DLH Jateng: Sesajen Jadi Salah Satu Penyebab Karhutla Merbabu

26 September 2019 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran di Gunung Merbabu Foto: Dok.Balai Taman Nasional Gunung Merbabu
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran di Gunung Merbabu Foto: Dok.Balai Taman Nasional Gunung Merbabu
ADVERTISEMENT
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Jawa Tengah masih terus terjadi. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng menyebut, 90 persen kebakaran di wilayahnya terjadi karena ulah manusia.
ADVERTISEMENT
"Salah satunya, membakar lahan tapi tidak dipantau sampai apinya habis. Tertiup angin besar, baranya menyebar," ujar Kepala DLHK Jateng, Teguh Dwi Paryono, Kamis (26/9).
Salah satunya, Teguh mencontohkan kebakaran di Gunung Merbabu yang hingga hari ini tak kunjung padam. Kebetulan, di Merbabu terdapat tempat melakukan ritual.
Kobaran api membakar hutan di kawasan puncak Gunung Merbabu terlihat dari Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (12/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Orang datang ritual membawa sajen dan kemudian membakar hio atau dupa, yang kemudian ditinggal dalam keadaan masih menyala.
"Nah di Merbabu itu rata-rata pohon pinus yang getahnya menghasilkan gondorukem atau minyak terpentin, makanya api lebih cepat membesarnya dan lama," kata Teguh.
Sementara terkait pemadaman, Teguh membenarkan penundaan penggunaan water bombing untuk memadamkan kebakaran di Gunung Merbabu.
"Kita sudah upayakan ke Dirjen Kehutanan juga untuk bisa menganggarkan supaya bisa pakai chopper (helikopter yang mengangkut air untuk water bombing). Tapi pusat masih fokus untuk Sumatera dan Kalimantan. Jadi kita maksimalkan secara manual," ujarnya.
Kobaran api membakar hutan di kawasan puncak Gunung Merbabu terlihat dari Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (12/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Sementara itu, Teguh membeberkan luasan yang terbakar di Gunung Merbabu telah mencapai 468 hektare. Sementara, kebakaran teranyar yang melanda kawasan di Gunung Sumbing, wilayah Temanggung, belum dipetakan.
ADVERTISEMENT
"Merbabu itu kemiringan medannya jadi kendala. Api bukan dari atas ke bawah, tapi dari bawah ke atas. Kita berdoa semoga lekas hujan dan padam," kata Teguh.
Terkait adanya warga Boyolali yang terdampak akibat kebakaran di Gunung Merbabu, Teguh memastikan pihaknya sudah mendata. Namun, dia mengelak sebutan krisis air akibat kebakaran.
"Pipa PDAM tidak terdampak, yang terdampak itu milik warga yang kebetulan tidak dipendam dan berada di tebing dan mengalirkan dari Tuk Sipendok. Sementara masih aman dan warga juga turut membantu pemadaman," tegasnya