Foto: Romansa Sepasang Demonstran Hong Kong

2 September 2019 13:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) sambil berjongkok dan memegang tangan bersama saat bertemu kembali setelah mereka sempat berpencar selama protes berlangsung di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
zoom-in-whitePerbesar
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) sambil berjongkok dan memegang tangan bersama saat bertemu kembali setelah mereka sempat berpencar selama protes berlangsung di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Abby (19) dan Nick (20) - bukan nama asli mereka- merupakan pasangan yang bertemu saat Hong Kong tengah berkecamuk. Mereka adalah sepasang kasih yang ikut serta dalam demo besar untuk menentang RUU Ekstradisi.
ADVERTISEMENT
Di hampir setiap aksinya, pasangan ini bergandeng tangan melawan tindakan represif aparat keamanan, seperti pelemparan gas air mata, penyemprotan merica, penembakkan peluru karet, bahkan kabur saat dikejar aparat.
Perlengkapan Nick (20) saat melakukan protes bersama pacaranya Abby (19). Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) saat mempersiapkan makanan sebelum protes di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby (19) menggunakan ponselnya di sebuah mal usai protes di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby (kiri) memasangkan helm kepada pacarnya Nick saat mereka melakukan protes di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby dan Nick menghabiskan waktu bersama selama berjam-jam dibarikade untuk menghadapi polisi anti huru hara. Mereka bertransformasi dari siswa biasa yang tidak mencolok, menjadi pemberontak berpakaian hitam dengan wajah ditutupi oleh masker gas dan kacamata.
"Jika saya hidup cukup lama untuk memberi tahu putra saya, cucu saya nanti, ini akan menjadi kisah yang hebat" kata Nick.
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) berjongkok sambil memegang tangan untuk menunggu tembakan gas air mata dari polisi. Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) sambil berjongkok dan memegang tangan bersama saat bertemu kembali setelah mereka sempat berpencar selama protes berlangsung di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
zoom-in-whitePerbesar
Abby (kanan) dan pacarnya Nick (kiri) sambil berjongkok dan memegang tangan bersama saat bertemu kembali setelah mereka sempat berpencar selama protes berlangsung di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Nick (tengah) menggunakan kakinya untuk membasahi gas air mata setelah polisi menembakkan ke arah para demonstran di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Nick (20) memegang penjepit memasak yang terbuat dari metal, sambil menunggu tembakan gas air mata dari polisi. Foto: AFP/Anthony Wallace
Motivasi Abby dan Nick untuk melakukan protes sudah lama,memperbaiki kegagalan saat protes "Gerakan Payung" pada 2014.
RUU ekstradisi membuat mereka menjadi lebih fokus dalam konsistensi gerakan protes di Hong Kong. RUU itu telah ditangguhkan, tetapi menurutnya tidak ditarik secara resmi. Mereka membayangkan Beijing telah merayap di atas kota yang menikmati kebebasan demokrasi.
Abby (kanan) saat matanya dibersihkan oleh Nick (kiri) dengan larutan garam, setelah gas air mata mengempung pemrotes di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
Nick (tengah, yang menggunakan masker berwarna pink) dan pacarnya Abby (berjalan di samping Nick) berjalan menuju tempat yang aman dengan kelompok protes yang besar. Foto: AFP/Anthony Wallace
Abby (kanan) bersama pacarnya Nick (kiri) berpose di depan sebuah apartemen setelah mereka melakukan protes di Hong Kong. Foto: AFP/Anthony Wallace
ADVERTISEMENT