Gerakan #ArmMeWith untuk Menolak Solusi Trump Persenjatai Guru di AS

23 Februari 2018 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerakan #ArmMeWith. (Foto: Instagram @missjohnstonsjourney)
zoom-in-whitePerbesar
Gerakan #ArmMeWith. (Foto: Instagram @missjohnstonsjourney)
ADVERTISEMENT
Menyusul penembakan yang merenggut 17 nyawa di sekolah Florida, Presiden AS Donald Trump berkeinginan untuk mempersenjatai guru. Solusi tersebut lantas ditentang oleh guru-guru sekolah melalui sebuah gerakan sosial bernama #ArmMeWith.
ADVERTISEMENT
Gerakan sosial tersebut bermula saat Brittany Wheaton, guru Bahasa Inggris di Kansas, dan Olivia Bertels, guru Bahasa Inggris di Utah, mengunggah swafoto dengan tagar #ArmMeWith pada Rabu (21/2).
"Menurut saya dan Brittany, kami harus mencari solusi yang lebih praktis daripada mempersenjatai guru. Saya harap kamu juga akan mengambil langkah yang sama. Gabunglah dengan kami," tulis akun Instagram Bertels @missbertels_.
Bertels menambahkan, sebagai guru dirinya tidak berangkat ke sekolah untuk mengambil nyawa orang lain.
"Bila saya ingin bekerja sambil membawa senjata, saya sudah pilih karier yang lain," ujar Wheaton. dilansir CNN, Jumat (23/2).
Dalam waktu 48 jam setelah mereka mengunggah foto #ArmMeWith, lebih dari 5.000 tenaga pengajar di seluruh AS mengikuti langkah Wheaton dan Bertels. Alih-alih dipersenjatai senapan, mereka memilih 'dipersenjatai' dengan buku, dana, konselor sekolah, hingga ukuran kelas yang lebih kecil.
ADVERTISEMENT
"#ArmMeWith sumber daya dan dana yang dibutuhkan untuk membantu murid berkebutuhan khusus, bukan SENJATA," tulis Wheaton di akun Instagramnya @thesuperheroteacher.
Ada pula Chris Peck, guru kelas 10 dan 12 SMA di Utah, yang mengatakan bahwa ia lebih ingin 'dipersenjatai' dengan ukuran kelas yang lebih kecil.
"Saya harus mengajar sekitar 40 anak di tiap kelas, dan 220 anak tiap harinya. Dengan dana yang lebih, sekolah dapat mempekerjakan guru lebih banyak. Mereka dapat mengenal murid secara lebih baik," kata Peck.
Sedangkan Lindsey Paull, guru di Iowa, menginginkan buku lebih banyak untuk murid. Menurutnya, murid usia enam tahun butuh belajar membaca, bukan ditakuti dengan senjata. Ia bahkan menegaskan bila guru wajib membawa senjata, Paull akan mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, Wheaton berharap gerakan #ArmMeWith dapat menjadi langkah perubahan bagi permasalahan pendidikan yang lebih besar.
"Dengan angka penembakan di sekolah yang meningkat, wajib hukumnya untuk menyadari bahwa akar permasalahan ini jauh lebih dalam," tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Trump menyebut salah satu solusi mencegah penembakan di sekolah adalah mempersenjatai guru. Menurutnya, jika guru dan penjaga sekolah dipersenjatai, pelaku penembakan akan pikir dua kali untuk beraksi. Jika pun nekat beraksi, dia akan dengan cepat dilumpuhkan oleh para guru yang bersenjata.
"Jika ada guru yang terbiasa dengan senjata api, mereka bisa menghentikan serangan dengan cepat. Ini hanya untuk orang yang terbiasa memegang senapan, dan dibawa secara tertutup," ujar Trump.