Fahri Hamzah: Pilpres Sekarang Enggak Jelas, Banyak Gimmick

15 November 2018 15:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pimpinan DPR RI Fahri Hamzah (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pimpinan DPR RI Fahri Hamzah (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah berbicara mengenai jenuhnya suasana Pilpres 2019. Menurut Fahri, dua paslon kandidat capres-cawapres tak bisa menghadirkan kontestasi pilpres yang substantif.
ADVERTISEMENT
Fahri mengatakan, hingga saat ini kedua paslon banyak melakukan gimmick-gimmick yang tidak bermanfaat bagi rakyat Indonesia.
“Substansinya kan kita mau milih presiden yang bisa ngurus republik ini, sehingga republik ini akan lebih baik dalam bidang a b c d. Kalau kita pakai tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdasakan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, ikut serta dalam perdamaian dunia,” kata Fahri di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (15/11).
“Nah, ini harusnya dibedah sebagai tujuan nasional, tapi kalau sekarang ini kan enggak jelas, gimmick-gimmick,” imbuhnya.
Ia menilai kurangnya substansi dari kontestasi pilpres kali ini adalah kesalahan semua pihak, terutama KPU. Fahri menyebut KPU tidak mengantisipasi sejak awal terkait lamanya masa kampanye. Kurangnya substansi ini juga dilihatnya merupakan domain dari pada KPU.
Jokowi (kiri) dan Prabowo (kanan) bergandengan usai menandatangani deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi (kiri) dan Prabowo (kanan) bergandengan usai menandatangani deklarasi kampanye damai Pemilu 2019 di Monas, Jakarta, Minggu (23/9/2018). (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
“Semua salah menurut saya, KPU banyak salah. KPU tidak mengantisipasi bahwa pemilu ini akan panjang. Iya dong (domain KPU), dulu kan pilpres cuma 3 bulan. Awalnya pileg tapi tidak terlalu begitulah, karena banyak kontestannya sampai ratusan ribu. Tapi pilpres sekarang ini kan membuat kita terpecah dua,” ujar mantan politikus PKS itu.
ADVERTISEMENT
Fahri menuturkan, masa kampanye yang berjalan hampir 8 bulan tidak diantisipasi baik oleh KPU. KPU juga seakan-akan membiarkan arus kontestasi berjalan apa adanya. Fahri juga mengibaratkan masa kampanye Pilpres 2019 yang hampir selama 8 bulan ini sebagai pertarungan tinju.
“Waktunya hampir 8 bulan dan itu enggak diantisipasi, sehingga orang ini kayak orang bertinju, rondenya ditambah jadi 50 ronde. Begitu ronde ke-12 sudah mulai sempoyongan, sudah mau jatuh dan bingung semua ini mau ngapain lagi. Akibatnya keluarlah gimmick yang enggak-enggak, dari sontoloyo, genderuwo sampai wajah ini wajah itu. Nah, substansinya mana?” tegas Fahri.
Ia kemudian menyarankan agar KPU segera menyiasati masa kampanye yang panjang dengan diadakannya debat antartimses. Dia juga mengusulkan, debat dilakukan di berbagai daerah mulai dari Papua, Sulawesi hingga Aceh dengan tema masalah dan isu-isu lokal setempat.
ADVERTISEMENT
“Masing-masing diatur perdebatannya, debat yang di Papua bagaimana tentang menyelamatkan masalah-masalah yang ada di Papua, bagaimana integrasi di Papua, bagaimana saham Freeport,” terang Fahri.
“Tapi kan ini enggak, itu aja yang dipilih, sontoloyo jadi bahan. Urusannya apa rakyat sama sontoloyo, urusannya apa rakyat sama genderuwo, rakyat enggak bisa kenyang sama itu,” tutupnya.
Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandi. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandi. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)