Fadli soal 50 Penceramah Radikal: BIN Munculkan Kegaduhan Baru

21 November 2018 13:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon di DPP PKS. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon di DPP PKS. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengkritisi langkah yang dilakukan Badan Intelijen Negara (BIN) yang membuka data 41 masjid dan 50 penceramah yang terindikasi paham radikalisme.
ADVERTISEMENT
Menurut Fadli, pengumuman yang dilakukan BIN bisa menimbulkan kecurigaan. Apalagi dilakukan dengan tidak memberikan penjelasan apapun.
"Pengumuman-pengumuman seperti itu malah akan menimbulkan kecurigaan. Harus jelas apa kriteria-kriteria yang telah diterapkan sehingga bisa mengambil kesimpulan ada terpapar radikalisme di perguruan tinggi, di pesantren dan lain-lain," kata Fadli di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/11).
Tak hanya itu, Fadli juga beranggapan pengumuman itu nantinya bisa membuat kegaduhan di antara masyarakat. Padahal, apa yang dilakukan BIN tersebut memang sudah menjadi tugasnya tanpa harus mengumumkannya ke publik.
Badan Intelijen Negara (BIN) (Foto: bin.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Badan Intelijen Negara (BIN) (Foto: bin.go.id)
"Saya kira pengumuman-pengumuman seperti ini justru membuat kegaduhan baru. Karena kita tidak jelas kriteria-kriterianya seperti apa," jelasnya.
Fadli malah meminta agar pemerintah dapat mengevaluasi program deradikalisasi yang ada selama ini. Menurutnya, jika masih ada dugaan masjid atau penceramah yang terindikasi radikal, maka program itu harus dievaluasi apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya adalah tugas daripada aparatur intelijen, sekaligus ada program yang memang dibiayai juga oleh APBN, apa yang disebut sebagai deradikalisasi. Jadi harusnya program itu yang harusnya dievaluasi, apakah program ini berjalan atau tidak deradikalisasi ini," tuturnya.
Fadli mengtakan seharusnya BIN melakukan pekerjaannya secara diam-diam saja. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
"Cara kerja intelijen itu kan cara kerja silent gitu ya. Bukan terbuka semacam itu dan kalau mau terbuka sekalian transparan. Apa yang dimaksud dengan radikalisme, apa yang dimaksud terpapar radikalisme, kriteria-kriterianya seperti apa, ajaran-ajarannya seperti apa, sekalian transparan," pungkasnya.