Inggris Usir 23 Diplomat Rusia Terkait Upaya Pembunuhan Agen Rahasia

15 Maret 2018 2:26 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Theresa May (Foto: AFP/Daniel LEAL-OLIVAS)
zoom-in-whitePerbesar
Theresa May (Foto: AFP/Daniel LEAL-OLIVAS)
ADVERTISEMENT
Perdana Menteri Inggris Theresa May mengambil sikap tegas terhadap Rusia dengan mengusir 23 diplomat serta menunda pembahasan kerjasama bilateral. Keputusan ini diambil setelah pemerintah Inggris menemukan bukti percobaan pembunuhan oleh Rusia terhadap agen ganda berkebangsaan Rusia pada awal Maret lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya di depan Parlemen Inggris, May menyatakan bahwa pemerintah akan mengusir 23 diplomat Rusia dari Inggris karena menjalankan aktivitas spionase. Ke-23 diplomat memiliki satu minggu untuk berkemas dan meninggalkan Inggris.
"Kami tidak akan menolerir ancaman Rusia yang dapat merusak kehidupan masyarakat Inggris dan mengusik tanah Inggris. Dan juga kami tidak akan menolerir pelanggaran yang jelas-jelas dilakukan Rusia terhadap ketentuan internasional," tegas May di Gedung Parlemen dilansir Reuters, Rabu (14/3).
Pengusiran ini terkait dugaan penyerangan salah satu agen ganda berkebangsaan Rusia yang diracun di Inggris.
Sebelumnya pada 4 Maret 2018, bekas mata-mata Inggris berkebangsaan Rusia, Sergei Skripal, bersama dengan putrinya Yulia ditemukan tak sadarkan diri di Salisbury, Inggris. Skripal dan putrinya masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
Hasil pemeriksaan mengungkap bahwa Skripal keracunan zat Novichok, sebuah senjata kimia yang dikembangkan oleh Soviet selama Perang Dingin. Inggris meyakini bahwa kejadian yang menimpa Skripal adalah operasi intelijen yang dilakukan Rusia.
ADVERTISEMENT
"Kejadian ini menunjukkan serangan yang melanggar hukum oleh Rusia terhadap Inggris," tegas May.
Otoritas Inggris tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari Rusia. Diamnya Valdimir Putin kemudian memicu kemarahan May. Perdana Menteri dari Partai Konservatif ini merasa bahwa Inggris tidak bisa menolerir aksi intelijen berbahaya yang terjadi di wilayah kedaulatannya.
Pemerintah Rusia sendiri telah membantah tuduhan May. Kedutaan besar Rusia di London menganggap bahwa aksi ini merupakan bentuk "penyanderaan politik".
Selain mengusir 23 diplomat, pemerintah Inggris juga akan menunda pertemuan dengan Rusia. Bahkan, May melarang keluarga kerajaan Inggris dan pejabat pemerintahan untuk menghadiri Piala Dunia 2018 yang akan diselenggarakan di Rusia.