Imigran Ilegal Filipina Bantu Penculikan 2 WNI di Laut Malaysia

18 September 2018 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peta lepas pantai Sabah di Malaysia  (Foto: Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Peta lepas pantai Sabah di Malaysia (Foto: Google Maps)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Imigran ilegal dari Filipina Selatan yang tinggal di Sabah, Malaysia, diduga kuat ikut membantu penculikan dua nelayan WNI pada Selasa (11/9), pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Keterangan tersebut disampaikan oleh Komandan Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Hazani Ghazali saat diwawancarai media Singapura Channel News Asia. Menurut dia, para imigran ilegal berperan dalam pemberian informasi mengenai korban kepada penculik.
"Kami yakin, penculik menerima bantuan dari dalam, kemungkinan besar dari imigran ilegal yang sudah lama menetap di sini," sebut Hazani, Selasa (18/9).
Tentara bagikan foto buronan anggota Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara bagikan foto buronan anggota Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
Bukan tanpa alasan pernyataan itu disampaikan Hazani. Pasalnya, di Sabah terdapat 800 ribu imigran ilegal asal Filipina Selatan.
Kedua WNI asal Provinsi Sulawesi Barat yaitu Samsul Saguni dan Usman Yusuf diduga kuat diculik oleh Abu Sayyaf. Kelompok teroris otak penculikan puluhan WNI sejak 2016 lalu.
Pernyataan Hazani dibenarkan oleh mantan anggota Jemaah Islamiyah yang merupakan organisasi terkait Al-Qaeda di Asia Tenggara, Abdullah Sandakan.
Tentara Filipina bagikan foto buronan Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Filipina bagikan foto buronan Abu Sayyaf. (Foto: Reuters//Marconi B. Navales)
"Abu Sayyaf dan penculik lainnya dari Filipina Selatan punya banyak anggota keluarga yang tinggal di sini (Sabah)," sebut pria asal Sabah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mereka bertindak memberikan informasi dan sangat loyal terhadap penculik karena punya ikatan keluarga. Mereka membantu penculik untuk memilih tempat bagus untuk menculik," sambung dia.
Sandakan menambahkan, para imigran ilegal kebanyakan hidup di lautan, beberapa di antaranya merupakan nelayan, buruh kapal, atau pedagang. Selain itu, sejumlah individu lain diketahui bekerja di pemerintahan dan staf hotel.
Berdasarkan keterangan Hazani, kasus penculikan sebelum dua WNI tersebut, bahkan melibatkan imigran ilegal yang bekerja di hotel.
"Setelah Esscom dibentuk, kami memerintahkan untuk mendaftarkan seluruh nama karyawannya, kami sudah pula menginstruksikan agar tidak merekrut imigran ilegal," tegas Hazani.