LIPSUS GAME PUBG DAN KEKERASAN, Cover Story

Halal-Haram Game PUBG

1 April 2019 13:12 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Liputan Khusus: Semua Gara-gara PUBG. Foto: Herun Ricky /kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Liputan Khusus: Semua Gara-gara PUBG. Foto: Herun Ricky /kumparan
ADVERTISEMENT
Benny Setiawan merasakan sensasi lebih besar ketika kedua jempolnya mengendalikan karakter bersenjata bedil melalui layar ponselnya. Tampilan karakter itu realistis, dengan suara senjata dan medan pertarungan nyaris mendekati nyata. Di situ, Benny hanya punya satu tujuan: bertahan hidup.
ADVERTISEMENT
Game PlayerUnknown’s BattleGrounds (PUBG) di layar itu menyedot perhatian Mozza—nama panggilan Benny Setiawan—sejak karakter yang ia mainkan terjun dari pesawat. Ia tahu ada 99 pemain lainnya yang akan saling bunuh, berebut logistik, hingga akhirnya the last man standing.
“Bertahan hidup di antara 99 orang musuh lainnya ya itu sensasinya lebih ke seru banget,” kata dia kepada kumparan, Minggu (31/3).
PUBG adalah game bergenre battle royale dengan peserta terbanyak. Mozza sudah tak asing dengan game semacam ini. Ia gamer profesional yang tergabung dengan Endeavour, divisi game Point Blank dari klub gamer Rex Regum Qeon.
Game Point Blank yang ia geluti menyajikan permainan hampir sama dengan PUBG. Game yang dikembangkan oleh perusahaan asal Korea, Zepetto, itu mengambil sudut pandang first-person shooter (FPS) taktikal, dengan pemain harus mengalahkan tim lawan. Sudut pandang FPS itu juga dimiliki PUBG, namun dengan peserta turnamen yang jauh lebih banyak.
Game PUBG. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Game sudah menjadi bagian dari hidup Mozza. Ia mengisi keseharian dengan game sejak remaja. Ia tak ingat pasti angka tahunnya, tetapi kala itu game Counter-Strike sedang naik daun.
ADVERTISEMENT
Dulu Mozza sering menghabiskan waktu 20 jam di depan komputer untuk bermain game bergenre FPS taktikal itu. Counter-Strike di awal tahun 2000-an memang menjadi game FPS yang digandrungi pemain segala usia.
“Itu sebelum jadi pro, tapi lagi kayak senang sama game-nya. Itu saya bisa sehari, waduh horor juga sih, bisa 20 jam mungkin,” kenangnya.
Pada 2011, kegemaran Mozza bermain game mengantarnya menjadi gamer profesional. Selaku anggota tim, ia mendapat gaji rutin. Selain itu, tiap kali menang turnamen, ia mengantongi duit Rp 1 miliar. Jelas bukan jumlah yang sedikit.
“Pernah ada turnamen Point Blank, hadiahnya Rp 1 miliar, next event-nya dapat Rp 1 miliar lagi. Jadi Rp 2 miliar. Tapi hadiah itu dibagi dengan 5 anggota tim,” kata dia.
Peserta kompetisi Esport PUBG Mobile di Bima Day, Bandung. Foto: Habib Allbi Ferdian/kumparan
Tak hanya menjadi gamer profesional, Mozza kini juga seorang YouTuber. Ia mengulas survival game seperti PUBG lewat kanal YouTube-nya. Akunnya kini diikuti lebih dari satu juta subscribers.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi e-Sport Indonesia (ieSPA) Eddy Lim menjelaskan, Counter-Strike merupakan awal perkembangan game FPS taktikal, dan menjadi candu gamer Indonesia pada tahun 2000-an.
Beberapa game serupa kemudian muncul dengan perkembangan tampilan, seperti CrossFire yang dikembangkan perusahaan Tencent Games asal China yang dirilis pada 2008, juga Point Blank yang dirilis pada 2009.
Game yang dikembangkan oleh Valve Corporation itu dimainkan melalui komputer dan menjadi tren. Warnet pun dipenuhi anak-anak segala usia yang ingin memainkan game tersebut secara online.
Main game di warung internet. Foto: Shutterstock
Game FPS selanjutnya berkembang dengan konsep battle royale, yakni permainan untuk bertahan hidup, dengan kelompok atau individu yang bertahan sampai akhir game adalah pemenangnya. Judul-judul game tersebut misal Arma dan DayZ yang dikembangkan oleh Bohemia Interactive.
ADVERTISEMENT
Game FPS bergenre battle royale kemudian tak hanya berkembang di konsol PC, tetapi juga merambah gawai lain seperti ponsel pintar. Fortnite yang dikembangkan oleh Epic Games, misalnya, mencatat sukses di pasaran. Situs Gamerant menyebut game ini mampu menghasilkan US$ 300 juta setelah 200 hari terpasang di Apple Store pada 2018.
