Golkar Kritik Perpres Tenaga Kerja Asing: Jangan Bandingkan dengan TKI

26 April 2018 16:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raker Komisi IX DPR bahasan Perpers TKA. (Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Raker Komisi IX DPR bahasan Perpers TKA. (Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam rapat kerja Komisi IX DPR dengan Kementerian Ketenagakerjaan, Dirjen Imigrasi, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) soal Perpres Nomor 20 Tahun 2018 soal Tenaga Kerja Asing, pemerintah mendapat kritik pedas dari anggota DPR.
ADVERTISEMENT
Anggota komisi IX dari Fraksi Golkar Syamsul Bachri bercerita saat dia pergi ke wilayah Indonesia Timur bertemu dengan TKA, namun ironinya, tidak bisa berbahasa Indonesia.
"Saya beberapa kali penerbangan ke Indonesia Timur, menggunakan Garuda. Saya melihat di pesawat itu banyak sekali TKA tidak bisa berbahasa Indonesia. Saya coba tanya mau ke mana dia enggak bisa menjelaskan," ujar Syamsul di ruang Komisi IX DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/4).
Ia kemudian melontarkan kritik keras kepada pemerintah. Ia tidak sepakat membandingkan TKA dengan Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ada di luar negeri.
"Saya tidak begitu tertarik untuk membandingkan jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia dengan jumlah TKI kita yang ada di luar negeri," kata dia.
ADVERTISEMENT
Syamsul menjelaskan bahwa kondisi TKI dan TKA berbeda. Negara luar, menurut Syamsul, penduduknya tidak terlalu banyak. Ia juga menyebut banyak pekerjaan di luar negeri yang tidak mau dikerjakan oleh warga di sana.
Raker Komisi IX DPR bahasan Perpres TKA. (Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Raker Komisi IX DPR bahasan Perpres TKA. (Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan)
Syamsul meluruskan bahwa para TKI datang ke luar negeri karena negara tersebut memang membutuhkan TKI, menurutnya TKI bukan menyerbu negara luar untuk bekerja.
"Jadi tenaga kerja yang ada di luar negeri itu mereka datang karena mereka yang membutuhkan bukan mereka menyerang, bukan, tapi mereka membutuhkan tenaga kerja dari kita," tegas dia.