Fahri soal Politik Genderuwo: Jokowi Tepuk Air Tepercik Muka Sendiri

9 November 2018 16:23 WIB
Saat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fahri Hamzah berkunjung ke Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Saat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fahri Hamzah berkunjung ke Aceh. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah turut mengomentari pernyataan Presiden Joko Widodo soal politik genderuwo. Fahri menilai, sumber dari politik genderuwo dan sontoloyo yang disebut Jokowi adalah pemerintah sendiri.
ADVERTISEMENT
Masyarakat, menurut Fahri, tidak punya kapasitas untuk menjalankan politik genderuwo atau sontoloyo yang disebut Jokowi. Sehingga ia meminta pemerintah, khususnya Jokowi, untuk melihat kepada diri sendiri sebelum mengeluarkan sebuah pernyataan.
"Yang punya kapasitas sontoloyo dan genderuwo itu pemerintah, makanya harus kembali ke sendiri. Jadi ini menepuk air tepercik ke muka sendiri, sebenarnya," kata Fahri di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (9/11)
Fahri menilai, partai oposisi pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk menakut-nakuti masyarakat. Menurutnya, justru pemerintah khususnya petahana yang kerap menciptakan opini dan memecah belah masyarakat, sehingga menimbulkan ketakutan. Salah satu contohnya adalah soal sentimen ulama.
"Itu yang saya bilang dari awal. Petahana ini memilih Pak Ma'ruf dengan maksud Pak Ma'ruf itu adalah Ketua Majelis Ulama. Jadi tuduhan anti-ulama itu kan ingin dihilangkan," tuturnya.
Masyarakat Tegal foto bersama dengan Jokowi di acara Pembagian Sertifikat Tanah untuk Rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat Tegal foto bersama dengan Jokowi di acara Pembagian Sertifikat Tanah untuk Rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
ADVERTISEMENT
Fahri kemudian membandingkan pemerintahan Jokowi dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang selama 10 tahun memimpin Indonesia. Di masa kepemimpinannya, ormas kontroversial seperti FPI dan HTI eksis, namun tidak ada pembelahan konflik ideologi seperti yang terjadi saat ini.
"Lalu karenanya ini karya siapa? Kalau rakyatnya tetap sementara pemimpinnya berubah, maka dugaan kita ini adalah karyanya pemimpin, bukan karya rakyat," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi menyebut saat ini banyak politikus yang banyak mempengaruhi tapi tak beretika. Menurut Jokowi, para politikus ini tidak memiliki sopan santun politik yang baik.
Jokowi mengaku heran mengapa politikus tersebut justru membuat masyarakatnya takut. Bukan sebaliknya, memberikan ketenangan kepada masyarakat.
"Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? Itu sering saya sampaikan, itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," ucap Jokowi di Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11).
ADVERTISEMENT