Donasi kumparan untuk 4 Anak Penderita Kanker Darah

15 Februari 2019 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ashyeela tetap ceria meski menderita kanker darah. Foto: Audrey Marianne/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ashyeela tetap ceria meski menderita kanker darah. Foto: Audrey Marianne/kumparan
ADVERTISEMENT
Pada April 2017, kumparan melalui platform Kitabisa menggalang dana untuk seorang duafa penderita kanker payudara stadium 4, Nenek Solimah. Selain penggalangan dana, kumparan juga bekerja sama dengan Lembaga Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Duafa untuk membantu merawat Nenek Solimah langsung.
ADVERTISEMENT
Namun pada 8 November 2017, nenek yang tinggal di Desa Harapan Setia, Kabupaten Bekasi, itu tak lagi mampu melawan penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya. Dia tutup usia setelah 3 tahun berjuang melawan kanker.
Kondisi Nenek Solimah saat ini Foto: Anggi Dwiky/kumparan
Donasi yang terkumpul untuk Nenek Solimah mencapai Rp 76.191.356, dan masih tersisa sekitar Rp 40 juta. Akhirnya sisa donasi disalurkan untuk 4 anak penderita kanker darah yang membutuhkan bantuan dana. Mereka adalah Ashyeela Qaerin Nazneen (3), Haikal Ramadhani (8), Afifah Putri Anggrayani (7), dan Daut Wesly Siburian (2).
Bocah-bocah yang selalu ceria ini harus menahan rasa sakit setiap hari karena kanker ganas yang menggerogoti tubuh mereka. Usia boleh kecil, namun mereka tidak menyerah melawan penyakit. Anak-anak itu tetap semangat, bahkan ada yang berprestasi di sekolah.
ADVERTISEMENT
Berikut rangkuman singkatnya:
1. Ashyeela
Bocah ceria yang merupakan anak dari pasangan Hasan Basri dan Daniyati ini divonis menderita kanker darah jenis Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) sejak usia 2,5 tahun. Awalnya pada tahun 2017 muncul semacam bisul di dada Ashyeela yang tak jelas apa penyebabnya.
Setelah berobat di puskesmas, bisul tak kunjung sembuh, justru semakin membesar. Setelah dirujuk ke berbagai rumah sakit, dokter menyimpulkan Ashyeela menderita kanker darah ALL. Sejak saat itu Ashyeela rutin menjalani kemoterapi di RS Harapan Kita.
Ashyeela, bocah penderita kanker darah, bersama orang tuanya. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Meski memiliki kartu BPJS, ada biaya pengobatan yang tak ter-cover. Kondisi ini menyulitkan keluarga Hasan Basri, mengingat sebagai pekerja serabutan, penghasilannya rata-rata Rp 30-50 ribu per hari. Mereka hidup bertiga di kamar kontrakan berukuran 2,5 x 3 meter di kawasan Kemayoran Gempol, Jakarta Pusat, dengan sewa per bulan Rp 700 ribu.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu meringankan beban keluarga Ashyeela, kumparan bersama Dompet Duafa menyalurkan bantuan Rp 10 juta.
2. Haikal
Haikal menderita ALL sejak tahun 2016 saat usianya masih 6 tahun. Kala itu dia jatuh dari sepeda hingga mengalami luka di betis kaki kiri. Namun nyeri yang dirasakan bocah periang itu semakin serius hingga orang tuanya membawanya ke berbagai rumah sakit.
Setelah melalui rangkaian pemeriksaan panjang, pada tahun 2017 dokter di RS Melia Cibubur mendiagnosa Haikal menderita ALL alias kanker darah. Dia dirujuk ke RSCM Kiara Jakarta Pusat dan dirawat sejak bulan Juli-September 2017. Selepas perawatan 2 bulan itu, Haikal juga harus menjalani kemoterapi.
Di tahun yang sama kaki Haikal juga harus diamputasi hingga pangkal paha karena luka yang semakin menggerogoti tubuhnya. Meski demikian, siswa kelas 2 SD ini tetap semangat berangkat sekolah. Sakit tidak menghalangi keceriaannya untuk tetap sekolah dan bermain bersama kawan-kawannya.
Ibunda Haikal. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Sebagian besar biaya pengobatan Haikal memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ayah Haikal adalah pekerja kasar dengan penghasilan harian Rp 50-100 ribu dengan tanggungan 2 anak lain selain Haikal.
ADVERTISEMENT
Semangat dan keceriaan Haikal lah yang membuat orang tuanya tak pernah putus asa. Namun pada November 2018 keceriaan itu hilang. Haikal tutup usia, 2 hari sebelum donasi sebesar Rp 5 juta diserahkan.
Di usianya yang baru 8 tahun, Haikal sudah meninggalkan kenangan manis untuk orang-orang di sekelilingnya, mengajarkan bagaimana kerasnya berjuang hidup.
3. Afifah
Awalnya pada bulan Mei 2015 saat masih berusia 4 tahun, Afifah mengeluh sakit di bagian perut bawah sebelah kanan. Meski telah bolak-balik ke rumah sakit, rasa nyeri yang dirasakan Afifah tak kunjung reda, bahkan kondisi kesehatannya terus menurun.
Afifah, penderita kanker darah. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Akhirnya pada Agustus 2015 Afifah divonis menderita kanker darah ALL dan harus kemoterapi rutin. Meski syok dengan vonis dokter, sang ibunda, Eri Yuniati (38) terus memberi semangat kepada anak keduanya itu. Dia rutin mengantar anaknya dari Cikarang ke RSCM Kiara Jakarta Pusat untuk kemoterapi, sementara suaminya bekerja mencari nafkah.
ADVERTISEMENT
Namun pada 2016 ayah Afifah meninggal dunia. Sejak saat itu Afifah hanya hidup bertiga dengan ibu dan kakaknya yang duduk di bangku SMP. Mereka tinggal di kamar kontrakan berukuran 2,5 x 8 meter persegi di kawasan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, dengan harga sewa Rp 800 ribu per bulan.
Penyerahan donasi untuk Afifah. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Meski demikian segala keterbatasan ini tak membuat Afifah menyerah. Walau harus menahan rasa sakit luar biasa, Afifah mampu berprestasi dengan menjadi juara kelas di sekolahnya. Kanker darah tak menghalangi Afifah memperoleh nilai terbaik, mengalahkan 29 teman-temannya di kelas.
Untuk membantu mengurangi beban keluarga, kumparan memberikan donasi sebesar Rp 10 juta kepada Afifah dan keluarganya.
4. Daut
Sejak lahir Daut divonis menderita kanker darah jenis Acute Myelobalistic Leukemia (AML). Kini saat usianya baru 11 bulan, kanker yang dideritanya sudah mencapai stadium 4.
Bayi Daut, penderita kanker darah stadium 4. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Saat usianya baru 1,5 bulan, dokter di RSUD Cengkareng menyebut harapan hidup bayi Daut tinggal 20 persen. Dia sudah menjalani 80 kali proses kemo di RSAB Harapan Kita, Jakarta, dan masuk protokoler pemberian obat kemoterapi ke-2.
Bayi Daut tidur. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Saat ini ayah bayi Daut masih menganggur karena kontrak kerja sebelumnya habis. Keluarga ini mengandalkan pemasukan dari warung kelontong kecil di rumah untuk menghidupi 6 orang anggota keluarga.
Bayi Daut bersama orang tuanya. Foto: Audrey Marianne/kumparan
Untuk mengurangi beban keluarga tersebut, kumparan menyerahkan bantuan sebesar Rp 15 juta yang diterima langsung oleh orang tua Daut.
ADVERTISEMENT