Islamofobia dan Tren Peningkatan Populasi Muslim Eropa

17 Desember 2017 17:23 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi imigran gelap (Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi imigran gelap (Foto: REUTERS/Alkis Konstantinidis/File Photo)
ADVERTISEMENT
PEW Research Center, sebuah lembaga riset bergengsi asal Amerika Serikat, beberapa waktu lalu mempublikasikan laporan studi mereka yang berjudul Europe’s Growing Muslim Population. Isu yang disorot dalam laporan ini --yang tampaknya semakin merisaukan kelompok ekstrem kanan-- adalah proyeksi muslim di Eropa yang diprediksi meningkat signifikan.
ADVERTISEMENT
Pada laporan yang sama, PEW mengajukan tiga skenario tentang proyeksi populasi Muslim di Eropa pada 2050.
Skenario pertama adalah skenario tanpa migrasi (zero migration). Skenario ini mengasumsikan seluruh gelombang migrasi dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim menuju Eropa, segera dihentikan. Dengan skenario ini, persentase populasi Muslim di Eropa diproyeksikan akan meningkat dari 4,9 persen menjadi 7,4 persen di tahun 2050 nanti.
Sedangkan skenario kedua menggunakan proyeksi migrasi pada tingkat menengah (medium migration), yaitu dengan mengasumsikan seluruh gelombang pengungsi (forced migration) berhenti di pertengahan tahun 2016, namun gelombang migrasi reguler (selain pencari suaka) tetap berjalan dengan normal.
Apabila berpatokan pada skenario kedua tersebut, populasi penduduk Muslim di Eropa diprediksi akan mencapai persentase 11,2 persen dari total populasi di Eropa pada 2050.
ADVERTISEMENT
Sementara skenario ketiga menggunakan asumsi gelombang migrasi dalam tingkat masif (high migration). Mengacu pada proyeksi ini, persentase populasi penduduk Muslim diprediksi mencapai 14 persen dari total populasi di Eropa.
Ketiga skenario itu sebenarnya mengisyaratkan satu hal: populasi Muslim di Eropa -- dengan atau tanpa gelombang pengungsi ataupun migrasi-- akan tetap meningkat.
Warga Muslim salat Jumat di Jalanan, Prancis (Foto: AP Photo/Thibault Camus)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Muslim salat Jumat di Jalanan, Prancis (Foto: AP Photo/Thibault Camus)
Proyeksi ini (peningkatan populasi Muslim) berbanding terbalik dengan proyeksi PEW terhadap populasi Kristen.
Pada tahun 2015, PEW Research Center juga merilis laporan tentang proyeksi pertumbuhan penganut agama-agama di dunia yang berjudul The Future of World Religions: Population Growth Projection 2010-2050.
Berdasarkan laporan tersebut, bertolak belakang dengan populasi Muslim yang meningkat, pada 2050 nanti populasi Kristen di Eropa diprediksi berkurang sebanyak 100 juta orang. Dengan begitu, populasi penduduk Kristen akan berkurang dari 553 juta jiwa di tahun 2010, menjadi 453 juta jiwa pada 2050.
ADVERTISEMENT
Penurunan jumlah penduduk Kristen tentu akan mengurangi porsi persentase mereka terhadap keseluruhan populasi di Eropa. Persentase penduduk Kristen akan menyusut dari 75 persen di tahun 2010, menjadi 65 persen pada 2050.
Penyusutan populasi penduduk Kristen, menurut analisis dalam laporan tersebut, disebabkan oleh tingginya tingkat konversi penganut Kristen yang memutuskan untuk menjadi ateis.
Meski begitu, tanpa adanya konversi agama sekalipun, sesungguhnya persentasi penduduk Kristen terhadap total populasi tidak akan banyak berubah. Tingkat penyusutan diperkirakan hanya mencapai 5 persen --dari sebelumnya 75 persen pada 2010, menjadi 70 persen di tahun 2050.
