Doa Qunut dan Salat Gaib Digelar di Masjid At-Taqwa, Pandeglang

28 Desember 2018 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana khotbah jumat di masjid At-Taqwa. (Foto: Fachrul/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana khotbah jumat di masjid At-Taqwa. (Foto: Fachrul/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masjid At-Taqwa, Desa Teluk, Pandeglang, Banten, menjadi salah satu lokasi yang ikut terdampak tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu. Bagian dalam masjid sempat terendam air hingga 1,5 meter. Meski begitu, bangunan yang hanya berjarak 20 meter dari laut ini tetap berdiri kokoh.
ADVERTISEMENT
Memasuki hari keenam setelah tsunami, salat Jumat di Masjid At-Taqwa tetap digelar. Hanya saja, untuk kali ini, pelaksanaan salat terasa berbeda.
“Nanti kita akan bacakan qunut di rakaat kedua dan salat gaib untuk saudara-saudara kita yang meninggal karena bencana ini,” kata imam sekaligus khatib, Matsuri, sebelum memimpin salat, Jumat (28/12).
Suasana Masjid At-Taqwa pasca tsunami di Desa Teluk, Labuan, Pandeglang. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid At-Taqwa pasca tsunami di Desa Teluk, Labuan, Pandeglang. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Dalam khotbahnya, Matsuri menyelipkan cerita yang terjadi di malam saat tsunami datang. Dengan kondisi cerah terang bulan purnama, tiba-tiba saja tsunami menerjang wilayah pesisir pantai di sekitar masjid.
Saat itu, lanjut Matsuri, warga begitu panik. Mereka berlari menjauhi laut.
Suasana Masjid At-Taqwa pasca tsunami di Desa Teluk, Labuan, Pandeglang. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Masjid At-Taqwa pasca tsunami di Desa Teluk, Labuan, Pandeglang. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
“Sebagian dari kami diberikan keselamatan. Namun ada sebagian yang meninggal dunia,” imbuhnya.
Matsuri mengingatkan jemaah untuk tetap sabar dan terus mendekatkan diri kepada Tuhan usai bencana akibat longsoran erupsi Gunung Anak Krakatau ini
ADVERTISEMENT
“Sabar tidak harus pasrah, tapi harus memiliki filosofi bahwa kita hidup karena Allah SWT. Dari filosofi itu mari kita bangkit,” ujarnya. "Berdoa agar saudara-saudara kita yang datang dari luar kota untuk menolong, diberikan balasan yang setimpal,” tutup Matsuri dalam khotbahnya.
Data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Rabu (26/12) mencatat sebanyak 430 orang meninggal dunia akibat bencana yang melanda wilayah Banteng dan Lampung Selatan tersebut. Sementara korban luka-luka mencapai 1.495 orang, 159 korban hilang, dan 21.991 korban selamat masih mengungsi.