Haringga, Suporter Bola ke-70 yang Tewas dalam 23 Tahun Terakhir

24 September 2018 9:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jakmania di Balai Kota DKI Jakarta. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jakmania di Balai Kota DKI Jakarta. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sepak bola Indonesia lagi-lagi dirusak oleh aksi tak beradab yang dilakukan para suporter. Kebiadaban itu ditunjukkan dengan aksi barbar menghilangkan nyawa orang lain.
ADVERTISEMENT
Adalah Haringga Sirla, suporter Persija Jakarta, yang kehilangan nyawanya lantaran dikeroyok massa beratribut Persib Bandung. Dia tewas saat hendak menyaksikan laga Persija kontra Persib, di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9).
Tagar #RIPHaringga pun kini menggema di seantero media sosial. Hanya duka dan lara yang kini tersisa.
Memang, kasus kematian suporter jelas bukan barang baru di negeri ini. Save Our Soccer, sebuah komunitas pemerhati sepak bola, mencatat bahwa ada 69 kasus kematian suporter sejak 1995. Kematian Haringga lantas menambah panjang catatan suram tersebut. Haringga menjadi korban ke-70.
Berdasarkan data yang dihimpun SOS, kematian suporter akibat pengeroyokan adalah yang tertinggi sejak 1995. Pengeroyokan itu terjadi lantaran kebencian yang terus dipupuk oleh mereka yang menjadi suporter.
ADVERTISEMENT
Dalam statistik itu, Haringga adalah korban pengeroyokan yang ke-21 dalam sejarah suram sepak bola Indonesia. Haringga sekaligus menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia masih belum baik-baik saja.
"Selama di stadion, selama itu pula kekerasan akan muncul. Kenapa? Karena penonton akan saling curiga. Ketika ada orang datang tanpa bukan bagian dari 'kita' maka bisa diintimidasi, bisa dipersekusi," kata Koordinator SOS Akmal Marhali saat dihubungi kumparan, Senin (24/9).
Haringga Sirla, korban tewas pada laga Persija vs Persib (Foto: Twitter @FOS_PERSIJA)
zoom-in-whitePerbesar
Haringga Sirla, korban tewas pada laga Persija vs Persib (Foto: Twitter @FOS_PERSIJA)
Akmal menjelaskan, kecurigaan itu justru terbentuk lantaran suasana yang dibikin mencekam oleh petinggi PSSI. Seolah, kata dia, permusuhan itu dilanggengkan dengan menghadirkan aparat lengkap dengan senjata di setiap pertandingan.
"Selama Persija masuk stadion, Persib masuk pakai baracuda, maka selama itu PSSI memelihara permusuhan antara kedua tim. " lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SOS juga mencatat bahwa suporter yang paling banyak tewas berasal dari Persebaya. Dalam statistik itu pula, ada delapan suporter Persija yang tewas, termasuk Haringga, dalam kurun 23 tahun terakhir. Sementara di pihak Persib, ada lima suporter yang tewas dalam kurun waktu yang sama.
"Harusnya kan ada solusi, misalnya dibuat Persija boleh masuk ke markas Persib dengan (dikawal) bobotoh, bukan polisi," tambah Akmal.
Akmal menjelaskan, sepak bola itu pada dasarnya bukan tempat untuk berkelahi. “Sepak bola itu bukan tempat mempertontonkan kekuatan, bukan medan pertempuran, bukan kuburan untuk korban yang berjatuhan. Sepak bola adalah hiburan. Panggung mengekspresikan kegembiraan. Tempat meluapkan kebahagiaan,” tutupnya.