Djoko Santoso Ungkap 7 Langkah Indonesia Hadapi Ancaman Global

8 September 2018 20:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Djoko Santoso tiba di Kartanegara, Jumat (7/9/18). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Djoko Santoso tiba di Kartanegara, Jumat (7/9/18). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Djoko Santoso akan menjadi komandan tim sukses pemenangan pasangan Prabowo - Sandi dalam menghadapi Pilpres 2019. Semua parpol pengusung Prabowo - Sandi pun sudah menyetujui mengenai hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Ditemui di sela-sela acara perayaan ulang tahunnya yang dihadiri sejumlah tokoh politik, Sabtu (8/9), Djoko Suyanto berbagi pandangannya soal kondisi global serta kondisi Indonesia secara khusus.
Ia menilai bahwa ada beberapa isu di dunia yang perlu diperhatikan. Salah satunya soal perubahan iklim yang menurutnya bisa berimbas pada kondisi di Indonesia, termasuk kondisi alam hingga kondisi pangan. Tak hanya itu, krisis lain yang dinilai terjadi adalah krisis energi. Djoko juga menyoroti soal kesenjangan kondisi ekonomi antara yang kaya dengan yang miskin.
" Karena globalisasi ada beberapa nilai-nilai yang diperkenalkan seperti demokratisasi HAM, perdagangan bebas, menjadikan sistem ini menjadi liberal kapiltalis. Kalau ada hal-hal yang kita tidak kuat maka kesenjangan antara kaya dan miskin menjadi lebar. Kita semakin lebar karena angka ini menjadi bertambah. Karena kaya dan miskin itu berubah maka mengancam dari posisi negara kita menjadi berbahaya," kata Djoko di Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (8/9).
Djoko Santoso tiba di Kartanegara, Jumat (7/9/18). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Djoko Santoso tiba di Kartanegara, Jumat (7/9/18). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Ia lantas menyebut bahwa ada setidaknya 7 langkah yang bisa diambil untuk menghadapi ancaman-ancaman global tersebut. Djoko menilai langkah itu perlu diambil demi keutuhan NKRI.
ADVERTISEMENT
Pertama, membangun pemahaman kesadaran dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ia berharap semua orang memahami bagaimana hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Kedua, melakukan konsolidiasi nasional. Djoko berharap para pemangku kepentingan berembuk melakukan konsolidasi nasional, tidak berebut kekuasaan.
Ketiga, melakukan revitalisasi nasional.
"Kita perlu merevitalitas nasionalisme karena nasionalisme kita luluh akibat globalisasi itu. Globalisasi itu selalu diam, liberalisasi di depan, membuka pintu akhirnya masuk kapitalis. Nah itu kita perlu merevitalisasi nasionalisme kita, karena nasionalisme yang luluh itu tidak akan menang dengan kapitalis. Karena peluru kapitalis itu duit, ditembak kok enak. Kalau ditembak karo peluru timah mati bener, ini kok enak. Tapi ini semua mengancam negara kita, makanya harus kita waspadai," papar Djoko.
ADVERTISEMENT
Keempat, meningkatkan kewaspadaan nasional.
"Karena kita bersaing, akhirnya kita kalah bersaing, akhirnya kita menjadi miskin, akhirnya kita menjadi lemah. Maka perlu kita meningkatkan kewaspadaan. Kalau kita enggak waspada, maka kita akan lengah. Kalau kita lengah, maka kita akan lemah. Kalau kita lemah, maka kita akan kalah. Dan kalau kita kalah, maka akan menderita," kata Djoko.
Kelima, menggerakkan ekonomi kerakyatan yang adil dan konstitusional.
Ia menilai bahwa rakyat sedang dalam kondisi yang susah karena harga yang naik. Sementara gaji pekerja tidak sepadan dengan kenaikan harga tersebut. Bahkan Djoko sempat berkelakar mengenai gaji wartawan yang mewawancarainya.
"Rakyat kita ini makin susah, harga-harga naik, gaji kalian enggak sepadan. Kalau saya lihat ini muka-mukanya ini ndak punya duit ini ya, karena gajinya dikit," imbuh Djoko sambil berkelakar kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
Djoko menilai ekonomi kerakyatan yang adil dan konsitusional harus tercipta demi mewujudkan perekonomian yang merata.
"Sehingga pekerja-pekerja bisa punya rumah, bisa punya mobil, iya kan. Jangan pekerjanya miskin terus dari generasi ke generasi. Itu harus diatur agar buruh, tenaga kerja itu memiliki penghasilan yang layak. Itulah kita perlu menggerakkan ekonomi kerakyatan yang adil dan konstitusional," kata dia.
Keenam, rekonstruksi konstitusi. Menurut Djoko, hal-hal yang ia sebutkan sebelumnya tadi bisa terwujud bila melakukan rekonstruksi konsitusi.
"Kita udah diamandemen empat kali dan amandemennya itu tidak sesuai aturan, maka harus diamandemen lagi. Kita harus menganut pasal 33. Ekonomi ya untuk kemakmuran sebesar-besarnya rakyat. Tidak ada lagi rakyat ditindas dengan apa, pajak yang memberatkan dan sebagainya. Nah itu semua bisa terlaksana jika kita melakukan rekonstruksi konstitusi," papar Djoko.
ADVERTISEMENT
Ketujuh, memilih pemimpin konsitusional yang pancasilais.
"(Memilih) Pemimpin yang mampu menginspirasi rakyat buat bersatu, untuk bangkit, untuk bergerak agar Indonesia ini berubah. Maka pesan saya karena itu sudah masuk dalam ranah politik praktis, maka silakanlah mau pilih siapa. Kalau kita keliru memilih, ya kita punah. Silakan memilih siapa. Seperti itu. Dan semua langkah itu yang kita lakukan adalah kita harus berdoa, karena kita kan engga tahu sebenarnya Tuhan itu kita mau jadi apa, kita kan enggak tahu. Kita harus setiap langkah harus berdoa," pungkas Djoko.