang mampu. Seperti halnya bagus, apa, siapa sajalah, begitu kan," ucap JK di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (29/1).