Gajah Kembali Cari Makan ke Permukiman Warga di Pidie, Aceh

7 November 2018 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak gajah sumatera yang terkena jerat baja di Provinsi Riau. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro)
zoom-in-whitePerbesar
Anak gajah sumatera yang terkena jerat baja di Provinsi Riau. (Foto: ANTARA FOTO/FB Anggoro)
ADVERTISEMENT
Kawanan gajah liar kembali memasuki perkampungan warga di Kabupaten Pidie, Aceh. Hewan bertubuh besar itu turun mencari makan hingga menjamah perkebunan masyarakat. Keberadaan gajah ini diduga akibat kawasan habitat tempat tinggal mereka telah terganggu.
ADVERTISEMENT
Sejak dua pekan terakhir diketahui sebanyak 17 ekor kawanan gajah melintas perkampungan dan kebun warga di Pemukiman Kandang, Kecamatan Sakti, Pidie. Hingga saat ini hewan tersebut masih bertahan di sana dan belum kembali ke habitatnya.
“Jumlah sekitar 17 ekor itu yang kelihatan saja namun jumlahnya lebih dari itu. Mereka turun ke kampung sudah hampir 2 minggu,” kata Mukim Kandang, Tarmizi, saat dihubungi kumparan, Rabu (7/11).
Tarmizi mengatakan, hewan ini tidak mengganggu warga. Gajah-gajah ini hanya masuk ke kawasan perkebunan dan memakan hasil tanaman.
“Menjamah kawasan perkebunan warga seperti 3 hari lalu dekat kebun saya,” ujarnya.
Menurut Tarmizi, penampakan hewan bertubuh besar ini sudah terjadi dalam dua tahun belakangan di permukiman mereka. Masuk ke kampung-kampung untuk mencari makanan. Kata dia, hewan ini tidak pindah lagi dari kampung mereka.
ADVERTISEMENT
“Mereka sudah sering bolak-balik di perkampungan. Hilang selama 15 hari kemudian muncul lagi,” katanya.
Tarmizi tak memungkuri penyebab turunnya gajah itu akibat terusiknya habitat atau rumah mereka di dalam hutan. Seperti adanya pembukaan lahan dan aktivitas illegal logging.
“Tindak lanjut dari pemerintah kabupaten tidak ada sehingga merugikan petani terutama seperti petani pisang. Dulu ada warga yang menanam pisang sekitar 5 hektare sekarang tidak bisa lagi, begitu juga dengan kebun pinang, nangka, dan tanaman padi,” ucapnya.
“Mereka tidak takut lagi sama manusia namun di daerah kami dia tidak mengganggu. Karena kami cara mengusirnya masih secara manual tidak menggunakan kekerasan. Diusir dengan mercon, kalau kami kasih racun atau kekerasan lainnya, dia pasti akan datang mencari manusia lagi dan itu memang kami larang sama warga,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dikatakannya, sewaktu musim panen padi, gajah ini juga kerap turun ke kampung. Menurutnya hewan itu seperti telah mengetahui aktivitas warga di desa meski warga di pemukimannya tak pernah mengganggu.
“Kalau untuk manusia di daerah kami belum ada yang jatuh korban, paling cuma berimbas pada lahan perkebunan saja,” pungkasnya.
Sementara Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo, mengatakan belum memastikan keberadaan gajah di Kandang. Akan tetapi kata dia, gajah di sana berjumlah sekitar 25 ekor.
“Personel BKSDA belum ke sana karena lagi mengatasi di Leupu, Geumpang. Kami berharap kawanan ini tidak mengganggu warga dan hanya sekadar lewat,” katanya, saat dikonfirmasi.
Keberadaan gajah di Kecamatan Sakti ini, kata Sapto, baru diketahui Selasa kemarin. Gajah liar ini masih satu kelompok dengan kawanan gajah yang turun ke desa Riweuk yang biasa mendekat ke Kecamatan Keumala.
ADVERTISEMENT
Sapto mengakui habitat di Pidie ini sudah terfragmentasi sehingga lintasan gajah sudah banyak jadi lahan budidaya.