Hujan Picu Banjir dan Tanah Longsor di Jepang, 2 Orang Tewas

28 Agustus 2019 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berjalan di Stasiun Saga yang tergenang Banjir. Foto: Kyodo / via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga berjalan di Stasiun Saga yang tergenang Banjir. Foto: Kyodo / via REUTERS
ADVERTISEMENT
Hujan lebat yang berakibat banjir serta longsor menghantam Jepang bagian barat daya pada Rabu (28/2). Pemerintah Jepang memerintahkan sebanyak 670.000 warganya untuk segera evakuasi.
ADVERTISEMENT
Mereka disarankan untuk meninggalkan rumah setelah Badan Pengawas Cuaca di negara itu meningkatkan kewaspadaan ke tingkat tertinggi untuk sejumlah wilayah. Di antaranya daerah-daerah di Saga, Fukuoka, dan Nagasaki.
Foto udara daerah yang terdampak banjir di Takeo, Saga, Jepang. Foto: Kyodo / via REUTERS
Peringatan evakuasi ini sifatnya tidak wajib. Namun pemerintah mendesak warga di wilayah berpotensi bencana itu untuk segera bertindak cepat.
"Ini adalah situasi di mana anda harus melakukan yang terbaik untuk melindungi hidup anda," kata Pejabat Badan Pengawas Cuaca, Yashusi Kajiwara, seperti dilansir AFP, Rabu (28/8).
"Tolong jangan menunggu," katanya.
Petugas polisi memeriksa jalan yang tergenang banjir di Saga, Jepang. Foto: Kyodo / via REUTERS
Hingga saat ini, dua orang dilaporkan tewas. Satu orang ditemukan tewas di sebuah mobil yang tersapu banjir. Sementara satu orang lainnya ditemukan tewas di Fukuoka ketika mencoba meloloskan diri dari mobil yang juga terperangkap banjir.
ADVERTISEMENT
Hujan lebat juga menyebabkan sejumlah kerusakan di wilayah, mengganggu arus transportasi, dan beberapa penutupan jalan.
"Ada banyak laporan kerusakan di berbagai daerah akibat banjir, seperti tanah longsor, dan rumah yang terendam, dan ada kemungkinan kerusakan serius terjadi dalam beberapa jam mendatang," kata Juru Bicara Pemerintah Jepang Yoshihide Suga.
Air mengalir menuruni tangga saat hujan lebat di Miyaki, Saga, Jepang. Foto: Twitter/ @ YUCKY1224 via REUTERS
Pemerintah Jepang secara teratur mengimbau warganya untuk evakuasi dini, terutama setelah hujan lebat musim panas lalu telah menewaskan lebih dari 200 orang.
Banyak kematian yang disalahkan pada pemerintah yang dinilai lamban untuk mengeluarkan perintah evakuasi.