Hilangnya Jamal Khashoggi Rusak Citra Reformis Pangeran MbS

19 Oktober 2018 10:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jamal Khashoggi dan Mohammed Bin Salman. (Foto: Instagram/@jkhashoggi , AFP/OSCAR DEL POZO)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi dan Mohammed Bin Salman. (Foto: Instagram/@jkhashoggi , AFP/OSCAR DEL POZO)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hilangnya jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi berbuntut panjang. Citra reformis yang melekat pada Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) terancam.
ADVERTISEMENT
Khashoggi dikenal sebagai pengkritik pedas MbS. Raibnya kolumnis Washington Post itu diduga merupakan ulah dari sang penerus takhta Kerajaan Saudi tersebut.
Memang belum ada bukti kuat terkait keterlibatan MbS. Namun, bila dugaan keterlibatan itu benar, maka citra reformis yang coba dibentuk MbS akan hancur.
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
"Ini akan menjadi pukulan besar dari citra Arab Saudi yang saat ini mendapat dukungan dari dunia Barat khususnya Washington," sebut peneliti asal Baker Institute, Universitas Rice, di Houston, AS, Kristian Ulrichsen, seperti dikutip dari AFP, Jumat (19/10).
Sementara itu, Profesor dari Universitas Waterloo, Kanada, Bessma Momani menyatakan, reputasi MbS dipertaruhkan dalam kasus hilangnya Khashoggi.
"Ini berpotensi memicu krisis diplomatik dengan Turki, AS pun bisa saja memandang Saudi di bawah MbS rentan terhadap tindakan sembrono tanpa memikirkan konsekuensi," ucap Momani.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. (Foto: Reuters/Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court)
zoom-in-whitePerbesar
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. (Foto: Reuters/Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court)
"Jika kematian Khashoggi terkonfirmasi dan tuduhan terhadap Saudi terus berjalan, akan sulit bagi Barat dan Washington menerima citra Putra Mahkota sebagai reformis," kata Momani lagi.
ADVERTISEMENT
MbS dinobatkan menjadi Putra Mahkota pada Juni 2017. Semenjak itu MbS berperan sebagai pemimpin de facto dari negara Saudi.
Pria 33 tahun itu menuai pujian setelah mengambil langkah yang mendobrak tradisi konservatif di Saudi seperti mencabut larangan perempuan berkendara, membuka bioskop, dan memenjarakan keluarga kerajaan pelaku tindakan korupsi.
Di samping itu, MbS juga tak lepas dari kritik tajam. Setahun dia menjabat jadi Putra Mahkota, beberapa pengkritik kerajaan di penjara.
Selain itu, sejumlah tindakan MbS lain yang menjadi buah bibir adalah ketika ia dituding menahan PM Lebanon di Riyadh serta menyetujui keterlibatan langsung Saudi di perang Yaman