Fakta-fakta Albino yang Seharusnya Anda Ketahui

11 Mei 2017 12:00 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Orang albino berbaur dengan orang Afrika lainnya. (Foto: Standing Voice/Facebook)
Anda berjalan di bawah terik matahari yang menyengat, dan dari arah berlawanan seseorang dengan kulit putih menyala berjalan melintas. Anda mencoba tak melihat langsung, tahu bahwa kondisi albino memang lazim terjadi, meski hanya kepada segelintir orang.
ADVERTISEMENT
Tapi dorongan ingin tahu itu lebih kuat, Anda akhirnya melirik beberapa puluh derajat di sudut dan mendapati pandangan matanya sudah menatap Anda terlebih dahulu. Anda yang kaget merasa bersalah, memalingkan muka cepat-cepat. Anda takut dikira berpandang merendahkan.
Tapi hal itu biasa saja dan Anda tak perlu berlarut tak enak hati.
Menjadi berbeda tak selalu menyenangkan. Apalagi perbedaan itu sedemikian kentara layaknya warna kulit. Orang dengan kondisi albino biasanya paham betul dengan hal tersebut. Alih-alih menuduh dan mengkonfrontir, beberapa orang dengan albino sudah terbiasa dengan hal itu. Seperti yang dikatakan oleh Rosa de Groot kepada Vice.
“Aku selalu tahu kalau aku berbeda,” ucapnya. “Aku biasanya menertawakan saja.”
Meski begitu, menghindari tatapan yang terlalu lama dan mengganggu, tak pernah membuat penderita albino keberatan.
ADVERTISEMENT
Megan Palmer, seorang albino berumur 16 tahun, membuat film pada 2013 tentang bagaimana orang-orang tak seharusnya memelototi pengidap albino dengan keterlaluan. Lewat film berjudul Dancing Eyes, ia menyatakan hal itu.
Selain warna kulit, rambut, dan kurangnya pigmen melanin di sekujur tubuh, beberapa orang albino mesti merasakan kelainan tambahan lain pada matanya. Kelainan itu bernama nystagmus, di mana pandangan mata pengidap bergerak tak tentu arah, terus-menerus berpindah dari satu titik ke titik lain.
Maka tak perlu heran --atau memelototi secara keterlaluan-- apabila Anda melihat seorang albino yang memiliki dancing eyes, yang mungkin terlihat tengah memelototi Anda.
Perempuan dengan albino, Nastya Kumarova (Foto: Pinterest)
Namun demikian, masih banyak hal-hal lain soal albino yang sebaiknya Anda ketahui, sebagian karena menarik, dan sebagian lain agar Anda tak kemudian mengambil tindakan-tindakan tak penting yang mungkin bisa menyakiti mereka.
ADVERTISEMENT
Terjadi Sebelum Lahir
Albinisme merupakan kasus yang amat langka. Peneliti mengestimasi hanya satu orang dari 17.000 populasi yang dapat mengidap albino. Kelainan ini sudah terjadi pada manusia saat ia baru lahir atau bahkan sebelum lahir.
Penyebab albino adalah kurang atau ketiadaan pigmen melanin dalam tubuh, yang tugasnya adalah memberi warna pada kulit, mata, dan rambut.
Masalah pada Mata
Tak hanya memiliki warna mata yang berbeda, penglihatan manusia albino juga mengalami kelainan lain. Mereka biasanya memiliki penglihatan yang buruk.
Beberapa penderita albino juga memiliki nystagmus, yaitu mata yang bergerak secara tidak terkontrol, dan juga photopobia, ketidakmampuan mata bertahan pada pasokan sinar matahari. Hal-hal tersebut biasanya terjadi karena kurangnya pigmen pada mata, yang menyebabkan penerimaan cahaya oleh selaput pelangi berlebih.
ADVERTISEMENT
Banyak Terjadi di Negara-negara sub-Sahara Afrika
Bocah Afrika yang Albino (Foto: Pinterest)
Meski kelainan yang sama hanya ditemukan satu dari 17.000 orang secara global, angka albino di negara-negara sub-Sahara seperti Tanzania sangatlah tinggi. Di negara-negara tersebut, satu dari 3.000 orang berpotensi memiliki albino.
Parahnya, di negara-negara itulah mitos soal albino masih payah-payahnya.
Albino Dianggap Penyihir
Josephat Torner, aktivis albino di Tanzania. (Foto: standingvoice.org)
Beberapa negara di sub-Sahara Afrika masih percaya bahwa penderita albino adalah jelmaan dari penyihir. Beberapa lainnya percaya bahwa kulit putih mereka merupakan perwujudan hantu penjajah Eropa dari masa lalu.
Sementara lainnya percaya bahwa dengan membunuh penderita albino, seseorang dapat mendapatkan kekayaan, kemakmuran, dan kekuatan yang lebih besar.
Apapun alasannya, praktik tersebut tak dapat dibiarkan. Di Tanzania, kekerasan terhadap orang-orang albino telah mencapai angka yang amat mengkhawatirkan. Lusinan orang albino dibantai pada 2008, terutama di Danau Victoria daerah Mwanza, Shinyanga, dan Mara.
ADVERTISEMENT
Di Burundi, 3 anak kecil dan 2 orang dewasa albino dibunuh, sedangkan 35 orang albino lainnya melaporkan bahwa diri mereka pernah diancam dan diserang pada 2008.
Kampanye untuk melawan praktik bodoh ini terus dilakukan. Meski begitu, stigma yang begitu melekat di masyarakat tak dapat setahun dua tahun dihilangkan.
Tak Tahan Matahari
Dengan sel pigmen melanin yang minim atau bahkan tak ada sama sekali, tubuh penderita albino tak mampu menahan sinar matahari dengan baik. Akibatnya, orang dengan albino akan memiliki kemungkinan terkena kanker kulit lebih tinggi ketimbang orang biasa.
Orang dengan albino juga menyintesis vitamin D lima kali lebih cepat ketimbang orang-orang tanpa albinisme. Hal ini terjadi karena vitamin D disintesis oleh ultraviolet B, sementara ketiadaan pigmen mempercepat masuknya cahaya tersebut.
ADVERTISEMENT