news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ganjar Beri Santunan kepada 47 Keluarga KPPS yang Wafat dan Sakit

26 April 2019 13:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berikan santunan pada perwakilan keluarga petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berikan santunan pada perwakilan keluarga petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Air mata Tiflah Zakiyah jatuh di depan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dengan tangan gemetar, warga Desa Wonopringgo, Pekalongan, itu menerima santunan atas nama ayahnya Ahmad Sukadi yang wafat setelah menjalankan tugas sebagai anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
ADVERTISEMENT
Zakiyah merupakan satu dari total 47 keluarga petugas pemilu yang menerima santunan dari Ganjar dan Pemprov Jawa Tengah di Kompleks Gubernuran, Semarang. Santunan diberikan baik ke 34 keluarga korban meninggal, dan sisanya bagi petugas yang sakit saat menjalankan tugas selama pemilu.
Santunan diberikan langsung oleh Ganjar kepada para ahli waris bagi petugas KPPS yang meninggal. Masing-masing mendapatkan Rp 10 juta yang dananya bersumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pemprov Jateng.
"Terharu, sedih sekali. Tapi terima kasih kepada Bapak Gubernur yang telah perhatian kepada kami," kata Zakiyah terisak, Jumat (26/4).
Sejumlah perwakilan keluarga petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit yang meneriman santunan dari Pemprov Jateng. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Remaja 17 tahun itu menceritakan, sebagai seorang aparatur di desanya, ayahnya sudah sering menjadi petugas pemilu. Namun, ia tidak pernah menyangka jika pelaksanaan pesta demokrasi tahun ini menjadi pemisah antara keduanya.
ADVERTISEMENT
"Bapak tidak sakit, tapi punya riwayat darah tinggi. Saat dikabari bapak meninggal, saya sedang di sekolah," ungkap Zakiyah.
Hal senada disampaikan Anti Trianti (42), seorang warga Kendal yang juga merupakan penerima santunan dari Ganjar. Anti harus kehilangan suaminya yang bertugas sebagai hansip saat pelaksanaan pemilu. Suaminya meninggal tak lama setelah mengawal proses penghitungan suara.
"Sore itu setelah tugas dari TPS, suami saya mengeluh masuk angin, terus saya kerokin. Belum selesai, dia izin ke kamar mandi, begitu keluar langsung jatuh," kenang Anti terhadap suaminya.
Sejumlah perwakilan keluarga petugas pemilu yang meninggal dunia dan sakit yang meneriman santunan dari Pemprov Jateng. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Anti mengaku sudah mengikhlaskan kepergian suaminya, dan berharap perjuangannya tak sia-sia.
"Terima kasih juga buat Pak Gubernur, semoga perjuangan suami saya dan juga semua yang menjadi korban dalam demokrasi ini tidak sia-sia," ungkap Anti.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ganjar secara pribadi mengungkapkan turut berbela sungkawa kepada para pahlawan demokrasi yang gugur dalam menjalankan tugasnya selama pemilu.
"Ke depan kami mendorong pihak yang berwenang yakni KPU untuk (lebih) menyiapkan. Saran saya sih ada asuransi agar kalau terjadi seperti ini ada yang bertanggungjawab," tutur Ganjar.
Namun, karena kondisi saat ini darurat dan tidak ada yang menganggarkan, maka Pemprov Jateng berinisiatif mencari sumber yang halal untuk santunan kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Selain itu, pihaknya masih terus menunggu data-data terbaru terkait petugas pemilu yang wafat maupun sakit.
"Kami cari sumber yang memungkinkan dan tidak melanggar aturan, maka kita cover semuanya dengan Baznas. Masing-masing kami beri Rp 10 juta," ucap dia.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di kantornya. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Kami akan tunggu data-data itu agar mereka bisa mendapat satu penghargaan, itu tindakan cepat dari kita. Data masih bertambah, kami pastikan semua dapat," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini tak hanya menjadi evaluasi bagi penyelenggara pemilu, tetapi juga Pemprov Jateng. Ganjar menjelaskan, pihaknya juga sudah membicarakan kemungkinan skema penganggaran kejadian darurat semacam ini.
"Apakah kemudian memungkinkan menggunakan anggaran untuk kondisi kedaruratan seperti ini. Kejadian ini tidak dipikirkan sebelumnya karena tidak berlangsung tiap tahun, tapi ini kejutan besar dan harus ditindaklanjuti dengan cepat. Kita akan terus siaga sambil menunggu laporan lagi, untung Baznas kita bagus, jadi bisa tercover semuanya," tutup Ganjar.
Hingga Kamis (25/4) pukul 18.00 WIB, berdasarkan data KPU, tercatat sebanyak 225 petugas KPPS yang meninggal dunia. Selain itu, ada 1.470 anggota KPPS yang sakit saat dan seusai menjalankan tugasnya yang tersebar di 34 provinsi.
ADVERTISEMENT