Emil soal Al-Safar Simbol Dajjal: Itu Trapesium, Bukan Segitiga

10 Juni 2019 16:24 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Taufik, marbut di Masjid Al-Safar Foto: Teuku Valdy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Taufik, marbut di Masjid Al-Safar Foto: Teuku Valdy/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberi tanggapan terkait desain Masjid Al-Safar yang oleh Ustaz Rahmat Baequni dianggap identik dengan iluminati atau Dajjal karena banyaknya bentuk segitiga dan ada satu lingkaran yang disebut mata satu, dalam bangunan.
ADVERTISEMENT
Emil menjelaskan, ide mendesain Masjid Al-Safar bermula dari keinginan untuk membuat masjid yang menyatu dengan alam. Sehingga, kata dia, desain masjidnya dibuat tidak beraturan sebagaimana alam.
"Desain di tengah pasar dengan di puncak gunung tidak boleh sama, ini karena di pinggir gunung. Ini idenya adalah menyatu dengan alam maka bentuknya alam, tidak beraturan. Bentuk Al-Safar pun bentuknya tidak beraturan," kata Emil - sapaan akrab Ridwan Kamil - dalam acara diskusi bersama Rahmat Baequni di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Senin (10/6).
Emil mengatakan, bentuk yang tidak beraturan diterapkan ke dalam desain menggunakan ilmu arsitektur yakni melipat-lipat sebagaimana origami di Jepang. Teori melipat secara alami akan membentuk segitiga.
Emil kemudian mencontohkan tangan manusia terutama di bagian kulit jarinya bahkan membentuk segitiga jika dilihat menggunakan alat memperbesar objek.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana supaya bentuk tidak beraturan bisa dibangun? Dalam ilmu arsitektur ada ilmunya, namanya teori melipat, misalnya origami orang Jepang. Dengan melipat, kita bisa membentuk bentuk yang tidak beraturan menjadi berdiri, bentuk tidak beraturan ini secara alami membentuk segitiga dalam melipat-lipatnya," ujar pria kelahiran Bandung yang mengarsiteki proyek besar di Indonesia, Singapura hingga Uni Emirat Arab ini.
Ridwan Kamil di Masjid Al-Safar. Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Emil menambahkan, lagi pula, bentuk yang terdapat di Masjid Al-Safar bukanlah segitiga, melainkan trapesium. Begitu pula dengan pintu masuk masjid yang disebut-sebut dipenuhi bentuk segitiga.
"Sekarang, disampaikan bahwa bentuknya segitiga, ini bukan segitiga tapi trapesium. Segitiga mah a+b+c. Kalau trapesium a+b+c+d karena atasnya dipancung. Maka rumus matematikanya beda dengan segitiga," jelas master arsitektur dari Universitas California, AS, ini.
ADVERTISEMENT
Jikalau ada tafsir lain yang ditujukan pada masjid yang dia desain, maka Emil menyampaikan permohonan maaf. Ia tidak bermaksud demikian dan menganggapnya sebagai kebetulan.
Emil menjelaskan, pada mulanya rancangan masjid tersebut tidak menggunakan bentuk lingkaran seperti yang ramai di media sosial disebut mata satu. Bentuk lingkaran, kata dia, merupakan hiasan dari kontraktor karena proyek tersebut sebelumnya mangkrak.
"Saya klarifikasi sekarang. Desain saya enggak pakai lingkaran karena proyeknya mangkrak oleh Jasa Marga, pada saat saya datang sudah begitu. Saya tanya, kenapa ada lingkaran? Oh, itu dari kontraktornya," ujar dia.
"Bohooong," seru sebagian peserta diskusi yang merupakan pendukung Rahmat Baequni, menanggapi pernyataan Emil.
Ridwan Kamil saat pimpin do'a di Masjid Al-Safar. Foto: Instagram/Instagram/@ustadzrahmatbaequni
Mendengar seruan tersebut, Emil mengembalikan penilaiannya kepada peserta diskusi. Emil menyebut, dirinya tak mungkin berbohong karena hadir di Pusdai bersama ibundanya.
ADVERTISEMENT
"Saya menceritakan apa adanya. Demi Allah, ya. Ada ibu saya di sini, masa saya berbohong. Nanti tanya ke Jasa Marga. Itu mah minorlah. Anggap saja iya kalau percaya saya yang mengiyakan tapi saya ceritakan," kata mantan Wali Kota Bandung ini.
Masjid Al-Safar terletak di rest area KM 88 B Tol Purbaleunyi yang mengarah ke Jakarta. Rest area ini dikelola oleh PT Jasa Marga.
Masjid Al-Safar diresmikan pada 19 Mei 2017. Masjid ini, menurut Jasa Marga, merupakan masjid terbesar di rest area di seluruh Indonesia. Luasnya 6.000 meter persegi dan mampu menampung 1.200 jemaah. Masjid Al-Safar merupakan masjid kedua puluh yang dirancang Ridwan Kamil.