Gunung Anak Krakatau Erupsi, BNPB Pastikan Status Tetap Waspada

25 Juni 2018 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali erupsi untuk kesekian kali pada Senin (25/6) dengan tinggi kolom abu 1.000 meter di atas puncak kawah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, memastikan status gunung Anak Krakatau tetap Waspada, belum naik menjadi Awas.
ADVERTISEMENT
"Status Waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya erupsi dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 kilometer," ujar Sutopo dalam keterangannya.
Sejak 2012 hingga saat ini, status Gunung Anak Krakatau tidak berubah, tetap Waspada. Sutopo memastikan, meski erupsi sudah mencapai kolom abu 1.000 meter, namun status Gunung Anak Krakatau tetap berada di level dua.
"Erupsi melontarkan abu vulkanik dan pasir. Erupsi tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. VONA (Volcano Observatory Notice For Aviation) orange. Erupsi juga tidak berbahaya selama berada di luar radius 1 kilometer dari puncak kawah. Selain itu, erupsi juga tidak membahayakan pelayaran di Selat Sunda," ujar Sutopo.
ADVERTISEMENT
Menurut Sutopo, erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa. Pasalnya, kata dia, gunung yang baru muncul dari permukaan laut pada 1927 tersebut, akan selalu erupsi karena masih aktif untuk terus tumbuh dan meninggi.
Energi erupsi yang dikeluarkan pun, tutur Sutopo, juga tidak besar. Sehingga, Sutopo melihat, sangat kecil peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883.
"Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tuturnya.
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Gunung Anak Krakatau. (Foto: Dok. BNPB.)
Memang, sejak 18 Juni 2018, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan aktivitas vulkanik. Sutopo menyebut, terdapat pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi erupsi.
Kata Sutopo yang memaparkan data PVMBG, saat itu, selain gempa vulkanik dan tektonik, terekam pula gempa tremor menerus dengan amplitudo 1 โ€“ 21 mm (dominan 6 milimeter).
ADVERTISEMENT
Selain itu, pada 19 Juni 2018, gempa embusan mengalami peningkatan jumlah dari rata-rata 1 kejadian perhari menjadi 69 kejadian per hari.
"Selain itu mulai terekam juga gempa low frekuensi sebanyak 12 kejadian per hari. Gempa tremor menerus dengan amplitude 1โ€“14 mm (dominan 4 mm). Tanggal 20 Juni 2018, terekam 88 kali gempa embusan, 11 kali gempa low frekuensi dan 36 kali gempa vulkanik dangkal," paparnya.
Selanjutnya, ungkap Sutopo, pada 21 Juni 2018, terekam 49 kali gempa embusan, 8 kali gempa low frekuensi, 50 kali gempa vulkanik dangkal dan 4 kali gempa vulkanik dalam.
"Secara visual, terlihat erupsi mengeluarkan abu dan pasir. Tipe letusannya strombolian yang terjadi erupsi secara berkala pada saat itu," sebut Sutopo.
ADVERTISEMENT
Sutopo tetap mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Terlebih, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) telah mengantisipasi hal tersebut.
"Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi, tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dari puncak kawah. Di luar itu, aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," ungkap Sutopo.