Gerindra Dinilai Berpeluang Gabung Koalisi Jokowi Ketimbang Demokrat

12 Oktober 2019 12:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diskusi 'Dinamika Politik Jelang Penyusunan Kabinet' di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Dok. M Lutfan Dharmawan.
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi 'Dinamika Politik Jelang Penyusunan Kabinet' di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Foto: Dok. M Lutfan Dharmawan.
ADVERTISEMENT
Dalam dua hari terakhir, politik Indonesia diwarnai dengan pertemuan-pertemuan krusial petinggi partai politik dengan Presiden Joko Widodo. Dua di antaranya yakni dengan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
ADVERTISEMENT
Kedua pertemuan itu digadang-gadang membahas soal kemungkinan Demokrat dan Gerindra masuk koalisi pemerintahan, hingga berujung pada pembahasan komposisi kabinet mendatang.
Pengamat komunikasi politik UGM, Nyarwi Ahmad, melihat Jokowi lebih antusias bertemu dengan Prabowo dibanding dengan SBY. Ia menilai hal ini bisa dibaca sebagai sinyal kemungkinan Gerindra lebih berpeluang masuk kabinet dibanding Demokrat.
"Yang menarik adalah ekspresi baik Pak Prabowo maupun Jokowi dan Pak SBY ketemu Pak Jokowi. Mungkin dengan style Pak SBY mungkin begitu kalem, tahan diri. (Dengan) Pak Prabowo ekspresif dan antusias," kata Nyarwi di diskusi Dinamika Politik Jelang Pelantikan Kabinet di Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (12/10).
Prabowo dan Jokowi bertemu di ruang Jepara, Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Dok. Kris - Biro Pers Sekretariat Presiden
"Saya lihat cara Jokowi setelah bertemu beliau untuk konpers usai ketemu SBY. Ketika ditanya 'gimana? Ya itu tanyakan ke SBY'. Sementara dengan Pak Prabowo tidak. Lebih cair," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini, menurutnya, dibaca dengan adanya dua indikasi. Pertama, daya tarik Gerindra untuk susunan koalisi sangat tinggi. Sementara kedua, untuk Demokrat hal itu tak terlihat.
"Saya mendapat indikasi dari dua peristiwa itu. Pertama daya tarik Gerindra untuk susunan koalisi ini sangat tinggi. Artinya Gerindra dibutuhkan untuk memperkuat koalisi pemerintahan Jokowi mendatang. Sementara, saya melihat daya tarik Demokrat masih belum terlalu kuat," imbuhnya.
Hal senada disampaikan pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari.
"Saya selalu katakan peluang Gerindra masuk ke kabinet amat besar. Pertama, secara ideologi Gerindra dengan PDIP itu dekat ya. Bahasa saya saudara sepupu," kata dia.
Jokowi bertemu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Foto: Antara/Rosa Panggabean
Sehingga, kata Qodari, tidak heran apabila pertemuan antara Jokowi dan Prabowo lebih terlihat rileks dari segi gestur. Apalagi, kalau dicermati pada dinamika politik 2014-2019 lalu, sebenarnya Jokowi lebih dekat dengan Prabowo ketimbang SBY.
ADVERTISEMENT
"Mereka saling mengunjungi. Frekuensi pertemuan antara Jokowi dan Prabowo itu lebih sering dibandingkan SBY," ungkapnya.
"Bahkan ketika, mohon maaf, ketika berbeda pendapat atau dukung PDIP, beliau meminta dukungan Prabowo dan mereka bertemu di Istana Bogor, dan Pak Prabowo menyerahkan atau memberikan senjata keris kepada Jokowi," pungkasnya.
Sebelumnya, pertemuan antara Jokowi dengan SBY terjadi pada Kamis (10/10). Sementara pertemuan antara Jokowi dengan Gerindra pada Jumat (11/10) atau sehari setelah pertemuan dengan SBY.