Sementara apabila proyeksi dilakukan dengan memasukan ekspektasi konversi keyakinan dari Kristen menjadi ateis, maka persentase penduduk Kristen terhadap keseluruhan populasi akan menyusut menjadi 65 persen pada 2050.
ADVERTISEMENT
Mengapa ketika tren populasi Kristen di Eropa diprediksi menurun, jumlah penduduk Islam justru meningkat?
Analisis PEW menunjukkan, populasi muslim meningkat karena tingkat fertilitas mereka di Eropa lebih tinggi dibanding penganut agama lain, mencapai 2,1 anak per perempuan pada periode 2010-2015. Penduduk muslim Eropa juga berusia relatif muda (13 tahun lebih muda) dibanding penduduk penganut agama lain.
Proyeksi demografis ini punya dampak sosial politik yang cukup besar. Sebagian masyarakat Eropa kini menganggap Islam sebagai ancaman, baik terhadap identitas, budaya, sampai ekonomi mereka.
Ketakutan Meningkat
Geert Wilders saat kampanye di Rotterdam. (Foto: REUTERS/Michael Kooren)
zoom-in-whitePerbesar
Geert Wilders saat kampanye di Rotterdam. (Foto: REUTERS/Michael Kooren)
Seorang pria dengan paras mirip serdadu KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) bernama Geert Wilders pernah mengatakan, “Islam adalah semacam kuda troya di Eropa. Kalau kita tidak menghentikan islamisasi sekarang juga, Eurabia dan Netherabia hanya soal waktu”.
ADVERTISEMENT
Eurabia ialah Europe-Arabia, semacam teori konspirasi islamisasi dan arabisasi Eropa. Sementara Netherabia adalah Netherlands-Arabia, yakni provinsi Islam di Eurabia. Kedua istilah tersebut lekat dengan islamofobia di Eropa.
Oke, Geert Wilders tentu saja bukan tentara KNIL. Dia anggota parlemen Belanda. Dan kata-kata bernada xenofobia (kebencian terhadap asing) tersebut ia sampaikan dalam sidang parlemen Belanda pada September 2008.
Kata-kata Wilders itu, terutama soal kuda troya, kemudian direproduksi Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban. Pada Maret 2017, Viktor Orban berkata, “Migrasi ternyata menjadi seperti kuda troya terorisme dan muslim akan menjadi kelompok dominan, bahkan dalam generasi kita di Eropa Barat.”
Orban mengatakan hal itu dalam pertemuan bersama pemimpin-pemimpin partai sayap kanan Eropa, European People’s Party, yang dihadiri Kanselir Jerman Angela Merkel --sosok yang punya reputasi sebagai pemimpin dunia propengungsi.
ADVERTISEMENT
Selain soal kuda troya, majalah Polandia wSieci pada 2016 pernah menerbitkan sebuah edisi dengan ilustrasi di halaman depannya yang menggambarkan seorang perempuan berambut blonde digerayangi dari segala arah oleh tangan-tangan berkulit gelap. Di bawah ilustrasi itu terpampang tulisan, The Islam Rape of Europe alias Islam Memerkosa Eropa.
Imigran Timur Tengah melalui sungai perbatasan. (Foto: Vadim Ghirda/Associated Press)
zoom-in-whitePerbesar
Imigran Timur Tengah melalui sungai perbatasan. (Foto: Vadim Ghirda/Associated Press)
Penguatan sentimen islamofobia itu, tak dipungkiri, adalah konsekuensi dari kedatangan gelombang pengungsi muslim menuju Eropa. Jika ingin diibaratkan, sentimen anti-Islam di Eropa sebenarnya tak beda-beda amat dengan sentimen anti-asing aseng di Indonesia.
Ada beberapa kasus yang dapat menggambarkan seberapa parah sentimen anti-Islam di Eropa. Pada Juni 2017, seperti yang diwartakan Independent, seorang pria muslim keturunan Pakistan yang telah tinggal di Huddersfield (sekitar 50 mil dari Liverpool) selama enam tahun, diserang hingga pingsan oleh sekelompok pria tak dikenal.
