Gempa Tuban Tergolong Jarang, Menarik Dikaji

19 September 2019 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gempa bumi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo (belakangan dikoreksi oleh BMKG menjadi 6,1 magnitudo) dan 6 magnitudo berpusat di Tuban, Jawa Timur. Gempa dengan kedalaman lebih dari 600 km yang berpusat di laut ini dirasakan di Lumajang, Yogyakarta, Cilacap, hingga Bali dan NTB.
ADVERTISEMENT
Uniknya, warga yang tinggal di Tuban justru tak merasakan gempa. Mereka tetap beraktivitas normal dan tak merasakan getaran gempa bumi yang terjadi pukul 14.06 WIB dan 14.31 WIB tersebut. Pusat gempa berada di laut dengan jarak 56 km barat laut dari Kota Tuban, dan 75 km timur laut dari Kota Rembang, Jawa Tengah.
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, memiliki penjelasan tersendiri terkait hal ini.
Pusat gempa yang sangat dalam, lebih 600 km, diduga menjadi penyebab mengapa masyarakat Tuban yang berada di dekat pusat gempa tidak merasakan getaran, sedang masyarakat yang di daerah yang jauh justru merasakan.
"(Gempa seperti) Ini jarang terjadi," kata Daryono saat dikonfirmasi kumparan, Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT
Daryono memberi penjelasan lebih luas dalam keterangan tertulisnya.
"Gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer adalah fenomena alam yang menarik karena jarang terjadi," ujarnya.
Gempa dalam (deep focus earthquake) yang dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di kedalaman tersebut.
Daryono menyebut, hal ini disebabkan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas. Gempa tidak berdampak merusak, karena kedalaman hiposenternya sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi.
"Meskipun tidak berdampak, gempa ini sangat menarik untuk dikaji untuk kemajuan sains kebumian," ujarnya.
Menurutnya, gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman 500 kilometer di bawah Laut Jawa masih aktif. Di bawah Laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer.
ADVERTISEMENT
"Proses terjadinya gempa hiposenter dalam hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya. Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu," tutur Daryono.
Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 kilometer mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah). Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy).
Jika ditinjau dari hiposenternya, gempa yang berkedalaman 600-an kilometer ini, terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410-600 kilometer.
Aktivitas seismik ini tampaknya lebih disebabkan oleh adanya pengaruh gaya slab pull yaitu gaya tarik lempeng ke bawah akibat tarikan gravitasi Bumi yang ditandai dengan mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar turun.
ADVERTISEMENT