Iran Memanas, Protes Anti Pemerintah Pecah di Beberapa Kota

30 Desember 2017 22:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
zoom-in-whitePerbesar
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
ADVERTISEMENT
Kelompok garis keras Iran melakukan demonstrasi anti-pemerintah di beberapa daerah di negara tersebut pada Sabtu, (30/12). Diketahui, demonstrasi tersebut dipicu oleh kemarahan masyarakat atas kondisi ekonomi yang sedang ‘sakit’ dan tak kunjung membaik.
ADVERTISEMENT
Dilasir Associated Press, unjuk rasa tersebut dikatakan sebagai protes terbesar kedua setelah unjuk rasa pro reformasi pada tahun 2009.
Demonstrasi tersebut merupakan akumulasi dari keresahan masyarakat terhadap kenaikan harga barang-barang pokok dan terkuaknya sejumlah dugaan skandal korupsi. Pengunjuk rasa juga mulai memprotes keterlibatan pemerintah Iran di sejumlah konflik regional yang merugikan uang negara.
Pejabat setempat mengatakan bahwa sudah ada beberapa pengunjuk rasa yang ditangkap di Teheran. Tindakan penangkapan ini direspon oleh negara internasional, salah satunya oleh Washington yang mengecam tindakan tersebut.
"Pemerintah Iran harus menghormati hak rakyat mereka, termasuk hak untuk menyatakan pendapat," kata juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders dalam pernyataan tertulis.
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
zoom-in-whitePerbesar
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pun ikut mendesak dan mengecam tindakan penangkapan terhadap sejumlah masyarakat yang sedang melakukan demonstrasi.
ADVERTISEMENT
"Semua negara di dunia untuk mendukung rakyat Iran dan perjuangan mereka untuk mendapatkan hak dasar serta mengakhiri korupsi," lanjutnya.
Selain di Teheran, sekitar 300 pengunjuk rasa berkumpul di Kermanshah untuk memenuhi seruan dari kelompok anti-revolusi. Mereka meminta semua tahanan politik untuk dibebaskan sambil menghancurkan sejumlah properti publik
Selain di dua kota tersebut, gelombang protes juga terjadi di kota Sari, Rasht, Qazvin, Teheran, Qom, dan Hamaden.
Disisi lain, dalam menentang seruan demonstasi tersebut kelompok pro pemerintah melakukan demonstrasi serupa, Sabtu (30/12).
Pasukan elit Garda Revolusi, yang bersama dengan milisi lokal Basij memimpin pembubaran suara pro-reformasi 2009, merekan mengatakan bahwa ada upaya untuk mengulangi apa yang terjadi depalan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
"Namun bangsa Iran tidak akan membiarkan negara ini terluka," kata Garda Revolusi.
Mohsen Nasj Hamadani, wakil kepala keamanan provinsi Teheran, mengatakan bahwa sekitar 50 orang yang berunjuk rasa di alun-alun kota telah membubarkan diri setelah diminta oleh polisi, sementara beberapa orang memaksa untuk bertahan diamankan oleh pihak kepolisian.
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
zoom-in-whitePerbesar
Demonstrasi di Iran. (Foto: AFP/Hamed Malekpour/Tasnim News)
Di pusat kota Isfahan, seorang warga mengatakan bahwa para demonstran mulai menggabungkan diri dengan para pekerja pabrik yang menuntut pembayaran gaji.
"Slogan para demonstran itu dengan cepat berubah dari ekonomi ke perlawanan terhadap Presiden Hassan Rouhani dan Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei," dikutip Associated Press dari seorang warga tersebut melalui sambungan telepon.
Sebenarnya demonstrasi politik di Iran adalah hal yang langka.
ADVERTISEMENT
Demonstrasi besar terakhir yang terjadi di negara tersebut terjadi pada 2009 saat Mahmoud Ahmadinejad terpilih kembali menjadi Presiden. Unjuk rasa yang memprotes kecurangan pemilu itu sempat bertahan selama delapan bulan.
Menanggapi protes tersebut, seorang ulama berpengaruh, Ayatollah Ahmad Alamolhoda, mendesak kepolisian untuk bertindak lebih tegas menangani demonstran.
Alamolhoda, yang juga merupakan wakil Khamenei di Mashhad, mengatakan bahwa segelintir orang telah memanfaatkan demonstrasi kenaikan harga menjadi slogan anti pemerintah.
"Jika para aparat penegak hukum itu membiarkan para perusuh, maka musuh akan merekamnya di media mereka dan mengatakan bahwa Republik Islam telah kehilangan pendukung di Mashhad," tegas Alamolhoda.