ADVERTISEMENT
Saat siuman, dia terkejut melihat kalimat “Pakis Out! We Need Final Solution” terpampang di dinding rumahnya.
Kalimat itu bukan kalimat sembarangan. Final Solution adalah istilah yang mengacu pada upaya Hitler untuk melenyapkan populasi Yahudi di Eropa, dan kini kalimat itu digunakan untuk mempersekusi populasi muslim di Eropa.
Apa yang dialami oleh si imigran Pakistan itu belum seberapa. Pada April 2017, dilansir Al Jazeera, seorang pencari suaka keturunan Kurdi-Iran yang sedang menunggu bus di sebuah halte di kawasan London Selatan, diserang oleh 8 orang pria.
Sebelum menyerang, salah seorang pelaku sempat menanyakan asal usul si imigran. Setelah mengetahui bahwa si pemuda Kurdi-Iran itu imigran, mereka secara brutal menyerangnya hingga ia cedera serius di bagian kepala dan wajah.
ADVERTISEMENT
Kasus-kasus tersebut sebenarnya hanya puncak dari gunung es. Sudah ada beberapa studi yang membahas tentang opini, pandangan, ataupun sikap masyarakat di negara-negara Eropa terhadap penduduk muslim, terutama tentang persoalan imigrasi.
Mahasiswa di Inggris lindungi Muslim salat (Foto: Twitter @HPYoungVoices)
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa di Inggris lindungi Muslim salat (Foto: Twitter @HPYoungVoices)
Satu studi pernah dilakukan oleh Chatam House, lembaga think tank asal Inggris, tentang persepsi masyarakat Eropa terhadap imigran muslim. Studi ini dilakukan dengan meminta pendapat 10.000 responden di 10 negara Uni Eropa (Austria, Belgia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Italia, Polandia, Spanyol, dan Inggris).
Para responden ditanya mengenai tanggapan mereka atas pernyataan “Semua arus migrasi, terutama dari negara-negara muslim, seharusnya dihentikan”. Apakah mereka mereka setuju, tidak setuju, atau memilih tidak berkomentar.
Hasil studi tersebut tak begitu mengejutkan. Lebih dari 50 persen responden di 8 negara Eropa itu menjawab setuju atas pernyataan tersebut. Rinciannya mereka yang setuju adalah: 71 persen di Polandia, 65 persen di Austria dan Hungaria, 64 persen di Belgia, 61 persen di Perancis, 58 persen di Yunani, 53 persen di Jerman, dan 51 persen di Italia.
ADVERTISEMENT
Sementara di dua negara sisanya, Inggris dan Spanyol, tingkat responden yang menjawab setuju masing-masing mencapai 47 persen dan 41 persen.
Selain Chatam House, PEW Research Center juga pernah mengadakan studi serupa yang mereka rilis pada Juni 2016. Beda antara studi ini dengan studi oleh Chatam House adalah, studi yang dilakukan PEW cenderung lebih komprehensif.
Penelitian dilakukan kepada 1.000 responden di 10 negara Uni Eropa (Italia, Yunani, Hongaria, Prancis, Spanyol, Polandia, Inggris, Swedia, Jerman, dan Belanda).
Hasil studi mengungkapkan, 35 persen responden dari 10 negara tersebut menganggap pengungsi muslim yang berasal dari Irak dan Suriah adalah ancaman, sedangkan 59 persen responden setuju dengan pernyataan bahwa: pengungsi akan meningkatkan kemungkinan serangan teroris di negara mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sekitar 50 persen responden menyatakan bahwa: pengungsi akan berdampak negatif terhadap perekonomian mereka.
Secara garis besar, studi-studi itu menunjukkan, penguatan sentimen islamofobia di Eropa bukan omong kosong. Dan isu tersebut telah digunakan oleh orang-orang ekstrem kanan di Benua Biru itu sebagai bahan bakar gerakan politik populisme sayap kanan yang kini sedang ranum-ranumnya itu.
===============
Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!