Haeruddin Penakluk Api yang Gugur, Berikan Jiwa Raga untuk Damkar

17 Juli 2018 14:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Upacara pelepasan jenazah Haeruddin (Foto: Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara pelepasan jenazah Haeruddin (Foto: Moh Fajri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Yang penting niat saya iklas, jiwa raga saya buat Damkar
ADVERTISEMENT
Kalimat itu menjadi kenangan bagi Siti Aisyah, istri dari Haeruddin, petugas Damkar yang gugur dalam tugas pemadaman gudang material di Jalan Kenanga, Sunter Agung, Jakarta Utara, 16 Juli lalu. Kalimat itu, sering dilontarkan Haeruddin setiap kali Aisyah menasehatinya tentang risiko kerja yang dijalani sang suami.
“Buat keluarga dia orangnya selalu nomor satu. Sering saya nasehati juga kalau ada kebakaran hati-hati atau apa. Jadi jiwa raga dia mah udah terpanggil untuk Damkar,” kenang Aisyah saat berbincang dengan kumparan di asrama pemadam kebakaran, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (17/7).
Aisyah masih mengenang saat suaminya ngotot berangkat untuk memadamkan api yang melanda gudang bahan kimia di Jalan Kampung Bandan, Pedemangan, 5 Juli lalu. Aisyah meminta agar suaminya tetap berada di rumah karena Haeruddin sebenarnya baru bertugas di hari berikutnya.
Keluarga dari Haeruddin, penakluk api dalam kebakaran Sunter, tengah berduka di Semper Barat, Jakarta Utara. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga dari Haeruddin, penakluk api dalam kebakaran Sunter, tengah berduka di Semper Barat, Jakarta Utara. (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
Aisyah khawatir kehadiran Haeruddin dinilai buruk oleh rekan kejanya. Ia takut suaminya dianggap mencari muka. Namun suaminya menjawab dengan santai. Bagi Haeruddin, anggapan orang tidak penting karena jiwa raganya sudah untuk Damkar.
ADVERTISEMENT
“Dia (Haeruddin) bilang ‘enggak apa-apa orang bilang apa aja gak peduli. Yang penting niat saya ikhlas, jiwa raga saya buat Damkar’. Sampai sekarang tuh saya nangis ingat dia ngomong begitu,” kenang Aisyah sendu.
Menurut Aisyah, suaminya memang selalu berani dalam menjalankan tugas dan terdepan dalam proses pemadaman. Seperti peristiwa kebakaran di Sunter yang menjadi tempat Haeruddin gugur.
Dari keterangan rekan kerja Haeruddin, Aisyah menuturkan, suaminya adalah orang pertama yang sampai di lokasi. Asap tebal saat pemadaman terhirup oleh Haeruddin. Meski saat itu ia mengenakan oksigen, namun tidak mampu membuatnya bertahan.
Upacara pelepasan jenazah Haeruddin (Foto: Moh Fajri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara pelepasan jenazah Haeruddin (Foto: Moh Fajri/kumparan)
“Jadi api sedang membubung, kena semprot asapnya kehirup. Padahal udah pake masker, tapi kan ada zat kimia juga katanya di situ, jadi sesak nafas di situ,” kata Aisyah.
ADVERTISEMENT
Suaminya saat itu sudah mengetahui kondisinya melemah. Haeruddin juga sempat meminta minum ke warga setempat dan meminta ambulans membawanya ke rumah sakit.
“Katanya ‘di mana ambulans? saya nih lemas bawa saya ke rumah sakit’. ke ambulans aja jalan sendiri mau ditolongin temannya aja enggak mau. ‘udah kamu di depan aja’ katanya begitu,” kata Aisyah.
Jika tidak sedang bertugas, Haeruddin kerap membantu memadamkan api bila terjadi kebakaran di jalan. Aisyah sering mendapati suaminya pulang dengan kondisi kuyup karena hal tersebut.
“Sering juga kalau di jalan ada kebakaran itu penginnya ikut bantu. Pulang-pulang basah kuyup,” kata Aisyah.
Haeruddin meninggal karena mengalami sesak nafas dalam tugas. Ia sempat mendapat pertolongan di ambulans dan RSUD Koja. Kepala Pleton III-A Tanjung Priok itu meninggalkan dua orang anak dan seorang cucu.
ADVERTISEMENT