Gas Air Mata yang Ditembakkan Polisi Kedaluwarsa, Apa Bahayanya?

27 September 2019 15:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas kepolisian menembaki gas air mata ke arah pendemo. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas kepolisian menembaki gas air mata ke arah pendemo. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Gas air mata terasa perih di mata kami saat meliput demo mahasiswa di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/9). Kami melihat, gas air mata yang ditembakan polisi sekitar pukul 16.12 WIB menyebabkan konsentrasi massa terpecah. Di antara mereka, ada yang sesak, lemas, bahkan pingsan.
ADVERTISEMENT
Belakangan, foto temuan selongsong gas air mata yang kedaluwarsa viral di media sosial. Di selongsong itu tertulis, masa pakainya harus digunakan sebelum Mei 2016.
Istri almarhum Aktivis HAM Munir Said Thalib, Suciwati, bahkan meminta massa aksi mengumpulkan selongsong yang bersarakan di jalan. Dalam akun Facebook-nya, Suciwati menyebut gas air mata yang kedaluwarsa itu berbahaya.
“Efeknya bisa kebutaan permanen, kerusakan sistem pernapasan akut, kulit terbakar, keguguran bagi ibu hamil,” tulis Suciwati di dinding Facebooknya, Selasa (25/9).
Saat dimintai konfirmasi, polisi sempat membantah kabar tersebut. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono,memastikan jajarannya tak menggunakan gas air mata kedaluwarsa.
"Polisi gunakan gas air mata yang masih standar (bukan kedaluwarsa)," kata Argo saat dihubungi, Rabu (25/9).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono. Foto: Raga Imam/kumparan
Pernyataan Argo itu buru-buru diralat satu hari setelahnya. Pada Kamis 26 September, Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengaku bahwa gas air mata yang digunakan pihaknya sudah kedaluwarsa. Namun menurutnya itu tak berbahaya.
ADVERTISEMENT
“Selongsong (gas air mata kadaluarsa) itu ya masih bisa digunakan cuma kan dia tidak maksimal, justru enggak ada bahayanya. Kalau kerupuk itu melempem gitu loh, tahu melempem enggak?” ucap Karopenmas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Kamis (26/9)
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) di Mabes Polri. Foto: Mirsan Simamora/kumparan
Pernyataan itu pun dibantah oleh salah satu LSM yakni Sindikasi. Dalam konfrensi pers di Gedung LBH Jakarta, perwakilan Sindikasi, Irene Wardhani menyebut gas air mata kedaluwarsa menyebabkan munculnya zat kimia fosgen.
“Ada satu catatan polisi gunakan expired tear gas, kandungannya adalah salah satu bisa terjadinya perubahan senyawa kimia, fosgen, merupakan senjata gas Jerman pada perang dunia pertama. Fosgen itu ada di kandungan peluru tear gas,” ucap Irene.
ADVERTISEMENT
Gas Air Mata Kedaluwarsa dan Bahayanya
Penggunaan gas air mata kedaluwarsa bukan hanya terjadi di Indonesia. Pada tahun 2011 misalnya, polisi mesir menggunakan gas air mata yang masa pakainya berakhir 2008. Yang terbaru, pembubaran demonstran di Hong Kong belum lama ini juga menggunakan gas air mata yang tanggal kedaluwarsanya jatuh pada 2017.
Polisi tembakkan gas air mata ke depan BPK. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut dosen Hong Kong University, Karen Mak, gas air mata biasanya memiliki masa aktif tiga sampai lima tahun. Apabila suatu gas air mata diproduksi pada 2015, maka tanggal kedaluarsnya jatuh pada 2019. Pernyataan itu ia sampaikan kepada media lokal RTHK kala menanggapi gas air mata kedaluwarsa di Hong Kong.
