Gunung Merapi Alami 50 Guguran dalam Sehari, Status Tetap Waspada

14 Januari 2019 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
zoom-in-whitePerbesar
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Balerante, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
ADVERTISEMENT
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi mengalami guguran rata-rata sebanyak 50 kali dalam sehari. Namun, tak semua dari guguran tersebut adalah lava pijar.
ADVERTISEMENT
“Rata-rata guguran dalam sehari 50 kali. Kalau melihat dari data-data kami. Range 30-70 guguran jadi rata-rata 50 guguran,” kata Kepala BPPTKG, Hanik Humaida saat ditemui di Kantor BPPTKG, Umbulharjo, Yogyakarta, Senin (14/1/2019).
“Tidak selalu (guguran) jadi lava pijar yang teramati itu. Sebab, guguran tidak selalu berupa lava pijar dan tidak selalu per hari (muncul lava pijar),” imbuhnya.
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida saat ditemui di kantornya, Senin (14/1). 
 (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BPPTKG, Hanik Humaida saat ditemui di kantornya, Senin (14/1). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Sementara itu, menurut Hanik, jarak luncur guguran terpanjang terjadi pada 12 Januari lalu yang mencapai 1,7 kilometer. Sementara itu, berdasarkan catatan BPPTKG per 10 Januari, volume kubah lava mencapai 439.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 3.400 meter kubik per hari.
“(Aktivitas) ini masih wajar. Dalam artian masih aktivitas biasa ini adanya guguran setelah ada kubah lava. Aktivitas Merapi sampai saat ini masih sangat kecil dibanding sebelumnya (erupsi) tahun 2006 dalam sehari guguran sampai ratusan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Status Gunung Merapi sampai saat ini masih berada di level 2 atau waspada. Hanik mengatakan, status Waspada ini merupakan status terlama sepanjang sejarah Gunung Merapi yaitu delapan bulan, setelah ditetapkan pada Mei 2018 lalu.
“Memang ini status waspada yang terpanjang. Tahun-tahun sebelumnya (pada) 2006 cuma beberapa minggu berstatus waspada,” katanya.
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
Meski demikian, Menurut Hanik, tak menutup kemungkinan status Gunung Merapi dapat segera berubah, turun ke level normal maupun naik ke level siaga.
“Ya namanya Waspada masih ada dua kemungkinan bisa turun biasa naik. Banyak parameter, pemantauan kita banyak sekali dari seismik, deformasi dari kimianya kita gunakan sebagai dasar statusnya,” katanya.
Hanik menjelaskan, penetapan status Gunung Merapi dasarnya bukan pada letusan, namun pada potensi bahaya dan ancamannya. Sebab menurut Hanik, ada gunung api di Indonesia yang tengah erupsi tapi statusnya tak sampai awas karena tak membahayakan.
ADVERTISEMENT
“Nah terus seperti sekarang beberapa gunung (di Indonesia) sampai siaga aja tidak naik awas. Ya kita tunggu aja datanya (untuk Gunung Merapi). Kita memantau memitigasi, kita tidak bisa memprediksi secara eksak,” tegasnya.