Ibu Bangsa vs The Power of Emak-emak

16 September 2018 7:42 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi membuka acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35, Yogyakarta, Jumat (14/9). (Foto: Arfiansyah Panji P/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi membuka acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35, Yogyakarta, Jumat (14/9). (Foto: Arfiansyah Panji P/kumparan )
ADVERTISEMENT
Menjelang pilpres 2019, dukungan untuk pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus mengalir dari berbagai kalangan. Salah satunya dari suara perempuan.
ADVERTISEMENT
Kedua pasangan capres-cawapres itu bahkan telah memiliki istilah sendiri dalam menyebut perempuan Indonesia. Kubu Prabowo-Sandiaga menggunakan istilah 'emak-emak', Sedangkan kubu Jokowi memilih istilah 'ibu bangsa'.
Presiden RI Joko Widodo (tengah) memukul lesung saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo (tengah) memukul lesung saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Hal itu disampaikan langsung Jokowi saat menghadiri acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35, di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Jumat (14/9).
“Mereka (para perempuan) itulah yang saya maksud sebagai Ibu Bangsa. Yang mendidik anak-anak kita sebagai penerus masa depan bangsa, yang memperbaiki mentalitas bangsa ini, yang menjaga moral keluarga dan masyarakat, yang menjaga alam untuk anak cucunya, yang menggerakkan ekonomi keluarga dan masyarakat. Mereka adalah ibu bangsa,” tutur Jokowi.
Presiden RI Joko Widodo berfoto bersama saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo berfoto bersama saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Pendapat serupa pun diungkapkan oleh Ketua Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo. Pihaknya menolak disebut sebagai 'emak-emak'. Dalam pidatonya, istilah yang lebih tepat digunakan, adalah Ibu Bangsa, yang bertugas mengajarkan tradisi luhur Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak setuju, tidak ada the power of emak-emak, yang ada the power of ibu bangsa," ujar Giwo.
Lalu, apa sebenarnya perbedaan makna dari istilah emak-emak dan ibu bangsa?
Presiden RI Joko Widodo memberikan pemaparan pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo memberikan pemaparan pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "emak" atau "mak" merupakan sebutan kepada orang perempuan yang patut disebut ibu atau dianggap sepadan dengan ibu. Dadang Sunendar, Kepala Badan Bahasa Kemendikbud, juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya, emak-emak merupakan bahasa daerah yang digunakan untuk panggilan terhadap ibu.
“Kata emak itu bukan bahasa yang baru muncul, kata emak itu bahasa daerah, emak itu adalah panggilan ibu, panggilan kepada orang tua gitu ya,” jelas Dadang ketika dihubungi kumparan, Sabtu (15/9).
Presiden RI Joko Widodo berfoto bersama saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018).  (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI Joko Widodo berfoto bersama saat pembukaan Sidang Umum International Council of Women di Yogyakarta, Jumat (14/9/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Menurut Dadang, jika dilihat dari segi bahasa, baik istilah emak-emak maupun Ibu Bangsa, keduanya tidak ditemukan masalah, lantaran sama-sama menggambarkan sosok perempuan. Namun, ia menilai, tidak dapat dipungkiri bahwa Ibu Bangsa dianggap sebagai diksi yang lebih formal jika dibandingkan dengan emak-emak.
ADVERTISEMENT
Menggapi hal ini, Sandi meyakini, kubu seberang, termasuk Jokowi, tidak akan terlalu mempermasalahkan penyampaian dua istilah tersebut.
Sandiaga Uno di Kartanegara, Jakarta, Jumat (7/9) (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sandiaga Uno di Kartanegara, Jakarta, Jumat (7/9) (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Yang penting, kata Sandi, ibu-ibu atau emak-emak memiliki makna yang sama. Sandi berharap, dalam arti menyeluruh, seluruh perempuan Indonesia bisa menjadi perempuan hebat dan mandiri yang memiliki andil dalam pembangunan bangsa.
“Menurut saya Pak Presiden tidak ada masalah dengan penyebutan ibu bangsa atau emak-emak. Yang penting kaum perempuan kita perempuan hebat perempuan mandiri. Perempuan yang akan menjadi penentu kesuksesan bangsa ini,”kata Sandi di Gedung Aula Ditjen Bina Pemdes, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (15/9).