Gerindra: Koalisi Jokowi Rentan Pecah di Pilpres 2019

4 Agustus 2018 11:26 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waketum Gerindra Ferry Juliantono. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Waketum Gerindra Ferry Juliantono. (Foto: Soejono Eben/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tensi politik di masa pendaftaran capres-cawapres semakin memanas. Saling serang antara kubu koalisi Prabowo dengan koalisi Jokowi pun tak terhindarkan.
ADVERTISEMENT
Waketum Gerindra Ferry Juliantono menyatakan, koalisi Jokowi rentan pecah sehingga sangat mungkin partai-partai di dalamnya menarik dukungan dan membentuk poros baru di Pilpres 2019. Menurut dia, parpol koalisi Jokowi seperti Golkar dan PKB memiliki peluang untuk mengusung pasangan capres-cawapres dari poros ketiga.
“Kalau dari kubu kami (Prabowo) relatif kecil, walaupun ada kemungkinan juga. Kalau sekiranya mau bentuk poros baru, peluang itu relatif besar dari (parpol) kubu Pak Jokowi. Karena kecukupan kursi yang ada. Yang lebih terbuka keluar koalisi di kubu Jokowi seperti PKB dan Golkar,” kata Ferry dalam diskusi di Gado-gadi Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/8).
Ferry menjelaskan, para ketum parpol koalisi Jokowi banyak yang mengincar kursi cawapres Jokowi. Antara lain seperti Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Ketum PPP Romahurmuziy. Dari ketiga nama itu, Airlangga dan Cak Iminlah yang paling getol melakukan berbagai cara untuk bisa mendapat kepercayaan mendampingi Jokowi sebagai cawapres di pilpres nanti.
ADVERTISEMENT
“Jadi relatif lebih besar peluang pecah itu di Jokowi. Kalau di kami relatif kecil sekali. Karena di kubu kami kekurangan cukup kursi untuk buat poros baru. Kalau di Jokowi relatif cukup kursi untuk keluar dari koalisi bentuk poros baru,” tuturnya.
Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar di DPP PKB (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar di DPP PKB (Foto: Soejono Saragih/kumparan)
Di sisi lain, lanjut Ferry, Jokowi tengah mengalami kesulitan dalam menentukan cawapresnya. Menurutnya, kemungkinan besar Jokowi akan memilih cawapres dari unsur non-parpol. Hal itu untuk menghindari resistensi pecahnya koalisi Jokowi.
“Di luar itu saya juga meyakini Pak Jokowi punya kesulitan relatif lebih tinggi karena jumlah partai di sana itu lebih banyak parpolnya. Kemudian kalau harus ambil keputusannya cawapres tertentu dari unsur parpol, akan bisa membuat partai-partai (koalisi Jokowi) itu tidak puas dan berpeluang membentuk poros baru. Itu relatif lebih terbuka di kubu Jokowi,” tutup Ferry.
ADVERTISEMENT