Fahri Hamzah soal Rematch di Pilpres 2019: Jokowi Pasti Kalah

8 Maret 2018 13:51 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahri Hamzah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dinamika jelang Pilres 2019 sudah mulai ramai. Sejumlah partai politik saling membangun komunikasi politik sebagai awal penjajakan koalisi. Kemungkinan rematch alias tanding ulang antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto pun terbuka lebar.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, ia cenderung mendukung Prabowo dalam laga Pilpres mendatang.
“Tentu saya ini kalau secara ideologis, ya saya masih sebaris dengan pandangan-pandangan Pak Prabowo. Meskipun tidak fix sepenuhnya 100 persen,” ucap Fahri di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/3).
Menurut Fahri, Prabowo adalah sosok yang patut untuk menjadi presiden. Sebab, pemikiran-pemikiran Ketum Gerindra itu memiliki pandangan yang visioner tentang pembangunan.
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
“Saya masih melihat ketokohan beliau yang relatif ide-idenya masih bisa diperjuangkan, apalagi dengan koalisi yang tidak pernah berubah. Sikap-sikapnya itu yang relatif konsisten, dalam Pilkada DKI, dalam pandanganya terhadap pembangunan,” imbuh Fahri.
Bahkan, Fahri memprediksi, apabila terjadi pertarungan ulang antara Jokowi dengan Prabowo, maka yang keluar sebagai pemenang dan menjadi presiden adalah Prabowo.
ADVERTISEMENT
“Ya pasti Pak Jokowi kalahlah,” terangnya.
Meski demikian, Fahri tetap menginginkan adanya poros baru sebagai capres alternatif di Pilpres 2019. Fahri pun akan menentang keras apabila Pilpres 2019 hanya ada calon tunggal.
“Saya inginnya itu porosnya banyak gitu. Supaya kontestasi idenya itu lebih beragam. Alternatif pikiran yang ditawarkan kepada masyrakat itu lebih beragam,” ujarnya.
“(Kalau) Ada yang inginkan itu cuma 1 tiket melawan kotak kosong gitu. Yang pasti saya akan tentang habis-habisan siapa pun dia. Untuk apa kita berdemokrasi kalau pada akhirnya calon tunggal yang tidak boleh kita uji,” tutup Fahri.