Emas dari Anak Kuli Bangunan untuk Ubah Nasib Keluarga

30 Agustus 2018 10:46 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emas Para Juara Asia (Foto: Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Emas Para Juara Asia (Foto: Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wajah Muhammad Hinayah tampak begitu ceria tatkala pertama kali tiba di Bandara Adisutjipto Yogyakarta, Selasa (28/8). Bersama rekan-rekannya, pemuda asal Sekayu, Musi Bayuasin, Sumatera Selatan, itu disambut puluhan masyarakat Yogyakarta dan para pegawai Angkasa Pura 1. Tak hanya itu, sejumlah penumpang bandara pun memberikan sambutan hangat.
ADVERTISEMENT
Hinayah merupakan salah satu penyumbang medali emas Asian Games dari cabang olahraga panjat tebing di nomor beregu atau speed relay putra Asian Games di Jakabaring Sport City (JSC) pada Senin (27/8). Atlet berusia 22 tahun tersebut semakin semringah ketika menerima buket bunga dari perwakilan Angkasa Pura dan bentangan banner dari masyarakat.
Penuh bangga, medali emas yang ia raih dengan kerja keras terus dikalungkan di lehernya. Sesekali ia mengangkat medali tatkala sejumlah masyarakat mengajaknya berswafoto. Dengan sabar dan telaten ia mengiyakan setiap permintaan foto masyarakat.
"Ya dari awal kita latihan bersama-sama. Bersama tim pelatnas hampir satu tahun lebih kita latihan di Jogja, begitu banyak pengorbanan meninggalkan keluarga, teman-teman. Akhirnya latihan yang cukup panjang berbuah hasil 3 emas dari (kategori) speed. Pastinya Ini pencapaian luar biasa," ujarnya semringah.
ADVERTISEMENT
Atlet panjat tebing putra Indonesia meraih medali emas dan medali perak pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City,  Palembang,  Sumatera Selatan,  Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet panjat tebing putra Indonesia meraih medali emas dan medali perak pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Pemuda ini pun lantas mengisahkan bagaimana ia berjuang menggapai cita-cita. Panjat tebing merupakan olahraga yang digemarinya sedari kecil. Sejak Sekolah Dasar (SD) ia sudah sering berlatih bersama di alun-alun Sekayu, Sumatera Selatan.
"Kenal panjat tebing dari SD di Sekayu Palembang. Latihan sering diantar ibu. Tapi saya latihan sama teman-teman saja di alun-alun Sekayu," kisahnya.
Dipanggil mengikuti Pelatnas sebenarnya sama sekali di luar dugaan. Selain karena berada di daerah, ia juga mengaku sering berlatih sendiri. Namun ternyata kenyataan tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk merengkuh prestasi.
"Banyak (pengalaman semasa kecil). Sebenarnya nggak nyangka sampai seperti ini. Dulu memang saya latihan sendiri tidak ada teman tetap latihan sendiri sampai sekarang dipanggil Pelatnas ya luar biasa pencapaiannya. Bersyukur sekali, enggak nyangka," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Hinayah juga mengisahkan, semasa kecil ia sudah terbiasa menempuh jarak sejauh 2 km. Tak disangka, semangatnya mengayuh sepeda berlanjut pada kecekatannya memanjat.
Atlet panjat tebing putra Indonesia pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City,  Palembang,  Sumatera Selatan,  Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet panjat tebing putra Indonesia pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Persembahan Bonus kepada Orang Tua
Selain skill dan mentalitas, atlet yang satu ini tak segan menunjukan kasih sayangnya kepada orangtua. Dengan percaya diri ia menjelaskan bahwa pekerjaan ayahnya sehari-hari serabutan. Mulai dari kuli bangunan, dagang, hingga narik becak pun dilakoni sang ayah untuk mencari nafkah.
"Orangtua kerja serabutan kadang kuli, kadang dagang. (Narik) becak itu dulu saat saya masih kecil bapak tukang becak. Sekarang bapak kuli bangunan bikin-bikin rumah orang. Ya kerja bikin rumah orang. Ini (juara) rezeki buat (mengubah) nasib keluarga," ujarnya semangat.
Atlet panjat tebing putra Indonesia pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City,  Palembang,  Sumatera Selatan,  Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet panjat tebing putra Indonesia pada laga final nomor speed relay putra di Jakabaring Sport City, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (27/8/18). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Kisah lain juga diungkapkan Hinayah, pertandingan Asian Games tersebut adalah momen pertama kalinya sang ayah menyaksikannya berlaga. Ia pun merasa bangga, kerja kerasnya tidak mengecewakan sang ayah
ADVERTISEMENT
"Bapak pertama kali nonton, terharu. Saya sangat bangga sekali dan benar-benar bersyukur atas hasil yang (saya) dapat. Ibu saya ibu rumah tangga, saya anak pertama dari enam bersaudara," terangnya.
Kucuran bonus Asian Games pun akan digunakan Hinayah secara bijaksana. Salah satunya membangun rumah untuk orangtua. Tak lupa, ia ingin mengajak kedua orangtuanya umroh dan haji bersama.
"Bonus buat bangun rumah orangtua, umroh bareng orangtua dan naik haji," pungkasnya.
Atlet panjat tebing, Hinayah, bersama ayahnya, Herman.  (Foto: Dok. FPTI Official)
zoom-in-whitePerbesar
Atlet panjat tebing, Hinayah, bersama ayahnya, Herman. (Foto: Dok. FPTI Official)
Pada Senin (27/8) malam di Jakabaring Sport City, ayah Hinayah, Herman, menangis terharu saat melihat anak pertamanya berhasil meraih juara. Bersama anaknya yang lain, Herman menonton di kursi VIP sehingga dapat melihat dengan jelas aksi Hinayah.
Penonton di sekitarnya langsung melakukan selebrasi dengan memanggul ayah Hinayah dan tak henti mengucapkan selamat. Saat itu Herman tak mampu berkata-kata.
Herman, Ayah Hinayah, atlet panjat tebing. (Foto: Dok. FPTI Official)
zoom-in-whitePerbesar
Herman, Ayah Hinayah, atlet panjat tebing. (Foto: Dok. FPTI Official)
Bahkan saat konferensi pers pun, mulut Herman terkunci dan hanya memeluk Hinayah. Air mata masih terus menetes dari sudut matanya. Herman juga enggan melepas topi hitam yang menempel di kepala.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ibu Hinayah tak bisa menyaksikan langsung pertandingan final men's speed relay. Sebab adik Hinayah yang lainnya mabuk perjalanan, sedangkan waktu tempuh dari kampung halaman mereka di Sekayu hingga Palembang sekitar 5 jam.
-----------------------------------
Simak cerita atlet lain selengkapnya dalam konten spesial kumparan dengan follow topik Emas Para Juara Asia.