Ulasan tentang bahaya gas air mata kedaluwarsa pernah ditulis di International Journal on Human Rights, Vol 12, Issue 22 (Desember 2015). Dalam jurnal itu, Anna Feigenbaum, Dosen Media dan Politik Bournemouth University, Inggris, menyinggung praktik penggunaan gas air mata kedaluwarsa dengan merek Condor yang masif digunakan di sejumlah negara
Salah satu anggota polisi menembakkan gas air mata di depan Gedung DPR, Selasa (24/9/2019). Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Menurut Anna, alasan mengapa gas air mata memiliki tanggal kedaluwarsa adalah untuk menandakan bahwa produk itu sudah tak lagi aman digunakan. Ia lalu mencontohkan adanya satu orang korban jiwa di Mesir pada 2015 yang dilaporkan meninggal akibat gas air mata .
ADVERTISEMENT
“Senyawa kimia yang terkandung di dalamnya tak lagi disetujui berdasarkan uji kelayakan dan sertifikat keselamatan,” tulis Anna.
Sebuah penelitian yang lebih serius terhadap penggunaan gas air mata kedaluwarsa pun pernah dilakukan di Venezuela. Mónica Kräuter, seorang profesor Kimia dari Simón Bolívar University, menyimpukan bahwa gas air mata kedaluwarsa dapat berubah menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Aparat Kepolisian menembakkan gas air mata untuk menghalau mahasiswa yang memaksa masuk ke kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) saat aksi unjuk rasa di kantor DPRD Solo, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Dilansir media lokal Lapatilla, Mónica mengumpulkan lebih dari 1.000 selongsong gas air mata pada tahun 2014. Ia lalu mendapati bahwa 72% di antara selongsong yang ditemukan itu telah kedaluwarsa.
“Gas air mata yang kadaluarsa akan terurai menjadi sianida, fosgen dan nitrogen yang sangat berbahaya,” kata Monica.
Sianida merupakan senyawa kimia yang memiliki sifat racun. Jika masuk ke dalam sistem pencernaan, racun ini akan berkumpul di hati. Akibarnya, sistem kardiovaskulers akan terganggu dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.
Seorang demonstran memukul gas air mata dengan raket tenis saat demonstrasi di Hong Kong. Foto: REUTERS / Tyrone Siu
Selain itu, fosgen merupakan gas yang dapat merusak paru-paru seseorang. Senyawa itu biasa dibuat dari campuran gas karbon monoksida dan gas klorin. Pada era perang dunia 1, gas tersebut digunakan sebagai senjata kimia yang amat mematikan.
ADVERTISEMENT
“Untuk menetralisir efeknya secara kimia, Anda membutuhkan kain bersih yang menutupi hidung dan mulut Anda. Kemudian basahi dengan natrium bikarbonat yang diencerkan dalam air atau antasida," kata dia.
Bantahan Perusahaan Gas Air Mata
CEO Mace Security International, Jon Goodrich, memiliki pendapat berbeda mengenai masa kedaluwarsa gas air mata. Perusahaan yang dipimpinnya itu merupakan salah satu produsan gas air mata yang berpusat di AS.
Demonstran terlihat di tengah-tengah asap dari gas air mata di Hong Kong. Foto: REUTERS / Kim Kyung-Hoon
Menurut Goodrich, alasan tabung gas air mata memiliki tanggal kadaluwarsa karena kemampuannya yang turun menurun. Ia mengatakan, kekuatan bahan kimia di dalamnya akan semakin berkurang seiring berubahnya suhu dan waktu.
"Anda kan ingin itu (gas air mata) dalam kekuatan penuh ketika Anda membutuhkannya," kata Goodrich dikutip dari Iowa State Daily.
Polisi melontarkan gas air mata saat kericuhan dalam unjuk rasa di depan kompleks Parlemen di Jakarta, Selasa (24/9/2019). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ia menambahkan, standar industri gas air mata menunjukkan bahwa sekitar 10 persen dari semua tabung gas akan gagal, baik kedaluwarsa atau tidak, dan itu tak membahayakan.
ADVERTISEMENT
"Belum ada laporan medis dari siapa pun yang mengalami penyakit jangka panjang dari paparan gas air mata," kata Goodrich.
ADVERTISEMENT