Fortnite menampilkan wahana, karakter, dan senjata imajiner. Sementara PUBG yang meluncur beriringan dengan Fortnite menawarkan wahana yang realistis. Keduanya sama-sama meraup sukses di pasaran. Situs Pocket Gamer mencatat, setelah kemunculannya di 2017, PUBG Mobile memiliki pemain reguler mencapai 30 juta orang di seluruh dunia setiap harinya.
Suasana Laga Final Esports Piala Presiden di Istora Senayan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Mobile phone itu kan lebih banyak yang pegang. Kamu kan setiap hari punya hape di samping badan kamu. Kalau PC kan belum tentu setiap detik,” kata Eddy.
ADVERTISEMENT
Namun kini, perkembangan battle royale game memicu keresahan bagi sebagian orang. Game FPS seperti PUBG dianggap memberi kontribusi terhadap sikap agresif seseorang.
Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia, KH Salahuddin Al Ayyubi, mengungkap wacana fatwa haram terhadap game tersebut. Berawal dari laporan masyarakat terkait aksi teroris di Masjid Al-Noor di kota Christchurch, Selandia Baru, pada 20 Maret. Pelaku disebut-sebut terinspirasi game PUBG ketika melakukan penembakan membabi-buta.
Rencana Fatwa Haram PUBG. Infografik: Basith Subastian/kumparan
“Informasi beberapa pegiat yang concern di bidang IT, game-game itu dapat memengaruhi aspek kognitif dan kejiwaan anak-anak. Beberapa kali kita sudah membahas itu sebelum kasus (di Christchurch) itu,” kata Al Ayyubi ketika dihubungi kumparan, Sabtu (30/3).
Rencana fatwa haram MUI atas PUBG tentu penuh kontroversi. Eddy Lim menyatakan, anggapan bahwa game sejenis PUBG memiliki korelasi dengan agresivitas seseorang masih prematur. “Belum ada bukti bahwa game ini menimbulkan kekerasan atau tidak, tapi yang ada masih kontroversi.”
ADVERTISEMENT
Gelar Focus Group Discussion MUI pun mengundang psikolog forensik Reza Indragiri, dan Komisoner Bidang Pornografi dan Cyber Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Margaret Aliyatul Maimunah. Menurut mereka, ada korelasi antara game kekerasan dengan tindak kekerasan.
“Karena stimulasi berlangsung multi-indrawi, maka masuk akal kalau ada kekhawatiran bahwa peniruan semakin potensial,” kata Reza.
Tapi Eddy Lim tak sependapat. Menurutnya, riset psikologi mengenai korelasi kebiasaan bermain video game dan agresivitas seseorang masih masih menjadi teka-teki.
Misal saja hasil meta-analisis Christopher Ferguson terhadap 101 penelitian yang meriset keterkaitan antara dua hal tersebut, ternyata hanya mendapat sedikit bukti hubungan antara keduanya.
Melalui kolom di The Conversation, Ferguson menyatakan bahwa menyebut aksi kekerasan sebagai salah video game hanya dilakukan oleh kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Di AS sendiri, ujarnya, tudingan itu dilayangkan oleh National Rifle Association yang mendukung kepemilikan senjata api oleh warga sipil AS.
Game dan Aksi Kekerasan. Infografik: Basith Subastian/kumparan
Riset Daphne Bavelier dari Universitas Rochester pada 2010 juga menyebutkan, game FPS terbukti memberikan dampak positif kepada manusia. Riset tersebut dilakukan pada 26 orang berusia 18-25 tahun.
Subjek yang diteliti dibagi menjadi dua grup, yakni kelompok yang diminta bermain game FPS seperti Call of Duty, dan kelompok lain yang diminta bermain game simulasi kehidupan The Sims. Hasilnya, kelompok yang bermain game FPS unggul dalam hal mengambil keputusan.
Di luar itu, masih banyak riset lain. Hasilnya bak dua sisi mata uang, sama-sama menunjukkan manfaat dan mudarat dari game-game tersebut.
Main game di telepon genggam. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
Apa pun ujung riset itu, wacana untuk mengharamkan PUBG membuat Mozza geleng-geleng kepala. Ia terlanjur menekuni game FPS dan mencari penghidupan darinya. Memang ada aksi kekerasan yang muncul dalam adegan permainan, tapi menurutnya hal itu tak lantas membuat game harus dipersalahkan.
ADVERTISEMENT
“Misal game tembak-tembakan, memang kita serius bayangin menembak orang? Kan enggak lucu. Kita kan main untuk nongkrong, senang-senang, dan adu kemampuan,” pungkas Mozza.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten