Ida Fauziyah: Panas Dinginnya Situasi Politik Tergantung Perempuan

22 Oktober 2018 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Ida Fauziah. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Ida Fauziah. (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pemilih perempuan khususnya ibu-ibu mendapatkan perhatian khusus dari capres cawapres, baik dari Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Keduanya saling beradu strategi untuk merebut perhatian kaum yang biasa disebut 'emak-emak' tersebut.
ADVERTISEMENT
Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Ida Fauziyah, menuturkan pemilih perempuan merupakan salah satu pemilih mayoritas dalam Pilpres 2019. Untuk itu, perempuan harus mampu menciptakan kontestasi Pilpres yang kondusif.
"Tahun 2018-2019 disebut tahun politik sampai di situ saja tidak masalah, tapi kemudian tahun 2018-2019 sebagai tahun panas. Saya kira panas dan dinginnya situasi politik sangat tergantung dari perempuan, kenapa? Perempuan di Pemilu 2019 jumlahnya lebih besar, 50,6 persen pemilih ibu-ibu, sahabat perempuan," ujar Ida dalam Acara Pengukuhan Perempuan Keren, 'Indonesia Maju Bersama Perempuan Keren' di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Senin (22/10).
"Artinya kalau kita perempuan menghendaki politik dingin, tentu bisa kita lakukan," lanjutnya.
Untuk menciptakan kondisi politik yang kondusif, Ida mengajak ibu-ibu untuk berdemokrasi dalam kegembiraan. Demokrasi dengan mengadu gagasan serta rekam jejak yang baik.
ADVERTISEMENT
"Kita inginkan pesta demokrasi, kita sambut riang gembira. Demokrasi adalah penuh kegembiraan, sarana berlomba adu gagasan, program, rekam jejak, bukan adu hoaks," tuturnya.
Apalagi, kata Ida, peran perempuan dalam politik bukanlah sebagai penyebar hoaks. Ia meminta agar perempuan dapat lebih cermat dalam memilih dengan melihat komitmen capres-cawapres dalam memperjuangkan hak perempuan.
"Perempuan bukan pencipta hoaks. Saya ajak pilih capres sesuai rekaman jejak dan prestasi dan kedua mengajak kepada pemilih perempuan untuk memilih karena kecerdasan melihat gagasan komiten capres dan cawapres," kata dia.
Lebih lanjut, Ida mengatakan dalam visi misi Jokowi-Ma'ruf, keduanya memiliki program dalam kesetaraan gender dalam politik Indonesia.
"Dalam visi disebutkan jelas menginginkan perempuan terlibat politik. Menginginkan penganggaran representatif gender. Dari rekam jejak dan komitmen itu, Pak Jokowi bisa jadi sahabat perempuan. Jokowi adalah sahabat yang menbangun kesetaraan perempuan Indonesia dan itu yang dibutuhkan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT