Head to Head: Transportasi Jakarta vs Kuala Lumpur

18 Februari 2017 17:43 WIB
ADVERTISEMENT
Jalanan di ibu kota Jakarta dan Kuala Lumpur. (Foto: Commons Wikimedia)
Wakil Menteri Transportasi Malaysia, Datuk Ab Aziz Kaprawi, mengatakan Kuala Lumpur tak ingin mengambil langkah mundur dengan melegalkan moda transportasi ojek online.
ADVERTISEMENT
Ia ingin Kuala Lumpur maju seperti Singapura dan London dalam bidang transportasi, bukan terbelakang seperti Jakarta. (Baca: Kuala Lumpur Tak Akan Jadi Kota Terbelakang seperti Jakarta
Apakah klaim tersebut benar? Apakah Jakarta benar-benar semenyedihkan itu dibanding Kuala Lumpur?
Menara Kembar Petronas di Kuala Lumpur (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Kuala Lumpur adalah Malaysia. Ini ibu kota Malaysia, kota terbesar di Malaysia, sekaligus kota dengan populasi penduduk tertinggi di negeri itu hingga 1,6 juta jiwa.
Seakan menegaskan pentingnya Kuala Lumpur bagi Malaysia, ikon negara itu, Menara Kembar Petronas setinggi 4.519 meter, berdiri menjulang di jantung kota, menantang langit.
Guna menopang kelancaran kegiatan di kota tersebut, pemerintah Malaysia mengembangkan sistem transportasi terintegrasi yang mengandalkan moda kendaraan bus dan kereta.
Untuk kereta, terdapat tiga jenis kereta yang melayani penumpang dalam kota, yaitu rapid rail, commuter rail, dan monorail. Ketiganya terintegrasi dan terhubung lewat beberapa stasiun interchange.
ADVERTISEMENT
Rapid Rail
KL Rapid Rail (Foto: Wikimedia Commons)
Rapid rail, yang disebut dengan RapidKL, memiliki dua jalur utama, yaitu Kelana Jaya Line dan Ampang Line. Keduanya membelah kota Kuala Lumpur dari selatan ke utara.
Kelana Jaya Line adalah jalur metro paling penting di Kuala Lumpur, karena menghubungkan pusat kota dengan Subang Jaya, Petaling Jaya, dan daerah Gombak. Jalur tersebut membawa lebih dari 170.000 penumpang pada hari biasa, dan mencapai 350.000 penumpang saat liburan dan hari-hari nasional.
Panjangnya yang mencapai 46 kilometer menjadikan Kelana Jaya Line sistem metro tanpa pengemudi terpanjang kedua di dunia.
Penumpang menggunakan kartu Touch ‘n Go untuk membayar biaya perjalanan, yang juga bisa digunakan untuk sistem transportasi lain di Malaysia. Sistem biaya yang digunakan adalah berbasis jarak.
ADVERTISEMENT
Selain Kelana Jaya, Ampang Line menjadi rute kedua dari jaringan RapidKL. Jalur ini menghubungkan daerah Putra Height ke Ampang dan Sri Petaling, dan membawa 130.000 hingga 150.000 penumpang per hari.
Commuter Rail
LRT di Kuala Lumpur. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Kuala Lumpur memiliki sistem komuter paling baik di Malaysia. Sistem jalur komuter ini dijalankan oleh dua operator, Keretapi Tanah Melayu dan Express Rail Link.
Ada 4 jalur komuter di Kuala Lumpur, yaitu Port Klang Line, Seremban Line, Tanjung Malim Shuttle Service, dan KLIA Transit. Keempatnya terhubung di KL Sentral, hub transportasi terbesar di Asia Tenggara.
Panjang rute ini mencapai 27 kilometer dan memiliki 29 stasiun.
Monorail
KL Monorail (Foto: Wikimedia Commons)
Layanan monorail ini hanya terdapat di dalam daerah Klang Valley, menjadi penghubung orang-orang di dalam kota. Jalur ini menghubungkan KL Sentral dengan Stasiun Titiwangsa, dekat Kuala Lumpur City Centre, tempat Menara Kembar Petronas berdiri.
Peta Layanan Transportasi Terintegrasi KL (Foto: klcityguide.my)
Sistem transportasi bus di Malaysia dijalankan oleh satu operator, yaitu Rapid Bus. Sistem Rapid Bus tersebut memiliki 177 rute dan 849 unit bus.
ADVERTISEMENT
Sejak mengambil alih layanan dari operator Intrakota Komposit Sdn Bhd, Rapid Bus menggunakan sistem jaringan spoke-hub, meningkatkan konektivitas dengan sistem transportasi publik lain seperti perkeretaan.
Ada empat layanan bus yang tersedia, yaitu layanan ekspres (Ekspres), shuttle kota (Bandar), rute barang (Utama), dan shuttle lokal (Tempatan).
Bus di Kuala Lumpur. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)
Selain kereta dan bus sebagai sistem transportasi publik utama, masyarakat Kuala Lumpur memiliki layanan taksi bernama Teksi Bermeter yang menjadi alternatif transportasi di seluruh kota.
Teksi Bermeter (Foto: Wikimedia Commons)
Mulai November 2016, Kuala Lumpur juga memiliki layanan transportasi online bernama Dego Ride yang menggunakan kendaraan roda dua. Layanan ini menyusul taksi-taksi online seperti Grab dan Uber yang telah tersedia sebelumnya.
Meskipun demikian, akhir-akhir ini pemerintah Malaysia melarang Dego Ride yang dinilai berbahaya dan melanggar hukum.
Monas (Foto: Wikimedia Commons)
Jakarta. Serupa Kuala Lumpur, kota ini jadi jantung Indonesia. Ibu kota negara dengan populasi penduduk mencapai 10 juta jiwa tersebut memiliki beberapa moda transportasi untuk menopang akomodasi warganya.
ADVERTISEMENT
Tak berbeda jauh dengan Kuala Lumpur, Jakarta juga mengandalkan moda transportasi kereta dan bus untuk mengangkut massa.
Meski begitu, selain kereta dan bus, Jakarta memiliki lebih banyak pilihan transportasi alternatif yang punya plus minusnya sendiri-sendiri.
Commuter Line jalur Jabodetabek (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta mengandalkan jasa PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ) untuk menyediakan sistem kereta profesional mulai tahun 2008. Meski demikian, baru pada 2011 PT KCJ mengubah pelayanannya menjadi layanan kereta lebih manusiawi seperti yang ada saat ini. (Baca: Revolusi KRL Jabodetabek dan Hilangnya Kasta Kereta
Commuter Line di Jakarta baru menggunakan tarif progresif dan sistem e-ticketing pada tahun 2013. Sebelumnya, pembayaran masih menggunakan model tunai. (Baca: Memaksa Penumpang KRL Mandiri dengan Tiket Elektronik
Commuter Line di Jakarta menghubungkan beberapa kota, mulai Bogor dan Depok di selatan Jakarta, Bekasi di timur Jakarta, hingga Tangerang dan Rangkasbitung di barat Jakarta.
ADVERTISEMENT
Total, ada lima rute perjalanan yang menghubungkan enam kota. Enam stasiun utama (Jakarta Kota, Jatinegara, Manggarai, Tanah Abang, Kampung Bandan, dan Duri) menjadi hub dari kota-kota tersebut.
Peta Commuter Line (Foto: Wikimedia Commons)
Sampai akhir 2016, sistem komuter di Jakarta memiliki 72 stasiun di sepanjang rutenya. Dalam sehari, terdapat 886 perjalanan oleh 76 rangkaian kereta. Rekor penumpang tertinggi tercatat pada 2 Juni 2016, mencapai 931.080.
Armada Transjakarta (Foto: Reno Esnir/Antara)
Ada beberapa operator bus yang melayani rute perjalanan aspal Jakarta. Di antara semuanya, Transjakarta menjadi layanan bus paling modern. Bus-bus transjakarta hanya berhenti pada halte yang telah disediakan, dengan mayoritas penumpang menggunakan sistem tap cash tanpa uang tunai.
Sistem transportasi bus modern ini mulai ada sejak tahun 2004. Tarifnya rata, yaitu Rp 3.500 sekali naik, tak peduli jauh-dekat jarak yang ditempuh.
ADVERTISEMENT
Dengan panjang rute mencapai 210 kilometer, sistem bus Transjakarta menjadi bus rapid system dengan jangkauan terpanjang di dunia.
Tahun 2016, penumpang Transjakarta mencapai 124 juta penumpang --yang tertinggi sejak tahun mulai beroperasi.
Pada sistem bus tersebut, terdapat total 80 rute yang terdiri dari koridor utama, rute silang, dan rute feeder. Sampai tahun lalu, terdapat 1.056 bus yang melayani operasi Transjakarta.
Kopaja (Foto: Wikimedia Commons)
Selain Transjakarta, jalanan Jakarta dipenuhi bus-bus yang beroperasi dengan trayek. Ini seperti Mayasari, Metromini, dan Kopaja yang kebanyakan sudah memiliki armada berumur lebih dari 30 tahun.
Selain bus dan kereta, Jakarta memiliki transportasi alternatif yang lebih beragam ketimbang di Kuala Lumpur.
Salah satu pengemudi ojek online GrabBike. (Foto: ANTARA)
Tak hanya taksi tradisional dan taksi online yang juga ada di Kuala Lumpur, Jakarta memiliki layanan ojek online dan tradisional yang sama-sama diterima luas oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah yang semula menolak layanan online tersebut karena tidak sesuai UU Transportasi pun tak bisa berbuat banyak, dan akhirnya menerbitkan peraturan yang mengizinkan layanan itu beroperasi. (Baca: )
Selain itu, Jakarta juga masih punya angkutan kota yang menjangkau beberapa titik yang tak bisa dilalui kendaraan besar seperti bus.
Meskipun demikian, tentu saja hal tersebut memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri-sendiri.
Misalnya saja, angkutan kota dan bus trayek justru membuat macet jalanan di sejumlah titik ketimbang mengurai kemacetan.
Jadi, menurut anda siapa pemenangnya? Jakarta atau Kuala Lumpur?
Peta transportasi publik Kuala Lumpur. (Foto: Anggi Kusumadewi/kumparan)