Fahri Hamzah Prediksi Kecurangan Digital Terjadi di Pemilu 2019

3 Maret 2019 21:47 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahri Hamzah terkait status Setya Novanto Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah terkait status Setya Novanto Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengungkapkan besarnya potensi kecurangan di Pemilu Serentak 2019. Menurut dia, ancaman terbesar adalah kecurangan digital.
ADVERTISEMENT
“Yang saya duga yang terjadi ini adalah kecurangan digital. Itu perasaan saya sampai sekarang, sebagai orang yang ikut membaca bagaimana pola. Soalnya luar biasa, jadi yang terjadi menurut saya kecurangan digital,” ujar Fahri di Aljazerah Resto, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (3/3).
Ia mengatakan dibandingkan kecurangan manual seperti mencoblos surat suara, potensi kecurangan digital lebih besar.
“Itu dugaan saya, kalau itu ada dan kalau kita mengadvokasi, kita enggak sempat dan enggak mampu mengadvokasinya. Mustahil itu,” ujarnya.
Selain itu, Fahri menilai gejala kecurangan digital sudah nampak. Misalnya saja rekapitulasi data pemilih KPU yang beberapa kali berubah. Fahri bahkan mempertanyakan sumber data pemilih yang dimiliki KPU.
“Kenapa KPU memakai platform atau template data lama? Dan tidak mau terbuka dengan data baru? Sementara saya mendapatkan teman-teman yang melakukan analisa ulang terhadap data, banyak invalid. Ada 8-9 persen data invalid, jelas itu. Invalidnya aneh aneh,” ujar Fahri.
Gedung Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Ia mencontohkan, dari analisa DPT, ditemukan setidaknya 9 juta data pemilih yang memiliki tanggal lahir yang sama. Padahal menurutnya dari analisis ahli statistik hal tersebut tidak mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
Fahri mengatakan, maksimal di Indonesia hanya ada 400-500 ribu orang yang memiliki tanggal lahir yang sama.
“Kata ahli statistik, berdasarkan data penduduk yang ada, kalau dianalisa maksimal orang itu lahir sama hanya 400-500 ribu orang,” ujar Fahri.
Belum lagi, Fahri menambahkan, temuan adanya 1 kartu keluarga yang digunakan 430 orang. Karena itu ia meminta agar KPU terbuka dengan data digitalnya.
“Saya sudah dorong KPU terbukalah kalian untuk ini,” tandasnya.