Indonesia Harus Impor Gas pada 2019

13 Maret 2017 14:49 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jaringan gas rumah tangga. (Foto: Antara/Zabur Karuru)
Indonesia diprediksi akan mengalami defisit gas pada 2019. Berdasarkan neraca Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, defisit disebabkan karena konsumsi yang terus meningkat tanpa diimbangi fasilitas infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengatakan dengan kondisi tersebut maka direncanakan impor gas akan dilakukan pada 2019. Namun, masih banyak yang harus dipersiapkan sebelum impor dilakukan mulai dari fasilitas regasifikasi hingga distribusi pipa.
"Indonesia hanya memiliki tiga infrastruktur regasifikasi FSRU Lampung, FSRU Nusatara Regas di Jawa Barat, dan regasifikasi di Benoa. Ini masih belum cukup,” kata Arcandra dikutip kumparan (kumparan.com) saat ditemui di Lapangan IRTI Monas, Jakarta Pusat, Senin (13/3).
Pada tahun 2019, kebutuhan gas dalam negeri diprediksi terus meningkat sejalan pertumbuhaan ekonomi. Diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan gas sekitar 500 MMSCFD. Kekurangan itu karena untuk memenuhi kebutuhan industri dan pembangkit listrik yang masuk dalam megaproyek 35.000 MW.
ADVERTISEMENT
Menurut Arcandra, sebelum dilakukan impor, pemerintah dan seluruh pihak harus bekerja sama dalam penyediaan fasilitas penunjuang. “Ketika kita mau impor gas itu tidak bisa serta merta dalam satu tahun bisa impor dan infrastruktur terbangun," katanya.
Selain itu, impor gas pada 2019 juga memerlukan berbagai dukungan yakni program konversi BBM ke gas. Program konversi tersebut membutuhkan infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG). Hingga saat ini, baru ada 60 SPBG yang beroperasi.
Arcandra menekankan, impor gas itu harus dilakukan sebagai substitusi bahan bakar minyak (BBM). Pertumbuhan kebutuhan BBM untuk transportasi saja diperkirakan linear dengan pertumbuhan kendaraan bermotor sekitar 13 persen, atau lebih dari dua kali lipat pertumbuhan ekonomi.
"Kalau kita mengandalkan BBM tidak bisa. Maka fokus pemerintah untuk konversi BBM ke bahan bakar gas menjadi prioritas," ucap Arcandra.
ADVERTISEMENT