Fakta-fakta di Balik Pembakaran Bendera Tauhid oleh Banser di Garut

24 Oktober 2018 9:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bendera Tauhid. (Foto: AFP/JEWEL SAMAD)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bendera Tauhid. (Foto: AFP/JEWEL SAMAD)
ADVERTISEMENT
Insiden pembakaran bendera tauhid saat upacara Hari Santri Nasional di lapangan alun-alun Limbangan, Kabupaten Garut, pada Senin (22/10), menimbulkan polemik di tengah masyarakat. Tiga pelaku pembakaran diketahui oknum Banser.
ADVERTISEMENT
Video viral pembakaran bendera tersebut pada awalnya ditanggapi santai oleh Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. Ia menyebut bendera itu dibakar karena bendera HTI.
"Sudah saya tanyakan ke pengurus di sana, teman-teman yang membakar itu melihat bendera tersebut sebagai bendera HTI," ungkap Gus Yaqut kepada kumparan, Senin (22/10).
Banser dan Ansor. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Banser dan Ansor. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Bagi GP Ansor, HTI adalah organisasi terlarang. Namun, selain karena mengira itu bendera HTI, Gus Yaqut menyebut pembakaran itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid. Bagi Banser, caranya ya dibakar.
"Saya mencoba memahami dari sudut pandang yang berbeda, bahwa apa yang dilakukan teman-teman itu adalah upaya menjaga kalimat tauhid," imbuhnya.
Namun pandangan berbeda disampaikan Persaudaraan Alumni (PA) 212. Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif, mengatakan bendera yang dibakar oknum Banser itu merupakan bendera tauhid.
ADVERTISEMENT
"Ini tindakan yaang tidak beradab, kami sangat mengecam dan mengutuk tindakan mereka, apa mereka tidak tahu di situ ada kalimat tauhid?" ucap Slamet dalam keterangannya, Senin (22/10).
Habib Rizieq Syihab. (Foto: Dok. polri.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Habib Rizieq Syihab. (Foto: Dok. polri.go.id)
Kabar pembakaran bendera Tauhid itu juga sampai ke Imam Besar FPI Rizieq Syihab yang berada di Arab Saudi. Rizieq mengaku kecewa dengan kejadian tersebut.
"Kita sangat kecewa serta murka ketika ada kumpulan orang membakar bendera tauhid," sebut Rizieq dalam video konferensi pada peringatan hari santri di Bogor, Senin (23/10).
Rizieq mengatakan, tindakan itu sama saja dengan menghina Rasul. Bukan cuma itu, pembakaran telah menyakiti hati umat Muslim. Oleh karenanya, Rizieq meminta agar pelaku pembakaran ditindak tegas dan dihukum sesuai hukum berlaku.
Tak hanya itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pun turut mengambil sikap atas pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid tersebut. Mereka menilai aksi pembakaran tersebut sebagai tindakan yang tak bertanggung jawab dan meminta pihak Banser Garut untuk minta maaf kepada umat Islam.
ADVERTISEMENT
“Pihak Banser Garut Harus meminta maaf kepada umat Islam atas tindakan yang tidak bertanggung jawab atas anggota mereka,” kata Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti
Selain minta maaf, Abdul juga mengimbau pihak Banser melakukan pembinaan lebih lanjut pada anggotanya agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Abdul Kadir Karding-PKB. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abdul Kadir Karding-PKB. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
Setelah menuai kecaman, pembelaan datang dari PKB. Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding menilai pembakaran yang dilakukan GP Ansor itu bentuk kecintaan Banser terhadap NKRI.
"Simbol saja simbol kecintaan mereka terhadap NKRI. Karena mereka menganggap salah satu organisasi yang membahayakan NKRI ini, HTI," kata Karding saat dihubungi, Selasa (23/10).
Kendati demikian, Karding sebagai warga NU juga menghimbau agar tindakan seperti itu tidak lagi dilakukan sebab rentan menjadi kontroversi di masyarakat. Seperti dalam kasus itu, Banser dinarasikan seakan-akan membakar kalimat tauhid.
ADVERTISEMENT
Tak ingin menimbulkan polemik, polisi langsung melakukan pemeriksaan terhadap ketiga pelaku pembakaran bendera tersebut. Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, berdasarkan keterangan ketiganya, mereka mengaku bukan membakar bendara Tauhid, melainkan bendera HTI.
"Keterangan sementara dari Polres Garut bahwa mereka membakar bendera HTI yang telah dinyatakan dilarang," ujar Setyo
Ridwal Kamil saat menyambangi DPP PPP, Jakarta, Rabu (4/7) (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ridwal Kamil saat menyambangi DPP PPP, Jakarta, Rabu (4/7) (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Terhadap kasus yang tengah diusut kepolisian tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta semua pihak tidak melakukan tindakan yang berlebihan dalam merespon insiden pembakaran tersebut. Ia berharap semua elemen masyarkat bisa menahan diri dari tindakan yang bakal merugikan semua pihak.
“Tentunya kita pahami reaksi-reaksi yang terjadi, tentunya itu manusiawi. Selanjutnya kita akan mengarahkan setiap ekspresi, pendapat, dan argumentasi atau apapun diharapkan dilaksanakan di forum yang baik dengan cara yang baik dan mudah-mudahan warga Indonesia bisa menahan diri juga dari posting-posting di media sosial,” ujar pria yang akrab disapa Emil ini
ADVERTISEMENT
Emil menuturkan, kasus ini telah ditangani oleh pihak kepolisian. Ia meminta masyarakat agar mempercayakan penanganan kasus ini kepada polisi.
Menko Polhukam Wiranto di pusat operasi penanganan gempa dan tsunami Sulteng. (Foto:  Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menko Polhukam Wiranto di pusat operasi penanganan gempa dan tsunami Sulteng. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
Sikap serupa juga datang dari Menko Polhukam Wiranto. Eks Panglima TNI itu meminta masyarakat tidak memanfaatkan isu pembakaran untuk hal negatif seperti saling memprovokasi.
“Siapa pun dan pihak manapun yang mencoba memanfaatkan situasi ini untuk hal-hal negatif yang akan mengganggu ketenangan masyarakat sama dengan mengkhianati pengorbanan para pendahulu kita," kata Wiranto di Gedung Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa, (23/10).
"Utamanya para santri dan ulama yang telah berkorban untuk NKRI,” pungkasnya dia.
Hingga kini dalam kasus tersebut Polres Garut telah memeriksa enam saksi yakini 3 pelaku pembakaran dan 3 warga yang melaporkan kasus tersebut. Ketiga pelaku pembakaran itu pun masih berstatus saksi dan salah satunya telah meminta maaf.
ADVERTISEMENT
"Saya meminta maaf kepada seluruh elemen masyarakat, khususnya umat Islam apabila peristiwa ini menjadi ketidaknyamanan," jelas salah seorang pelaku pembakaran di Polres Garut, Jawa Barat, Selasa (23/10).