Dokter Ragu Kondisi Jangka Panjang Intel Rusia dan Putrinya Membaik

29 Mei 2018 23:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
ADVERTISEMENT
Tim dokter yang merawat mantan intelijen Rusia, Sergei Skripal dan putrinya Yulia Skripal mengaku belum bisa memprediksi dampak kesehatan jangka panjang kondisi keduanya. Skripal dan putrinya baru saja melewati masa kritis akibat racun novichok yang menyerang saraf mereka.
ADVERTISEMENT
Yulia Skripal berbicara kepada Reuters pekan lalu, mengatakan pemulihan kondisinya berjalan lambat dan sangat menyakitkan. Ia mengaku beruntung telah selamat dari kematian dan masa kritis.
Dilaporkan reuters yang melansir BBC, tim dokter bahkan khawatir dampak insiden itu bisa menjadi jauh lebih buruk.
"Semua bukti ada di sana bahwa mereka tidak akan bertahan hidup," kata Stephen Jukes, konsultan perawatan intensif yang merawat Skripal.
Yulia Skripal  (Foto: Facebook via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Yulia Skripal (Foto: Facebook via REUTERS)
Staf rumah sakit tempat keduanya dirawat, mengaku banyak orang di sana yang takut menjadi korban racun novichok. Mereka khawatir insiden itu jauh lebih serius daripada yang diperkirakan sebelumnya, menyusul seorang polisi dirawat di rumah sakit setelah merawat Skripal.
"Ketika (polisi) itu dirawat dengan gejala (yang sama), ada kekhawatiran nyata tentang seberapa besar hal ini," ujar Lorna Wilkinson selaku direktur keperawatan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Skripal dan Yulia ditemukan pingsan pada 4 Maret lalu, tergeletak di bangku sebuah mal di kota Salisbury, kota bagian selatan Inggris. Setelah dibawa ke rumah sakit, kondisi Skripal dan Yulia sudah dalam keadaan kritis.
Racun novichok yang membuat mereka kritis, pernah dikembangkan oleh Uni Soviet. Mereka kemudian menyalahkan Rusia sebagai dalang upaya pembunuhan Sergei namun Pemerintah Rusia membantah tudingan tersebut.
Tudingan Inggris ke Rusia membuat kedua negara itu kembali mengalami ketegangan diplomatik, seperti masa Perang Dingin. Saling usir diplomat dilakukan, merambat ke negara-negara NATO yang juga ikut terseret dalam gelombang saling usir tersebut.