Dubes Palestina: Yerusalem Milik Islam, Kristen, dan Yahudi

7 Desember 2017 14:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera AS dan bendera Israel di Yerusalem. (Foto: AFP/Ahmad Gharabli)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera AS dan bendera Israel di Yerusalem. (Foto: AFP/Ahmad Gharabli)
ADVERTISEMENT
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel membuat Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Alshun terpukul. Pasalnya, sudah lama negaranya ingin menjadikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada yang bisa menerima Yerusalem menjadi milik Israel dan menjadi ibu kota Israel, kami mengutuk itu," ucap Alshun di sela Bali Democracy Forum di International Convention Exhibition Bumi Serpong Damai (ICE BSD), Tangerang, Banten, Kamis (7/12).
"Itu adalah ibu kota Palestina. Semua orang mengutuk keputusan Donald Trump," sambung dia.
Dalam pandangannya, Yerusalem itu milik semua agama, bukan cuma punya Israel saja. Tetapi dengan adanya pengakuan AS, Yerusalem seperti punya Israel sepenuhnya.
"Trump melakukan kesalahan besar yang tidak bisa diterima sama sekali. Yerusalem punya umat Islam, Kristen, dan Yahudi, tapi ini adalah ibu kota Palestina," tegas dia.
Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhari Alshun. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhari Alshun. (Foto: Andreas Gerry/kumparan)
Alshun menduga, ada peranan Israel di balik keputusan Trump tersebut. Memang sejak pemilu 2016, Trump menjanjikan pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem. Diduga saat itu dia tengah menggalang dukungan dari para pemilih Yahudi.
ADVERTISEMENT
"Israel meminta itu, mereka menekan Trump untuk menerima pernyataan itu," kata Alshun.
Dia mengatakan, tindakan Trump sama sekali tidak bisa diterima. Sebab, pemimpin AS itu seperti sengaja membiarkan kondisi di Timur Tengah terjerumus dalam kekacauan besar. "Ini dapat menciptakan kekacauan politik dan teritori seperti yang sudah kita lihat," papar dia.
Alshun menegaskan, tindakan AS telah mereka kecam. Pasalnya, pengakuan Yerusalem jelas-jelas melanggar hukum dan regulasi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Selain itu, pengakuan ini mengancam perundingan damai Israel-Palestina dengan AS sebagai mediatornya.
"Saya merasa sangat sedih, ini adalah keputusan yang tidak adil. Kita sedang berjuang melawan AS, tetapi AS saat ini sudah kehilangan posisinya sebagai mitra kami dalam proses perdamaian," kata dia.
ADVERTISEMENT