Harus Cerdas Saat Bermedia Sosial, Jangan Sampai Jadi Depresi

25 April 2018 19:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moeldoko di Seminar GINDO, Makassar (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko di Seminar GINDO, Makassar (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebagian besar pengguna media sosial di Indonesia didominasi oleh masyarakat berumur produktif, terutama anak-anak muda. Isu hoaks pun beredar luas, sehingga diharapkan mereka dapat bersikap lebih bijak menggunakan media sosial.
ADVERTISEMENT
Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Agus Surya Bakti ikut berkomentar mengenai isu hoaks tersebut. Menurutnya, banyak hal positif saat warga menggunakan media sosial.
"Fungsi media sosial idealnya memberikan informasi tanpa batas. Kemudian harus bersifat mendidik. Yang ketiga adanya unsur hiburan. Pengaruhnya harus positif semua, tapi karena ada kepentingan orang bisa jadi negatif," ujar Mayjen TNI Agus pada seminar nasional bertajuk 'Indonesia Maju Tanpa Hoax' di Balai Prajurit Jenderal M. Jusuf, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (25/4).
Seminar tersebut dihadiri oleh sekitar 2.000 mahasiswa dari berbagai universitas di Sulawesi Selatan, yang diprakarsai oleh Gerakan Indonesia Optimis (GINDO).
Selain disalurkan untuk kepentingan positif, Agus melihat sisi lain media sosial yakni dimanfaatkan untuk kampanye politik, pembentukan opini, hingga radikalisme.
ADVERTISEMENT
"Ujung-ujungnya depresi. Banyak orang depresi karena media sosial. Harus cerdas dan mencermati pilihan media yang positif," kata Agus.
Moeldoko di Seminar GINDO. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko di Seminar GINDO. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
Menurut pembicara lainnya yaitu Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono, faktor kecepatan memberikan informasi berpotensi menimbulkan berita tidak akurat bahkan bohong atau hoaks.
"Prestasi buat kawan-kawan kita. Cepat-cepat mengirim berita, gambar, film, video. Kalau yang duluan ada kepuasan, tanpa dibaca terlebih dahulu. Yang ironinya adalah di satu sisi ada kecelakaan atau banjir bukan menolong korban tapi merekam yang tenggelam," kata Umar.
Umar menyebut polisi sudah memiliki teknologi canggih untuk mendeteksi informasi atau berita hoaks dan mengandung ujaran kebencian. Selain itu, polisi juga berusaha untuk aktif turun lapangan agar dari informasi keliru itu tidak efek anarkis.
ADVERTISEMENT
"Ini kerjaan polisi setiap malam untuk proaktif. Tugas polisi adalah mengamankan adik-adik generasi muda tidak masuk ranah kriminal. Kalau unjuk rasa kita jaga mati-matian agar tidak anarkis," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang juga menjadi pembicara mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat sudah cukup dewasa menyikapi disinformasi.
"Saya pikir masyarakat kita sudah semakin dewasa dan pintar, mana berita yang bisa dipercaya dan detil. Khusus untuk mahasiswa, bantu sosialisasikan sehingga kehadiran kalian memberikan andil positif," pesan Moeldoko.
Moeldoko di Seminar GINDO, Makassar (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko di Seminar GINDO, Makassar (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)