Ganjar Ingin Esemka Jadi Mobdin: Jika Gagal yang Untung Merek Asing

11 September 2019 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai acara Pengucapan Sumpah dan Janji Anggota DPRD Jateng periode 2019-2025 di Komplek Gubenuran, Jalan Pahlawan, Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai acara Pengucapan Sumpah dan Janji Anggota DPRD Jateng periode 2019-2025 di Komplek Gubenuran, Jalan Pahlawan, Semarang. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo belum lama ini meresmikan pabrik perakitan mobil Esemka di Boyolali. Peresmian ini ditanggapi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
ADVERTISEMENT
Ganjar berencana menjadikan Esemka sebagai mobil dinas di Pemprov Jateng dan 35 Kota/Kabupaten di wilayahnya. Namun bukan yang Esemka tipe Bima yang hendak dipesan Ganjar, melainkan yang tipe lain berjenis SUV.
Rencana ini menuai pro-kontra dan juga berbagai respons di media sosial. Menurut Ganjar, ada saja yang menganggap keinginannya menggunakan Esemka itu dimaknai politis.
"Kelompok nyinyirisme itu, ya, boleh ngomong apa saja bebas," kata Ganjar, di Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Rabu (11/9).
Soal jadi mobil dinas, Politikus PDIP itu mengatakan, tidak ada salahnya mencoba karya anak bangsa. Sebab, apapun inovasi harus didukung. Sebuah ciptaan, diyakini Ganjar tidak bisa langsung sempurna.
"Wong sekarang saja belum tahu cara penjualannya kok. Kita coba dulu. Saya bilang, maju saja terus, kesempurnaan tidak terjadi saat itu, pasti akan ada proses," tegas Ganjar.
ADVERTISEMENT
Ganjar kemudian mengambil contoh mobil keluaran Toyota yakni Kijang yang telah mengalami banyak perubahan serta kemajuan sejak pertama kali diluncurkan.
"(Toyota) Kijang aja bentuknya dulu tidak seperti yang saya (pakai sekarang) ini, dulu Kijang kotak," ujarnya.
Ganjar tak menyangkal munculnya suara sumbang dalam peluncuran pabrik perakitan Mobil Esemka. Menurut dia, lawan politik pasti akan berbicara jelek.
Hal seperti ini, kata Ganjar, pernah terjadi saat mobil Timor. Kurangnya dukungan, akhirnya mobil Timor menjadi produk yang gagal berkembang karena prosedural politik.
"Dan kalau kita (Esemka) ini tidak mau mulai, juga akan gagal. Jika gagal karena prosedural politik, maka yang akan untung adalah merek asing karena kita tidak punya merek nasional," tegas alumni UGM Yogyakarta itu.
ADVERTISEMENT
Masih adanya campur tangan pihak asing dalam produk mobil Esemka, bagi Ganjar bukan persoalan besar. Utamanya, dalam campur tangan itu dicermati sebagai cara untuk mempelajari ilmu dan teknologi.
"Buat saya yang penting mulai saja dulu, nanti kalau ada perbaikan sambil ada transfer of knowledge, transfer of technology, sehingga orang akan bisa melihat nanti lama-lama Wagon ini akan bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri," tegasnya.
Pabrik Esemka terletak di Desa Demangan Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Dalam produksinya, sekitar 80 persen komponennya berasal dari dalam negeri.
Pabrik tersebut berdiri di atas lahan seluas 115 ribu meter per segi dengan luas bangunan 12.500 meter per segi. Tanah itu disewa untuk jangka waktu selama 30 tahun.
ADVERTISEMENT
Pabrik ini dilengkapi dengan ruang pamer, pengecatan, perakitan kendaraan, perakitan mesin, pengetesan mesin, pengetesan kendaraan, dan inspeksi.