Harapan Keluarga Korban Penculikan Korut pada Pertemuan Kim dan Trump

6 Juni 2018 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kim Jong-un dan Donald Trump (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kim Jong-un dan Donald Trump (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un akan segera bertemu di Singapura pada Selasa (12/6). Tak sedikit yang optimistis terhadap peristiwa bersejarah tersebut, salah satunya perempuan asal Jepang bernama Misa Morimoto.
ADVERTISEMENT
Misa adalah seorang guru berusia 54 tahun di Tokyo yang memiliki saudara kembar, Miho Morimoto. Sayangnya, sudah lebih dari 30 tahun ia tak bisa bertemu Miho yang diduga diculik oleh Korut.
Misa masih ingat jelas hari ketika Miho hilang dari rumah. Kala itu, 4 Juni 1984, Miho yang bermimpi untuk masuk ke universitas tengah menuju perpustakaan untuk belajar.
Namun esoknya, Miho tak kunjung kembali ke rumah. Ketika dicari di stasiun, Misa hanya menemukan sepeda motor kembarannya itu. Sementara tas Miho ditemukan di sebuah pulau terpencil yang berjarak 360 kilometer dari kediamannya.
Ternyata, Miho bukanlah satu-satunya korban yang diduga diculik oleh Korut. Pada 2002, Korut mengaku telah menculik 13 orang Jepang selama 1970 hingga 1980. Alasannya? Untuk melatih mereka menjadi mata-mata.
Ilustrasi penculikan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penculikan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Lima dari korban penculikan itu kembali ke Tokyo. Akan tetapi, pemerintah Jepang menduga ada ratusan lebih yang telah diculik Pyongyang.
ADVERTISEMENT
Lantas pada 2014, Pemerintah Korut berjanji untuk memberikan informasi baru terkait orang-orang Jepang yang mereka culik. Namun lagi-lagi, hal itu hanya janji semata, dan menggugurkan harapan para keluarga korban.
"Empat tahun yang lalu, kami semua berharap para korban dapat segera pulang. Tapi ujung-ujungnya kami dikecewakan," kata Misa kepada Reuters, Rabu (6/6).
Misa sendiri telah bertemu dengan keluarga lain yang bernasib sama dengannya. Kisah mereka kurang lebih serupa, barang korban ditemukan di pantai tak berpenghuni, hingga sambungan telepon yang tiba-tiba terputus.
"Stresnya itu sangat berat. Tapi kalau saya putus asa, semuanya akan berakhir. Saya harus tetap berharap apapun yang terjadi," ujar dia.
Kini, harapan Misa kembali timbul. Mendengar berita soal tiga WN AS --yang diculik Korut-- telah bebas, ia berharap Trump juga dapat melakukan hal yang sama kepada kembarannya.
ADVERTISEMENT
"Sejujurnya ketika Trump jadi presiden, saya khawatir akan apa yang bisa terjadi. Tapi dia itu orangnya sangat tegas, tanpa basa-basi, jadi pesan yang ia sampaikan mungkin sangat mudah diterima Korut," tutur Misa.
"Jadi kali ini, mari lihat saja apa yang akan terjadi," ucapnya.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, juga telah meminta Trump untuk menyampaikan isu penculikan ini dalam pertemuan dengan Kim Jong-un. Di sisi lain, Trump sudah bertemu dengan keluarga korban beberapa kali dan menyampaikan masalah tersebut dalam pidatonya.
Walau begitu, hingga kini agenda pertemuan Trump dan Kim belum diketahui secara jelas. Sebelumnya, presiden ke-45 AS itu hanya menyampaikan akan membahas tentang denuklirisasi dan mengakhiri perang di Semenanjung Korea.