Golkar Merasa Bowo Tak Perlu 'Serangan Fajar' untuk Menang di Dapilnya

29 Maret 2019 15:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tersangka kasus suap pupuk, Bowo Sidik Pangarso usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (28/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tersangka kasus suap pupuk, Bowo Sidik Pangarso usai diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (28/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengurus Partai Golkar terkejut dengan ditangkap kader mereka, Bowo Sidik Pangarso. Terlebih karena Bowo diciduk KPK setelah menerima uang suap yang digunakan untuk 'serangan fajar' pada Pemilu 2019.
ADVERTISEMENT
Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadziliy heran dengan Bowo yang berencana 'membeli' suara dari konstituennya. Pasalnya, di daerah pemilihan Bowo (Kudus, Jepara, Demak) massa pemilih Golkar dianggap kuat.
"Partai Golkar sebetulnya di dapilnya Pak Bowo itu hasil analisis kami Golkar itu kuat sekali, bisa mendapatkan dua bahkan mendekati tiga kursi," kata Ace di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (29/3)
"Seharusnya cara-cara misalnya dengan melakukan serangan fajar itu tidak perlu dilakukan, makanya kami sangat kaget ketika Pak Bowo melakukan dugaan rencana untuk melakukan money politics," tambahnya.
Saat ini Bowo menjabat sebagai Ketua bidang pemenangan pemilu Golkar Jawa Tengah I (Kota Semarang). Namun dia juga menjadi caleg Golkar di daerah pemilihan Jawa Tengah II.
Ketua DPP Golkar, Ace Hasan Syadzily. Foto: Rafyq Alkandy Ahmad Panjaitan/kumparan
Golkar juga mengaku tidak tahu Bowo telah menyiapkan uang hingga miliaran rupiah yang sudah dimasukkan dalam ratusan ribu amplop.
ADVERTISEMENT
"Kami partai terus terang saja tidak tahu, partai tidak pernah memberikan semacam instruksi, imbauan atau perintah kepada semua kader yang nyaleg untuk misalnya melakukan serangan fajar," tuturnya.
Ace yang juga juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin itu mengungkapkan kasus Bowo tak ada kaitannya dengan Pemilihan presiden. Apalagi Bowo tidak masuk dalam Tim Pemenangan Nasional Jokowi-Ma'ruf.
Bowo ditangkap KPK karena diduga terlibat dalam kasus dugaan suap distribusi pupuk. Bowo diduga menerima suap sebesar Rp 89,4 juta. Namun, sebelumnya ia diduga pernah menerima Rp 221 juta dan USD 85.130 (sekitar Rp 1,1 miliar).
Diduga suap tersebut diberikan Marketing Manager Humpuss, Asty Winasti, melalui rekan Bowo, Indung selaku pejabat PT Inersia. Diduga, suap diberikan agar Bowo mengupayakan PT Pupuk Indonesia menggunakan jasa PT Humpuss Transportasi Kimia dalam mendistribusikan pupuk.
ADVERTISEMENT