Hitung-hitungan Pertumbuhan Ekonomi RI di 2018 dari Gubernur BI

13 Juni 2017 20:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agus Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (BI). (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Agus Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (BI). (Foto: REUTERS/Darren Whiteside)
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyampaikan prediksi pertumbuhan ekonomi 2018 sebesar 5,1-5,5 persen, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Meskipun lebih besar dari APBN 2017 yang sebesar 5,3 persen, tapi angka ini lebih rendah dari prediksi yang disampaikan pemerintah yaitu sebesar 5,4-6,1 persen.
ADVERTISEMENT
Menurut Agus pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 masih ditopang oleh sektor investasi, konsumsi dan ekspor yang tetap kuat. Terutama dengan naiknya investasi swasta.
"Konsumsi rumah tangga 4,9-5,3 persen sedikit lebih baik dari 2017. Investasi diperkirakan 5,6-6 persen di 2018. Ekspor diperkirakan 4,1-4,5 persen meski tidak setinggi perkiraan tahun sebelumnya. Kinerja ekspor naik didorong harga komoditas yang kami perkirakan naik 15 persen di 2018," ujar Agus saat rapat dengan Komisi XI di DPR, Jakarta, Selasa (13/6).
Terkait prediksi yang lebih rendah dari Kementerian Keuangan, Agus menjelaskan karena pihaknya cenderung lebih moderat.
"Proyeksi pemerintah memang lebih tinggi karena optimisme proyek infrastruktur yang sedang jalan. Proyeksi BI untuk investasi cenderung moderat karena pertimbangan menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan," paparnya.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (Foto: Puspa Perwitasari/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo (Foto: Puspa Perwitasari/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, investasi di Indonesia bisa tumbuh 5,6-6 persen karena didorong oleh peningkatan rating utang Indonesia menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat internasional, Standard & Poor's (S&P) beberapa waktu lalu.
"Secara umum begitu rating naik jadi layak investasi oleh S&P, kami lihat bahwa dampak langsungnya ke pasar modal ada lonjakan kemudian ada koreksi karena market lebih tinggi responnya, tapi secara berturut-turun kondisi lebih baik," kata Agus.
Peningkatan rating Indonesia menjadi investment grade juga memberikan dampak terhadap yield surat utang negara (SUN) yang selama ini berada di kisaran 7 persen, saat ini turun 1 persen menjadi di level 6 persen.
"Jadi kondisi tahun lalu yang sudah bagus pun tahun ini lebih bagus lagi, rupiah khususnya SUN permintaan pembeli cukup tinggi," jelasnya.
ADVERTISEMENT